Bayu Giri dan Guntur Jalamangkara pun mengeluarkan aura yang meledak ledak, senjata ditangan mereka sama sama mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan dimata para iblis.
"Mari Tuan, kita bersenang senang dengan iblis iblis jahanam itu!" teriak Bayu Giri dengan semangat membaranya.
"Aku bosan melarang kalian memanggilku Tuan, panggil aku Suryo dan mari kita musnahkan mereka!" Para iblis berlari mengepung mereka bertiga, kini Suryo, Guntur dan Giri berada di tengah tengah para iblis yang semakin mempersempit lingkaran.
Kepalan tangan Suryo dilepaskan, dia meluruskan semua jarinya, seketika itu juga aura keemasan semakin memanjang sekitar 1 meter, dan sekarang cahaya atau sinar aura tersebut benar benar menyerupai pedang dengan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan.
Mereka bertiga saling memunggungi, dan tanpa aba aba dari siapapun mereka masing masing menebaskan senjata kedewataan mereka kepada iblis iblis yang mendekat.
"Whuussss.... sreeettt..... sreeeetttt....."
Tebasan demi tebasan ajian pedang khayangan dengan sangat mudah mencingcang iblis iblis yang menyerang. Pun sama halnya tombak trisula dan pedang dari kedua makhluk nis-nas tersebut dalam sekejap dapat memusnahkan ribuan iblis iblis yang menyerang membabi buta tanpa strategi berarti.
Iblis iblis dibarisan depan memang tergolong yang berkemampuan atau kesaktiannya jauh dibawah mereka bertiga. Memang itulah tujuan si raja iblis, dengan kelicikannya mengorbankan anak buahnya hanya untuk menguras energi mereka bertiga. Mereka bertiga bukannya tidak tahu, mereka sengaja sedikit mengeluarkan kesaktian mereka untuk menjatuhkan mental iblis iblis lainnya.
"SLAAASSSHHH........"
Tiba tiba dua larik sinar mirip laser barwarna biru pekat keluar dari kedua mata Guntur Jalamangkara, dengan gerakan kepala memutar sinar tersebut mampu menumbangkan ratusan bahkan ribuan iblis iblis rendahan itu. Formasi kepungan hancur berantakan, iblis iblis terpotong oleh sinar dari mata Guntur. Para iblis yang selamat dari sinar tersebut segera berhamburan berlarian mundur. Baru beberapa meter mereka mundur, mereka ditembaki oleh bola bola api berwarna merah darah.
"Dhuaaaarrrr....dhuaaarrr......!!!!!"
Raja iblis murka dengan para anak buahnya yang memilih mundur.
"IBLIS PENGECUT..... AKU TAK BUTUH KALIAN!!!!"
Caci raja iblis dengan tetap menembakkan bola bola api yang keluar dari telapak tangannya.
Tak bisa dipungkiri, Suryo dan kedua pendampingnya ngeri juga melihat bagaimana dahsyatnya kekuatan tembakan bola bola api tersebut yang ditembakkan tanpa jeda. Suasana kembali hening, iblis iblis yang masih hidup semua bungkam melihat kemarahan rajanya. Debu debu berterbangan seperti kabut akibat tembakan bola api yang menghantam tanah.
"Kita butuh bantuan kanda, mereka terlalu banyak, energi kita terbatas" ucap Bayu Giri pada Guntur.
"Aku sudah memintanya, namun Paduka Raja tidak memberi jawaban apapun, kamu juga tahu kan, kita sudah melanggar aturan kerajaan nis-nas" manusia garuda itu menjawab dengan intonasi datar.
"Maafkan aku sahabatku, demi membantuku kalian rela melanggar aturan kerajaan kalian" sahut Suryo dengan nada menyesalnya.
"Demi langit dan bumi, aku tak akan menyalahkan kalian jika kalian ingin kembali ke kerajaan nis-nas, kalian sudah memberiku terlalu banyak" lanjut suryo.
"Tidak tuanku, kami berdua sudah memutuskan, dan kami berdua akan menuntaskan!" Bayu Giri menyela dengan intonasi agak meninggi, sementara Guntur si manusia garuda mengangguk yakin akan keputusan mereka saat ini.
Sementara itu di istana kerajaan, tampak Sri Paduka Wijaya Kusuma mondar mandir didepan singgasananya dengan raut wajah yang sangat cemas. Di usianya yang sudah senja, beliau tidak lagi bisa berbuat apa apa untuk membantu perjuangan Suryo Buwono. Di tengah kekalutan pikirannya, sang raja tanpa sengaja berucap lirih "bertahanlah anakku...."
Sontak Sekar terkejut dengan perkataan ayahandanya, pun beberapa abdi dalem dan pengawal khusus yang berada di ruangan tersebut.
"Ampun sri Paduka, mohon maaf kelancangan putrimu ini, apa maksud perkataan panjenengan barusan?"
Meskipun sebenarnya Sekar tak punya nyali bertanya dalam kondisi seperti ini, namun rasa penasarannya mengalahkan ketakutannya.
Wijaya kusuma tersentak mendengar pertanyaan putrinya, namun seketika itu juga dia menyadari kecerobohannya. Misal beliau tidak mau bercerita pun, tak akan ada satupun orang yang berani memaksa. Meskipun usia beliau sudah terbilang sepuh, fisiknya sudah lemah, dan kesaktian yang tidak seberapa, namun beliau begitu dicintai rakyatnya, tentu saja karena beliau selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya. Dan satu lagi, beliau dijaga oleh jin jin berilmu tinggi suruhan dari Suryo Buwono. Wijaya Kusuma menghentikan aktifitas mondar mandirnya, kemudian duduk di singgasananya, sementara Raden Ayu Sekar masih tetap bersimpuh disamping singgasana ayahnya.
"Duduklah putriku, akan aku ceritakan siapa sebenarnya Suryo Buwono kepadamu" titah sang raja.
"Sendiko dhawuh sinuwun" Sekar kemudian bangkit lalu duduk di kursi sebelah nya.
Wijaya Kusuma menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya kasar. "Suryo Buwono sebenernya adalah kakakmu nduk, dia putraku, kalian beda ibu" ingatan Wijaya Kusuma langsung menerawang jauh mereka ulang kejadian puluhan tahun silam dikepalanya.
"Dari ketiga istri panjenengan bukankah cuma Kanjeng Ibu Roro Supadmi yang bisa memiliki keturunan, dan itu aku ayahanda" tanya Sekar makin bingung. Tidak hanya Sekar yang menyimak cerita dari sang raja, para pengawal khusus dan abdi dalem yang ada di ruangan tersebut pun dengan seksama menguping cerita tersebut. Meskipun ada juga beberapa abdi dalem senior yang sudah mengetahui cerita tersebut, namun mereka benar benar bungkam karena mereka sadar, itu bukan urusan mereka, paduka raja dan pihak istana sudah terlalu baik bagi mereka. Jadi bungkam adalah pilihan paling bijaksana.
"Benar katamu nduk, kamu satu satunya Putri ku yang sah, namun ada yang tidak kamu ketahui" Wijaya agak memelankan suaranya. "Apa itu ayahanda? Apakah panjenengan sudi menceritakan padaku? Sahut Sekar.
"Baiklah putriku, kurasa ini saatnya menceritakan semuanya, dan kurasa umurku tidak lah lama lagi" Wijaya Kusuma kembali menghela nafasnya sambil matanya berkaca kaca.
"Dahulu, keinginanku untuk memiliki seorang putra sangatlah besar, sebagai penerus tahtaku, sedangkan kedua ibumu yang lain dinyatakan mandul oleh tabib kerajaan, dan waktu itu Roro Supadmi, ibu kandungmu juga tak kunjung hamil juga. Mungkin itu juga salahku yang terlalu sibuk mengurus kerajaan, waktu untuk ketiga istriku jadi sangat berkurang" Sekar masih sangat memperhatikan cerita dari ayahnya, namun tanpa disadari dia meneteskan air matanya, antara takut sewaktu waktu ayahnya wafat menyusul ketiga permaisurinya, dan tidak siap sama sekali jika nanti tahta raja dilimpahkan kepadanya.
"Dahulu aku jatuh cinta kepada seorang budak, namanya Sri Rahayu" lanjut Wijaya Kusuma dengan rona wajah yang semakin kelihatan sedih dengan penggalan cerita masa lalunya.
"Aku memerdekakan dia dari status budak, dan kemudian aku angkat menjadi abdi dalem, hubungan kami berlangsung cukup lama, dan ketiga istriku juga mengetahuinya. Namun karena perbedaan kasta kami, kakekmu melarangku untuk menjadikan dia permaisuri, akhirnya dia hanya menjadi selir"
"Sri Rahayu adalah wanita yang sangat tahu diri dan tahu terima kasih, dia merasa tidak layak bahkan untuk menjadi sekedar selir sekalipun, berkali kali dia meminta ijinku untuk melepaskan semua kemewahan dan status selirnya, dia ingin kembali kerumah orang tuanya dan merawat mereka, akhirnya aku kabulkan permintaannya, karena dia pun tak kunjung memberiku keturunan"
Sebelum melanjutkan ceritanya Wijaya Kusuma menyuruh abdi dalem untuk mengambilkan air putih. Sebenarnya Wijaya Kusuma butuh jeda beberapa saat untuk mengatur emosinya.
Sekar tampak paham dengan situasi, dia mengelus elus punggung ayahnya.
"kalau panjenengan tidak berkenan, tidak perlu diteruskan ayah" sekar menyarankan dengan penuh kasih sayang kepada ayahnya tersebut.
"Tidak nduk, ini waktu yang paling tepat, kamu harus tau cerita ini, aku baik baik saja nduk, jangan khawatir"
Wijaya Kusuma mengerti betul maksud perkataan Sekar.
"Aku mengijinkan Sri Rahayu pulang dengan syarat dia mengijinkan aku untuk mengirimkan 4 prajurit wanita terbaik untuk melindungi dia dan keluarganya, mereka akan tinggal bersama keluarga Sri Rahayu meskipun tidak satu atap, mereka membangun rumah sederhana disebelah rumah Rahayu"
"Tentu saja kehidupan mereka semua aku yang jamin. Dan secara rutin ke empat prajurit teraebut akan mengabarkan kondisi Sri Rahayu melalui surat yang dibawa burung merpati kerajaan"
"Namun siapa sangka, ke empat prajurit tersebut menghianatiku, mereka tidak memberikan informasi yang sebenarnya kepadaku, ternyata Sri Rahayu saat itu pergi bersama janin dari benihku. Ya, janin di dalam kandungannya adalah Suryo Buwono, putraku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
👍👍👍👍
2023-05-31
1
nath_e
melanggar kenapa ya🤔
2023-05-28
1
Raaa'ss
keren ceritanya 🥰
2023-05-15
1