Wijaya Kusuma dengan dua orang pengawal menuju ke ruangan tabib, disitu sudah ada Nini Sayuti yang sedang mengamati kondisi mayat remaja belasan tahun itu.
Semua yang ada diruangan tersebut menyambut Wijaya dengan hormat, dan memberi ruang agar wijaya bisa melihat juga kondisi mayat yang mati mengenaskan tersebut.
"Kematiannya tidak wajar yang Mulia, ini bukan disebabkan oleh wabah penyakit, semoga hamba bisa menemukan jawabannya" ucap Sayuti.
Wijaya hanya mengangguk sambil terus memandangi mayat itu dengan perasaan sedih juga kasihan.
Sayuti mengambil botol kecil seukuran dua jari orang dewasa, botol itu berisi semacam cairan berwarna putih keruh, entah itu cairan apa.
Sayuti merapalkan mantra, kemudian menenggak cairan dalam botol tersebut hingga tandas tak bersisa, tiba tiba disemburkan cairan bermantra tersebut ke muka si mayat.
Dua ujung jari sayuti ditempelkan di dahi si mayat, tepat diantara kedua alisnya. Sedangkan mata Sayuti terus memandangi kedua mata si mayat tanpa berkedip sambil terus membaca mantra mantra. Sayuti seperti bisa melihat rekaman kejadian terakhir yang dilihat oleh si mayat sebelum dia tewas. Sayuti berusaha menangkap sebanyak mungkin kejadian kejadian yang terekam dari mata si mayat.
Setelah beberapa saat Sayuti melepaskan jarinya dari dahi si mayat, Sayuti terhuyung kebelakang, energinya banyak terkuras. Setelah Sayuti berhasil menormalkan nafasnya yang terengah engah, kemudian dia menceritakan apa yang dia lihat.
"Yang Mulia, seperti dugaan saya sebelumnya, mayat ini tewas karena energi kehidupannya dihisap habis oleh iblis, dan sepengetahuan hamba, iblis hanya memilih korban yang masih perjaka atau perawan karena energi kehidupan mereka masih murni" jelas Sayuti, kemudian dia mengatur nafasnya kembali.
"Haaah...!!" Wijaya Kusuma sangat kaget mendengar penjelasan Sayuti.
"Perintahkan seluruh Demang untuk evakuasi warganya yang masih perjaka dan perawan, bawa mereka semua ke padepokan Rakeyang Sanca!"
Kepala telik sandi segera bergerak cepat, dikirimkan merpati merpati untuk mengabarkan titah sang Raja.
"Kembalikan mayat ini kepada orang tuanya, sampaikan duka cita ku yang sedalam dalamnya, dan sampaikan pula rasa terima kasihku karena sudah merelakan mayat anaknya untuk diteliti, berikan beberapa keping emas untuk biaya pemakamannya" perintah Wijaya dengan muka datar, namun tersirat kesedihan dan kekhawatiran disana.
"Panggilkan Ki Rakeyang Sanca dan semua guru kemari" titah Wijaya pada pengawalnya.
Hanya butuh sekitar 10 menit Rakeyang sanca dan 4 orang guru kanuragan sampai disitu.
"Kami siap menerima Titah Paduka" ucap Rakeyang Sanca.
Setelah Sayuti sedikit menjelaskan situasi yang terjadi Wijaya Kusuma menyuruh Rakeyang Sanca dan guru guru lainnya untuk bersiap menghadapi teror iblis, karena sebentar lagi para perjaka dan perawan akan dibawa ke padepokan.
"Apakah kalian bisa membuat pagar gaib agar para iblis tidak bisa menembusnya? Tanya Wijaya penuh kekhawatiran.
"Bisa yang Mulia, kami akan memagari komplek istana dengan pagar gaib, kalau hanya iblis iblis tingkatan rendah, mereka tak akan sanggup menembus pagar gaib kami" jawab Rakeyang Sanca meyakinkan.
"Bagus, pastikan tidak ada lagi rakyatku yang tewas dihisap para iblis jahanam itu, segera lakukan tugas kalian, aku yakin kalian sangat bisa diandalkan, dan satu lagi, jaga Suryo dan Sekar dengan nyawa kalian!" Titah Wijaya Kusuma.
Rakeyang Sanca dan empat orang lainnya menerima titah sang raja kemudian bergegas melakukan tugasnya masing masing. Tiga hari kemudian semua perjaka dan perawan dari seluruh wilayah naungan kerajaan Kertabhumi sudah berada di padepokan, para pengawal dan prajurit sangat sibuk hari itu mengatur ratusan pemuda pemudi yang di evakuasi.
Ya, hanya tinggal ratusan, padahal wilayah kekuasaan kerajaan Kertabhumi sangatlah luas. Jika sebelumnya mereka tidak tewas oleh iblis iblis itu, harusnya jumlah mereka ribuan, namun sekarang hanya kurang dari seribu orang.
Padepokan Rakeyang sanca lumayan luas, bahkan ada area pertanian dan peternakan disana. Di lapangan mereka dikumpulkan, kemudian Rakeyang barrjalan di depan mereka.
"Saya Rakeyang Sanca di beri titah olah paduka raja untuk menjaga keselamatan kalian semua dari teror iblis iblis yang mengancam nyawa kalian, sudah terlalu banyak saudara saudara kalian yang mati mengenaskan oleh para iblis jahanam itu, maka aku minta kerja sama kalian!" Ucap Rakeyang Sanca lantang.
"Tempat ini sudah kami beri pagar gaib, ada tanda di setiap sudut wilayah ini, itulah batas pagar gaib yang tidak bisa ditembus oleh iblis iblis itu, jadi kuminta tidak ada seorangpun yang keluar dari batas batas tersebut, semoga teror ini segera dapat kami atasi!" Lanjut Rakeyang.
Setelah itu murid murid padepokan termasuk Suryo Buwono membagi mereka kedalam tenda tenda darurat yang sudah mereka buat sejak kemarin. Suasana cenderung sepi karena para pemuda pemudi tersebut disamping kelelahan menempuh perjalanan jauh, juga pastinya ada rasa takut jika sewaktu waktu iblis iblis jahanam menyambangi mereka.
Wijaya Kusuma memanggil Rakeyang sanca, kepala telik sandi, Nini Sayuti, dan pejabat pejabat elite lainnya. Tentu saja membahas teror iblis yang terjadi.
"Silahkan sampaikan saran kalian satu persatu" titah Wijaya Kusuma.
Rakeyang Sanca lah yang pertama berbicara, "mohon ijin yang mulia, para iblis tersebut tidak bisa dikalahkan di alam kita yang mulia, kita harus mengalahkan mereka di alam mereka juga, dan hamba rasa tidak akan lama lagi mereka akan berbondong bondong menuju ke padepokan"
"Hamba sependapat dengan Ki Rakeyang, dugaan hamba nanti saat purnama penuh mereka akan mencoba menembus pagar gaib pedepokan, karena kekuatan mereka akan meningkat berlipat lipat saat purnama penuh" sahut Sayuti.
"Baiklah, kita akan persiapkan semuanya untuk menghadapi purnama penuh beberapa hari kedepan" Wijaya Kusuma tampak gusar, dia sangat kawatir dengan keselamatan rakyatnya, sedangkan yang dihadapi sekarang adalah mahkluk makhluk dari dimensi lain.
"Pasukan kami juga sudah sangat terlatih untuk masuk dan bertempur di alam astral yang mulia, ijinkan kami untuk turut serta yang mulia" sahut kepala pasukan elite kerajaan.
Tentu saja pasukan tersebut bisa keluar masuk alam astral, mereka juga didikan dari Rakeyang Sanca, guru sepuh dengan kesaktian beraneka ragam.
"Aku percayakan kepada kalian semua, sebisa mungkin jangan sampai ada korban jiwa" Wijaya Kusuma kemudian membubarkan pertemuan tersebut, kemudian dia memilih untuk istirahat.
Akhirnya purnama datang juga, Wijaya Kusuma tidak dapat menyembunyikan rona kekhawatiran nya, dia hanya bisa mempercayakan semuanya kepada Rakeyang Sanca dan lain nya.
Saat malam mulai datang, aura aura jahat terasa semakin banyak yang datang mendekati area pedepokan Rakeyang Sanca. Suara suara aneh yang cukup menyeramkan terdengar riuh bersautan. Para warga yang tinggal di sekitaran padepokan sudah di pindah semua ke dalam komplek istana, sementara mereka tinggal di rumah abdi dalem istana. Meskipun para iblis hanya menargetkan korban yang masih anak anak dan remaja tapi Wijaya Kusuma tidak mau ambil resiko, dia tidak ingin ada lagi rakyatnya yang mati mengenaskan oleh para iblis.
"Benar dugaan kita, mereka sudah datang, mari kita musnahkan mereka!" Terdengar Rakeyang Sanca berucap namun matanya terpejam.
"Kita bagi menjadi 2 kelompok, aku akan pimpin satu pasukan untuk masuk ke alam mereka, dan Dimas Aryo, aku tugaskan untuk tetap berjaga disini, mengantisipasi jika ada iblis yang berhasil menembus pagar gaib ini" Lanjut Rakeyang Sanca.
"Aku ikut panjenengan paman guru" tiba tiba Suryo Buwono bersuara.
"Tentu saja, ini ujian pertamamu. Mari kita sambut mereka!" Ucap Rakeyang lantang.
Puluhan orang orang terbaik yang dipimpin Rakeyang Sanca mulai merapalkan mantra mantra, dimulai dari Rakeyang Sanca tiba tiba pria 70 tahunan tersebut melesat ke atas diikuti satu per satu pasukannya. Mereka hilang dari pandangan, mereka sudah memasuki alam astral.
Ada dua cara untuk masuk ke alam astral, yang pertama dengan ngrogo sukmo, yaitu hanya ruh nya yang pergi, sedangkan raganya ditinggal. Namun dengan ngrogo sukmo mereka tidak bisa membawa senjata, hanya mengandalkan kesaktian nya saja. Jika ruh atau jiwa nya kalah di alam astral, maka raga yang ditinggal juga akan mati.
Cara kedua adalah masuk ke alam astral bersama raga nya, mereka bisa membawa senjata, namun resikonya sama besarnya, jika mati disana maka raga tersebut tidak akan pernah bisa kembali ke alam nyata dan akan menjadi santapan iblis iblis jahat di alam astral.
Rakeyang Sanca memilih cara kedua, mereka cukup percaya diri bisa mengalahkan para iblis iblis itu.
Sekitar 30 an orang berhasil masuk ke alam astral lengkap dengan senjata masing masing, tampak senjata mereka semua bercahaya mengeluarkan aura masing masing, senjata senjata yang teraliri tenaga dalam tersebut tampak mengerikan di mata para iblis iblis jahanam yang jumlahnya sangat banyak itu.
"MUSNAHKAN MEREKA SEMUA....!!!!" teriak Rakeyang Sanca menggelegar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments