The House
Di sebuah hutan yang sudah gelap karena waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, seorang wanita berlari dengan tergesa-gesa melewati pepohonan yang yang ada di tengah hutan. Wanita itu menoleh sesekali untuk melihat kebelakang. Kedua kaki tidak menggunakan apa pun, dia berlari sekuat tenaga seperti sedang melarikan diri dari sesuatu.
"Jangan, jangan mengejar aku!" teriak wanita itu namun tidak ada siapa pun yang terlihat.
Angin bertiup kencang, asap tebal menyelimuti hutan. Dedaunan kering yang ada terbang ditiup oleh angin. Wanita itu terus berlari, berlari dengan sekuat tenaga. Dedaunan kering seperti mengejar dirinya, suara bisikan mengerikan terdengar di telinganya.
"Bergabunglah... Bergabunglah dengan kami!" suara bisikan itu terus terdengar sehingga membuat wanita itu semakin ketakutan.
"Tidak, biarkan aku pergi!" wanita itu kembali berteriak ketakutan.
Dia tidak peduli dan terus lari, lari dari sesuatu yang terus mengejarnya namun sesuatu itu tidak terlihat.
"Hi.. Hi... Hi... Hi!" tawa mengerikan menggema di dalam hutan. Wanita itu terus berlari, napasnya pun sudah memburu. Dia tidak tahu sudah berlari seberapa jauh tapi dia harus lari sejauh mungkin.
Wanita itu semakin tampak panik, asap tebal menghalangi pandangannya dari hutan yang hanya disinari oleh sinar bulan saja. Wanita itu berlari semakin kencang mungkin namun naas, dia harus terjatuh karena kakinya tersandung akar pohon. Dia hendak beranjak namun sesosok wanita dengan wajah mengerikan berdiri tepat di hadapannya.
"Tidak, biarkan aku pergi. Biarkan aku pergi!" teriak wanita itu sambil memundurkan tubuhnya ke belakang.
"Kau harus ikut dengan kami!" sosok mengerikan itu berteriak sehingga suaranya melengking di tengah hutan.
"Tidak, aku tidak mau!" wanita itu terus memundurkan tubuhnya namun dia dikejutkan oleh akar pohon yang tiba-tiba menjerat lehernya.
"Kau akan bergabung dengan kami, hi.. hi.. hi...!" suara mengerikan itu terdengar banyak, teriakan wanita itu bahkan kalah oleh suara tawa mengerikan itu.
Tubuh wanita itu ditarik oleh akar pohon yang menjerat lehernya, menariknya kembali ke sebuah rumah di mana dia baru saja melarikan diri.
"Tidak, aku tidak mau!" wanita itu hanya bisa berteriak nyaring saat tubuhnya ditarik masuk.
"Lepaskan aku!" wanita itu berteriak namun angin kencang sudah menutup daun pintu rumah tersebut. Suasana di luar mendadak sunyi, tapi suara teriakan terdengar dari dalam rumah. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, tidak ada pula yang tahu dengan kejadian itu sampai akhirnya tidak ada suara apa pun dan keadaan hutan kembali sunyi.
.
.
.
Sebelum kejadian itu terjadi, kota New York, seorang wanita tampak menenggelamkan diri di dalam bathtub sambil menahan perasaan dahaga, bukan dahaga karena haus tapi dahaga akibat pengaruh obat. Wanita itu adalah Madison Clive, keadaannya tampak kacau dan tubuhnya tampak gemetar. Keadaannya seperti itu akibat pengaruh obat, Madison adalah pencandu narkoba selama tiga tahun namun sudah dua minggu Madison ingin berhenti menggunakan obat terlarang tersebut.
Madison berusaha menahan gejolak yang dia rasakan, biasanya dia akan menggores lengannya sendiri untuk meminum darahnya agar keadaannya itu menjadi membaik namun sudah beberapa hari belakangan tidak dia lakukan karena dia benar-benar ingin terlepas dari pengaruh obat terkutuk yang selama ini sudah merusak dirinya.
Madison bekerja di sebuah perusahaan surat kabar, jika keadaannya seperti itu maka dia tidak bisa pergi bekerja seperti pagi ini. Madison terpaksa mengurung diri di dalam rumah akibat pengaruh obat yang menguasai dirinya. Tubuh Madison masih menggigil, sebentar lagi akan berlalu, dia yakin itu.
"Madison, apa kau berada di rumah?" terdengar suara seorang wanita di depan pintu rumahnya.
Madison berusaha menarik tubuhnya keluar dari dalam bathtub, walau sulit namun dia tetap berusaha. Itu pasti suara Hana, sahabat baiknya. Dia tidak boleh membiarkan Hana pergi, dia butuh sang sahabat baik saat ini juga.
"Madison, are you there?" tanya Hana lagi yang masih mengetuk pintu.
"Help!" Madison berusaha berteriak memanggil Hana.
"Madison?" Hana kembali berteriak.
"Hana, tolong aku!" Madison kembali berteriak.
Hana yang mendengar teriakan Madison pun merasa ada yang tidak beres. Pintu rumah sulit dibuka namun Hana menghancurkan kaca jendela sehingga dia bisa masuk ke dalam rumah Madison.
