Setelah beberapa saat, kitab hitam itu jatuh ke lantai sinar keemasan menyilaukan pun berangsur hilang, kemudian kitab itu menutup dengan sendirinya.
Namun masih menyisakan keheranan orang orang yang berada diruangan tersebut.
Nini sayuti tampak terengah engah bercucuran keringat.
"Bayi itu benar benar putra baginda raja..." ucap Sayuti terbata bata sambil mengusap keringat diwajah keriputnya.
Wijaya Kusuma yang belum juga dikaruniai keturunan dari ketiga permaisurinya agak bergetar mendengar penuturan Sayuti, namun mulutnya masih bungkam, dia tidak mampu berkata kata, perasaannya saat itu begitu campur aduk.
Seorang pengawal sigap membaca situasi saat itu, dia keluar ruangan untuk menjemput bayi yang masih berada digendongan Ratmi, putri si mbok abdi dalem.
Dengan sangat sopan, Ratmi dan pengawal membawa bayi itu kehadapan Wijaya Kusuma.
"Ampun sinuwun, sungguh sebuah kehormatan yang tidak terkira hamba sudah diijinkan menyusui pangeran, hanya itu yang mampu hamba berikan"
Ratmi duduk membungkuk sambil menyodorkan bayi tersebut. Dengan tangan yang masih bergetar Wijaya Kusuma meraih bayi yang masih tertidur pulas tersebut dari dekapan Ratmi. "Putraku, maafkan ayahmu ini yang tidak bisa menjaga ibumu...."
Wijaya berucap terbata bata menahan tangisnya, namun beberapa bulir tak mampu tercegah keluar dari kelopak matanya. Setelah puas memandangi putranya, Wijaya memberi titah, "sementara waktu rahasiakan kejadian ini, hanya kalian yang tau kisah ini. Dan kamu Ratmi, aku percayakan putraku untuk tetep kamu susui, aku titip putraku"
"Sendiko dhawuh sinuwun" jawab semua orang hampir bersamaan.
"Maafkan hamba sinuwun...." Sayuti tiba tiba menyela, namun seperti takut untuk melanjutkan kata katanya.
"Kenapa? Apakah ada yang tidak beres dengan putraku?" Wijaya tampak penasaran, namun sorot matanya semacam mengintimidasi Sayuti untuk segera mengatakan yang sebenarnya.
"Putra Paduka ini berbeda sinuwun, dia istimewa, namun hamba melihat garis takdirnya sangatlah berat, hamba tidak bisa melihat seperti apa takdirnya, kemampuan hamba tidaklah seberapa" ucap sayuti dengan sedikit penyesalan.
"Terima kasih Sayuti, aku akan persiapkan semuanya untuk putraku agar kelak dia mampu menghadapi takdirnya"
"Kuberi nama putraku ini SURYO BUWONO, semoga kelak dia bisa menerangi dan mengayomi semua makhluk di bumi" ucap Wijaya Kusuma lantang.
Selanjutnya, Suryo akan tetap disusui Ratmi, namun karena status Suryo adalah putra mahkota meskipun ibunya berasal dari rakyat jelata, maka Ratmi selama menyusui akan tinggal di komplek istana.
"Bawa empat Prajurit gagal itu kehadapanku sekarang!" Titah Wijaya kepada pengawalnya. Selang sepeminuman teh, enam orang pengawal berbadan kekar berwajah tegas namun ada aura bengis disana membawa ke empat tahanan tersebut dihadapan Wijaya. "Kalian ber empat sudah sangat mengecewakanku, kalian gagal, dan kalian menghianati kepercayaanku, maka bersiaplah akan hukuman berat dariku!"
Ucap Wijaya dengan nada tinggi.
Wijaya Kusuma bukanlah pemimpin bengis, bukan pemimpin yang berlaku semena mena karena kekuasaannya. Keempat prajurit tersebut bahkan tidak berani berkata sepatahpun, mereka sangat menyadari kesalahannya, dan mereka sudah sangat siap akan hukuman yang akan diberikan. Mereka bukan orang orang lemah, mereka sebelumnya adalah prajurit pilihan yang biasa mengawal ketiga permaisuri raja.
"Mulai detik ini, status kalian kukembalikan menjadi rakyat jelata, dan kalian mendapatkan hukuman 1000 hari tanpa putus untuk kerja sosial di seluruh naungan kerajaan Kertabhumi, jika kalian gagal, maka akan kutambah 1000 hari lagi, demikian seterusnya!!"
"Sendiko dhawuh sinuwun, beribu terima kasih atas kemurahan hati Paduka Raja, kami akan menjalankan hukuman kami, dan kami bersumpah tidak akan mengecewakan Paduka Raja lagi" ucap salah satu dari mereka sambil bersujud.
Para pengawal segera membawa keempatnya menuju sebuah bendungan sungai yang sedang mulai dibuat, mereka harus bekerja disana sampai selesai, kemudian berpindah ke proyek proyek lainnya tanpa henti hingga genap 1000 hari, dan mereka tidak diberi upah sama sekali karena memang sedang menjalani hukuman.
Beberapa hari kemudian tampak Wijaya kusuma tergopoh gopoh mendatangi kediaman permaisuri ketiganya Supadmi. Wijaya mendapat kabar dari abdi dalem Supadmi, bahwa beliau sedang sakit. Wijaya tiba di kamar Supadmi, disitu sudah ada seorang tabib yang sedang meracik ramuan herbal dari tumbuhan. Melihat Wijaya datang, tabib tersebut langsung menghentikan racikannya, membungkuk memberi hormat.
"Apakah istriku baik baik saja?" Tanya Wijaya sedikit gusar.
"Kanjeng permaisuri baik baik saja sinuwun, selamat sinuwun, panjenengan sebentar lagi dikaruniai momongan, kanjeng permaisuri sedang hamil sinuwun" tabib teraebut menjelaskan dengan sangat sopan. Tergambar jelas kebahagian di muka Wijaya, setelah bertahun tahun lamanya, akhirnya salah satu permaisurinya hamil.
"Mulai hari ini, anda harus selalu memantau kesehatan istriku dan janin diperutnya" perintah Wijaya kepada si tabib.
Janin tersebut yang kelak terlahir adalah Raden Ayu Sekar Kusuma.
Suryo Buwono maupun Sekar tumbuh layaknya anak anak seusianya, namun Suryo mendapatkan perlakuan berbeda, sejak masih usia belia, Suryo sudah dilatih ilmu ilmu bela diri. Tentu saja Wijaya memerintahkan guru guru terbaik untuk melatih Suryo. Ini berkaitan dengan perkataan Nini Sayuti bahwa Wijaya harus mempersiapkan fisik maupun mental Suryo Buwono untuk menghadapi takdir yang begitu berat buatnya.
Segala sesuatu berjalan lancar, dan keluarga Wijaya pun nampak sangat bahagia melihat Suryo dan Sekar sudah mulai beranjak remaja. Namun berbeda dengan Sekar yang keseharian nya berada di istana, Suryo tinggal di rumah Ratmi bersama putra nya yang hanya selisih 5 bulan dengan umur Suryo. Disebelah rumah Ratmi, Wijaya Kusuma sengaja membangun rumah beserta padepokan bela diri.
Ki Rakeyang Sanca, pelatih prajurit elite kerajaan dipercaya untuk menggembleng Suryo beserta anak anak terpilih lainnya, tentu saja Suryo diistimewakan, dia mendapat porsi lebih dalam latihan, dan mendapat lebih banyak ilmu kanuragan maupun kesaktian dari Rakeyang Sanca.
Tidak hanya Rakeyang sanca, semua guru guru ilmu kanuragan dan kesaktian yang bernaung dibawah kerajaan Kertabhumi semua mendapat jadwal untuk melatih Suryo Buwono.
Maka tak heran, di usianya yang baru beranjak remaja kesaktian Suryo sudah setara atau bahkan diatas kemampuan pasukan elite kerajaan.
Ya, Suryo memang istimewa, dengan fisiknya yang lebih besar dari anak seusianya, dan dengan segala anugrah keistimewaan Suryo dapat secara cepat menyerap ilmu ilmu yang diajarkan oleh para gurunya.
Ditengah kebahagian keluarga istana, muncul desas desus mengerikan di desa desa terluar kerjaan Kertabhumi. Kepala telik sandi kerajaan menghadap Wijaya.
"Mohon ijin melaporkan Paduka Raja, di desa desa terluar kerajaan Kertabhumi, banyak ditemukan warga tewas secara tidak wajar, tidak ada sedikitpun bekas kekerasan tertinggal, mereka semua mati di tengah malam, dan anehnya hanya anak anak dan remaja saja yang mengalaminya"
"Bawa salah satu mayat kesini, minta lah ijin kepada keluarganya, aku akan perintahkan Nini Sayuti dan tabib kerajaan untuk mengetahui wabah penyakit apa ini" titah sang raja.
2 hari kemudian rombongan telik sandi membawa sebuah mayat remaja yang sudah dibalsem agar tidak membusuk selama perjalan ke istana, mayat tersebut terbungkus jarik, dan bagian luarnya dibungkus lagi dengan tikar anyaman pandan.
Mayat itu langsung dibawa ke ruangan tabib kerajaan, ada 4 tabib senior disitu. Dengan sangat teliti mereka memeriksa setiap inci mayat yang tampak mengerikan tersebut. Matanya terbuka lebar, melotot, bola matanya ke atas, sehingga cuma bagian putihnya saja yang terlihat. Mulutnya menganga, seperti menyisakan jeritan disaat ajal menjemputnya, kulitnya kering, berwana pucat pasi, seperti tidak ada darah setetespun disana.
Dan benar saja, saat salah satu tabib memotong nadi di tangan mayat, tak ada darah tersisa sedikitpun. Dan menurut informasi dari telik sandi yang disebar ke semua desa terluar, semua mayat mayat tersebut kondisinya nyaris sama persis. Setelah berjam jam ke empat tabib tersebut bekerja keras mengetahui penyebab kematiannya, mereka saling berpandangan dan menggeleng lemah, sepertinya mereka sudah menyerah.
"Ini bukan wabah penyakit, kami tidak menemukan penyakit apapun di tubuh mayat ini, bahkan setetes darah pun tidak tersisa untuk diteliti ada penyakitnya atau tidak" Jelas seorang dokter kepada kepala telik sandi yang sedari tadi setia menunggu tabib tabib itu bekerja.
"Baiklah, aku akan melapor ke Paduka Raja sekarang" sahut kepala telik sandi tanpa nama tersebut.
Memang semua telik sandi kerajaan sudah melepaskan semua identitasnya, saat membaur dengan masyarakat, mereka membuat identitas penyamaran baru.
Setelah menghadap Wijaya Kusuma, kepala telik sandi melaporkan semuanya secara detail, Wijaya hanya melongo mendengarkannya, belum pernah sekalipun kejadian serupa ditemuinya semasa dia hidup, mungkin ini adalah ujian sesungguhnya selama dia menjadi raja.
"Panggil Nini Sayuti ke ruangan Tabib, aku menyusul secepatnya!" Jawab wijaya dengan masih menyisakan tanda tanya akan semua keanehan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
nath_e
weeh nda mungkin ada vampire juga kapan🙈
2023-06-26
0
nath_e
pangeran yg terbuang yaa, tapi jd lakon disaat terakhir 👍🥰
2023-06-26
0
nath_e
ini niih ciri khas nya sepeminum teh keren kak🤗
2023-06-26
0