Berkat pengaruh bulan purnama penuh, para iblis seolah mendapat energi tambahan berlipat lipat. Mereka pun sangat percaya diri, iblis yang berjumlah ribuan tersebut saling berteriak seolah olah memberi semangat pada kawan kawannya.
Mereka berlarian mengeroyok pasukan Rakeyang Sanca. Terlebih ada Suryo dan beberapa murid Rakeyang yang masih perjaka, tentu saja menambah semangat para iblis untuk menghisap sari kehidupan mereka.
"SLAASSHHHHH..... DHUAAAARRRR......!!!!"
Suara anak panah sakti salah satu pasukan elite menembus puluhan tubuh iblis kemudian meledak beberapa saat setelahnya.
"AARRRGGGHHHH.....!!!!" Raungan, erangan dan jeritan para iblis saat terkena panah membahana, seketika itu juga mereka seperti hangus terbakar kemudian menjadi debu debu berwarna hitam tersapu angin.
"Apakah kalian mampu menahan Cemeti Petir ini wahai iblis....!!!!"
Teriak Mahesa, putra kedua Rakeyang Sanca. Saat cemeti itu disabetkan ke arah para iblis, tampak kilatan kilatan seperti petir menyambar nyambar dan membinasakan banyak sekali iblis.
Rakeyang Sanca masih belum bergerak, dia hanya mengamati murid muridnya membinasakan para iblis yang terlampau percaya diri tersebut.
"Suryo, cobalah ajian Pedang Khayangan mu, aku ingin melihat sudah seberapa jauh perkembanganmu" Rakeyang menepuk pundak Suryo.
"Semoga paman guru tidak kecewa"
Suryo menjawab tanpa menoleh, dia fokus dengan para iblis. Tangan Suryo yang sebelumnya mengepal, dibuka, diluruskan jari jarinya, dia fokus mengalirkan tenaga dalamnya ke jari jarinya, tampak aura keemasan memanjang dari jarinya, sekitar satu meter.
Sekali menghentakkan kakinya, Suryo melesat di kerumunan para iblis, tangannya berputar seolah tak beraturan, badan dan kakinya mengikuti ritme gerakan kedua tangannya.
"SLAAASSSHH....SREETTTT....SREETTT....."
Suara desing aura berbentuk pedang itu membabat, memotong dan mencincang ratusan iblis hanya dalam sekali penyerangan. Raungan dan jeritan iblis benar benar tedengar sangat memilukan.
Percikan darah berwarna hitam pekat dan berbau busuk milik para iblis pun berceceran dimana mana. Pun sama halnya dengan pasukan lainnya, mereka menghajar para iblis tanpa ampun.
Panah sakti, cemeti petir, pedang khayangan, chakra buana, dan semua senjata senjata sakti mereka saling bersautan mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Rakeyang Sanca masih belum melakukan apa apa, dia tersenyum kecil saat melihat Suryo dan kawan kawannya tanpa kesulitan berarti membantai ribuan iblis tersebut.
Namun dari awal mata Rakeyang tak pernah lepas melihat sosok iblis yang berdiri paling belakang, pasti dialah pemimpinnya, aura nya terasa paling kuat diantara iblis lain nya. Melihat anak buahnya sangat kepayahan menghadapi pasukan Rakeyang, pemimpin iblis itu tampak membesar auranya, seperti cahaya hitam pekat menyelimuti seluruh tubuhnya.
Dia merentangkan tangannya, kemudian mukanya mendongak lurus ke langit, tiba tiba muncul semacam bola api kecil dari dalam rongga mulutnya.
Ya, ada sesuatu yang berkobar di bola tersebut, seperti api yang menjilat jilat, namun api itu warnanya hitam. Bola api hitam itu semakin melayang ke atas semakin besar dan kobaran apinya pun semakin terasa dari jarak yang lumayan jauh.
"Dia bagianku, kalian urus saja iblis iblis lemah itu!" Teriak Rakeyang sambil melesat menuju pemimpin iblis tersebut.
Tangan kanannya terkepal keatas, sedang tangan kirinya menghunus pedang yang bilahnya seperti keris ber luk tujuh.
Kepalan tangan Rakeyang Sanca tampak mengeluarkan cahaya putih yang sangat menyilaukan dan semakin membesar, kira kira besarnya tiga kali kepala orang dewasa. Bola api hitam iblis itu bergerak mengikuti gerak kepala sang empunya, tiba tiba pemimpin iblis itu berteriak menggema, seketika itu pula bola api hitam itu melesat menyasar Rakeyang Sanca yang melayang menujunya.
Rakeyang Sanca sama sekali tidak menghindar, justru dia menyongsongnya, dialiri tangannya dengan sekitar 75 persen tenaga dalamnya.
"BUKAN HANYA KAU YANG PUNYA API, AKU JUGA PUNYA, DAN APIKU YANG AKAN MEMBINASAKANMU....!!!!" teriak Rakeyang Sanca dengan gagah.
"TERIMALAH TINJU MATAHARIKU....!!!" "DHUUAAAARRR....!!!!" Rakeyang Sanca menghantam bola api hitam tersebut dengan tinju mataharinya.