"Madison!" Hana berteriak.
"Hana, aku di kamar!" teriak Madison.
Hana berlari menuju kamar dan terkejut mendapati Madison meringkuk di atas lantai dalam keadaan basah. Hana segera berlari menghampiri sahabat baiknya yang tampak kacau.
"Apa yang terjadi padamu, Madison?" tanya Hana, dia pun membantu Madison untuk bangkit berdiri dari atas lantai.
"Aku tidak kuat lagi, Hana. Aku tidak kuat lagi," ucap Madison.
"Bertahanlah, kau harus melawan rasa dahaganya jika kau ingin sembuh!" ucap Hana. Dia tahu jika Madison seorang pecandu, oleh sebab itu dia tidak begitu terkejut melihat keadaan sahabat baiknya.
"Apa yang harus aku lakukan, aku tidak kuat lagi," Madison menangis, dia benar-benar sudah tidak sanggup melawan rasa dahaganya.
"Sudah aku katakan, pergilah menjalani rehabilitasi!" Hana membatu Madison untuk duduk di atas ranjang, dia pun pergi mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh Madison yang basah.
"Aku tidak mau, Hana. Aku tidak mau menjalani rehabilitasi!" tolak Madison.
"Jika kau tidak mau, keadaanmu akan tetap seperti ini bahkan akan semakin memburuk!" ucap Madison.
"Aku tidak mau, aku tidak mau!" Madison menekuk kedua lututnya. Jika dia menjalani rehabilitasi, maka namanya akan tercoreng dan karirnya akan terancam. Dia pun akan kesulitan menemukan pekerjaan oleh sebab itu dia tidak mau menjalani terapi.
"Kau tidak akan bisa sembuh, Madison!"
"Bantu aku, Hana. Aku tidak mau pergi rehabilitasi jadi tolong bantulah aku!"
"Baiklah, baik. Sekarang keringkan tubuhmu!" Hana memberikan handuk yang sudah dia ambil pada Madison.
"Seharusnya kau tidak mengkonsumsi obat terlarang itu, padahal aku sudah memperingatkan dirimu tapi kau lebih mendengarkan perkataan baj*ngan itu dengan alasan cinta yang kau miliki!"
"Aku menyesal," Madison menunduk. Dulu dia bukan pecandu, dia juga gadis baik-baik tapi semua berubah akibat pergaulan bebas dan setelah dia bertemu dengan seorang pria yang mencuri hatinya, Madison rela melakukan apa pun bahkan dia mulai mencicipi obat terlarang yang membuatnya kecanduan.
Kekasihnya sendiri baru saja meninggal akibat over dosis oleh sebab itu, Madison memutuskan untuk berhenti tapi nyatanya semua itu tidaklah mudah. Segala upaya dia lakukan tapi dia membeli obat itu lagi saat ada kesempatan. Luka di tangan masih belum begitu sembuh dan sekarang dia harus kembali menahan rasa dahaga akibat obat.
"Sekarang, apa yang ingin kau lakukan? Kau tidak mau melakukan rehabilitasi jadi apa yang hendak kau lakukan?" tanya Hana.
"Aku tidak tahu, aku butuh tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Mungkin berada di tempat seperti itu bisa memberikan aku ketenangan," ucap Madison.
"Tempat yang sepi? Apa kau yakin?" tanya Hana karena dia tidak yakin.
"Aku membutuhkannya, Hana. Aku butuh tempat yang benar-benar tenang dan jauh dari kota. Apa kau mau membantu aku mencari tempat seperti itu?"
"Apa kau yakin bisa sembuh di tempat seperti itu, Madison?" tanya Hana tidak yakin.
"Aku harus mencobanya, Hana. Aku tidak bisa seperti ini terus dan aku tidak mau menjalankan rehabilitasi."
"Baiklah, aku akan pergi mencari tempat yang kau inginkan agar kau bisa tenang," kini Hana setuju untuk membantu sahabat baiknya.
"Terima kasih, Hana."
"Jangan sungkan," Hana tersenyum, dia harap keinginan sahabat baiknya untuk sembuh dari pengaruh obat dapat terwujud.
Madison pun berusaha tersenyum dan berharap dia bisa terbebas dari pengaruh obat tapi sayangnya, dari sanalah kesialan harus dia alami bahkan dia tidak akan pernah menduga dengan apa yang akan dia alami nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Hanachi
bagaimana bisa sembuh ? orang kecanduan obat terlarang kan butuh didetox tubuhnya karena yang sakit sebenernya fisiknya juga. dan proses penyembuhannya harus di bawah pengawasan para ahli.
menyendiri malah akan jadi misi bunuh diri.
kalau masalah takut nama baik rusak kan bisa main rahasia rahasiaan, karena setau aku tempat rehabilitasi itu menjaga banget nama baik pasiennya agar tidak bocor kemana mana.
2023-07-15
3
Cool_Flw
tawanya bikin aku merinding 😭
2023-06-06
1
Boy Warrior
wah wah wah author Reni juli ad d 2 t4 ya,di sini dan d sana. okelah kalo gitu. di sebelah AQ kesulitan dpt koin buat baca kisah Maximus smith
2023-05-26
1