Benturan dua energi tersebut menimbulkan suara dentuman yang sangat dahsyat. Bahkan dampak tumbukan energinya mampu menghempaskan para iblis iblis di sekitarnya. Tidak sedikit pula iblis yang tewas seketika karenanya.
Bola api hitam itu seperti kaca yang retak terkena tinju matahari, sesaat setelahnya hancur lebur menjadi debu hitam laksana kabut pekat.
Pemimpin iblis pun langsung merasakan dampak yang sangat parah, dia memuntahkan berteguk teguk darah hitam pekat. Bukan hanya dari mulutnya, hidung dan telinganya juga tampak mengalir darah hitam.
"KEMBALILAH KE NERAKA....!!!!" teriak Rakeyang.
Baru saja si iblis merasakan dampak mengerikan dari tinju matahari, pedang luk tujuh Rakeyang Sanca dalam sekejab mata sudah menancap di dada kirinya.
"AARRRGGHHHHH.......!!!!" jeritan iblis itu membahana, tersembur pula darah hitam dari mulutnya, mustahil iblis itu bisa bertahan lebih lama.
"Ini hukuman untuk kalian karena sudah mengambil nyawa sodara sodaraku!" Ucap Rakeyang sambil terengah engah.
"Ayahku...Raja….iblis...di pulau….ini…akan..menuntut balas...kematianku...tunggulah saat...itu...tiba!!" Ucap Sang pemimpin iblis terputus putus karena ajalnya benar benar sudah sangat dekat.
Rakeyang Sanca mencabut pedangnya, perlahan si iblis berubah seperti debu hitam yang berguguran tertiup angin.
Suryo dan kawan kawannya masih takjub dengan betapa dahsyatnya kesaktian guru mereka tersebut.
Sementara kawanan para iblis yang masih hidup berlarian tunggang langgang saat mengetahui pemimpinnya telah binasa. Mahesa berlari menghampiri ayahnya yang tampak kelelahan karena sebagian besar energinya sudah habis.
"Mari kita pulang!" Ucap Rakeyang lirih. Beberapa orang duduk melingkari Rakeyang untuk menyalurkan tenaga dalam mereka. Dengan sisa energi yang sudah sangat lemah mustahil Rakeyang bisa menembus portal gaib untuk kembali ke alam manusia. Setelah dirasa cukup, mereka segera pulang ke padepokan.
Beberapa pasukan terluka oleh serangan membabi buta para iblis, namun tidak ada luka serius. Aryo yang ditugaskan menjaga padepokan langsung membawa Rakeyang dan lainnya ke ruang pemulihan, disana juga sudah disediakan obat obat dan ramuan dari para tabib kerajaan.
Misi kali ini sukses.
Wijaya Kusuma langsung mendatangi padepokan setelah diberi kabar oleh pengawalnya, tentu saja kekhawatiran utamanya adalah Suryo, anaknya.
Wijaya tampak lega karena Suryo dan yang lainnya kembali dengan selamat. Dan untuk sementara waktu teror iblis bisa diatasi.
Kabar keberhasilan Rakeyang sanca dan pasukannya tersebar sangat cepat ke seluruh penjuru kerajaan Kertabhumi, tidak terkecuali para orang tua yang anaknya diungsikan di padepokan.
Para orang tua berbondong bondong menjemput para anaknya untuk dibawa pulang. Mereka sangat berterima kasih atas perlindungan kepada anak anak mereka.
Namun terjadi kejadian kejadian aneh yang lucu, para orang tua tersebut setengah memaksa para anaknya untuk buru buru menikah, mereka takut terjadi lagi teror iblis penghisap sukma.
Bahkan ada pula yang meminta Rakeyang menikahkan putra putri mereka di situ. Meskipun di masa itu sangatlah wajar remaja usia belasan tahun sudah menikah, namun tidak bisa juga jika dilakukan dengan tergesa gesa.
Pihak istana pun menyetujui permintaan para orang tua untuk menikahkan anak anak mereka. Namun ada syaratnya, kedua calon pengantin yang menikah harus saling menerima tanpa paksaan, pun kedua belah pihak orang tua. Mereka diberi waktu untuk saling menjodoh jodohkan putra putri mereka, jika salah satu pihak tidak cocok, maka tidak boleh dipaksakan.
Jika sudah merasa cocok di perjodohan awal, mereka pun masih diberi waktu untuk saling memahami satu sama lain. Jika semua proses sudah dilalui, maka pihak kerajaan akan memberi ijin menikah.
Sebulan setelahnya pihak kerajaan akan mengadakan nikah massal. Tentu saja tidak semua mendapat jodoh disitu, banyak pula usianya yang terlalu belia, dan banyak pula yang tidak menemukan kecocokan disana.
Sebulan berlalu dengan cepat, nikah massal pun digelar di alun alun, tergambar kelegaan dari para orang tua calon pengantin, bagi mereka dengan menikahkan anak anak mereka adalah menyelamatkan putra putrinya dari teror iblis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments