Milo diturunkan dari gendongan, Madison merenggangkan otot tangannya sejenak. Setelah masuk ke dalam, Madison berdiri di depan jendela untuk melihat ke arah gelapnya malam. Udara pun semakin terasa dingin, Madison mengencangkan mantel yang dia gunakan agar semakin terasa hangat. Sepertinya duduk di depan perapian sambil menikmati semangkuk sup hangat bukanlah ide buruk.
Madison mengusap telapak tangannya sambil melangkah menuju dapur. Milo tampak meringkuk di atas sofa dan berbaring dengan nyaman. Bahan makanan yang dia bawa sudah berada di dalam kulkas, bahan makanan itu cukup untuknya selama dua minggu berada di sana. Setelah bahan makanan dikeluarkan, Madison menyibukkan diri membuat makanan namun dari kegelapan, ada mata yang mengincar dirinya.
Guk... Guk! Suara gonggongan Milo terdengar, Madison tidak menganggap serius karena itu hanya gonggongan biasa. Dia kembali sibuk meski pun suara gonggongan Milo kembali terdengar.
Sebuah pisau di ambil untuk memotong wortel. Madison melakukan kegiatan itu sambil bernyanyi, dia harus bisa mengisi waktunya yang sepi namun tiba-tiba saja, Brraakkkkk!! Madison justru dikejutkan oleh suara keras yang datang dari luar.
Braakkkk!!! Suara itu kembali terdengar di susul dengan suara gonggongan Milo yang tiada henti terdengar.
"Milo!" Madison meletakkan wortel dan pisau yang ada di tangan.
"Milo!" dia kembali memanggil anjingnya yang terus menggonggong tanpa henti. Aneh, apa para sahabatnya kembali lagi?
Madison melangkah keluar, untuk melihat anjing kesayangannya tapi tidak ada siapa pun. Madison sangat heran mendapati Milo sedang menggonggong di depan sebuah pintu yang tertutup dengan rapat.
"Milo, kenapa kau bergonggong seperti itu? Apa kau lapar?" tanya Madison seraya menggendong anjing kesayangannya.
Milo masih saja terus menggonggong, anjing itu pun menunjukkan taringnya seperti sedang melihat sesuatu yang tidak dia sukai. Madison masih belum mengerti dengan apa yang terjadi dengan anjing ras chihuahua miliknya itu. Milo bahkan masih menggonggong meski Madison sudah membawanya pergi.
"Ada apa denganmu, Milo?" tanyanya namun sayang Milo hanya menggonggong saja.
Madison yang tidak berpikiran buruk pun membawa Milo dan memberikan makanan untuk anjingnya itu. Milo mulai makan, Madison pun kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat menu makan malamnya. Sambil menunggu sup yang dia buat matang, sebuah buku sudah berada di tangan.
Suasana begitu sunyi, gonggongan Milo tidak lagi terdengar. Semangkuk sup hangat pun sudah jadi, Madison menikmatinya di depan televisi dan di depan perapian yang sudah menyala. Rasanya sangat menenangkan, dia bahkan tertawa karena acara yang dia tonton adalah acara komedi.
Angin bertiup kencang di luar sana, membuat ranting-ranting pohon yang sudah kering bergerak dan membentur jendela. Madison terkejut lalu berpaling, tidak ada siapa pun. Sepertinya dia terlalu banyak berpikir, jangan katakan dia kembali berhalusinasi akan hal itu.
Kreekkkk..... terdengar suara seperti kuku-kuku yang tajam sedang menggaruk kaca jendela. Madison kembali terkejut dan berpaling, kini dia beranjak untuk melihat apa yang terjadi.
Kreekkk... suara itu kembali terdengar. Madison menelan ludah, dia bahkan merasa merinding. Milo kembali menggonggong dan berlari menuju jendela, anjing itu berdiri di depan jendela dan terus menggongong.
"Apa yang kau lihat, Milo? Apa Hana dan yang lain kembali untuk menakuti kita?" tanyanya.
Tuk... Tuk.. Tuk.. Kini kaca dari sisi lain seperti sedang diketuk oleh sesuatu. Lagi-Lagi Madison terkejut, dia berpaling ke arah jendela itu untuk melihat dan lagi-lagi suara kaca yang di garuk dengan kuku yang panjang kembali terdengar.
"Anyone there?" tanya Madison sambil berteriak. Pasti ketiga sahabatnya kembali lagi untuk menakuti dirinya. Madison memberanikan diri untuk melangkah mendekati jendela lainnya, napas Madison memburu, dia bahkan tampak gelisah.
Kreekkk.. Suara itu kembali terdengar di susul dengan suara lainnya. Tek... tek... tek... suara itu dari jendela yang berada di sisi lain. Suara itu seperti kaca diketuk oleh ranting kayu dan tentunya suara itu membuat Madison mulai ketakutan apa lagi suara-suara itu terus terdengar.
"Jangan bercanda, Jeremy, Hana, apa kalian berada di luar sana?" teriak Madison tapi tidak ada satu orang pun yang menjawab.
Suara-Suara itu terus terdengar, Madison semakin ketakutan. Napasnya semakin memburu dan dia semakin panik. Dia melihat ke sisi kanan, lalu ke sisi kiri di mana suara-suara itu terus terdengar.
"Stop it, stop it!" Madison jatuh terduduk, kedua telinga ditutup rapat. Lagi-Lagi dia berhalusinasi, lagi-lagi pengaruh obat terlarang yang dia konsumsi selama ini membuatnya jadi seperti itu.
Suara yang dia dengar kembali terdengar, kaca yang seperti di garuk, suara benda yang di lempar dan juga suara gonggongan Milo membuatnya semakin merasa takut luar biasa tapi dia rasa dia hanya berhalusinasi saja.
"Hentikan!" teriak Madison dengan suara keras. Suara-Suara itu seperti terus berputar di kepalanya, Madison masih saja berteriak sambil menutup telinganya rapat. Suara gonggongan Milo semakin membuat suasana menjadi kacau. Madison benar-benar tidak tahu yang sedang dia alami saat ini nyata atau tidak.
Dhuk.... Dhuk.. Dhuk! Kini ada yang menggedor pintu. Madison yang ketakutan sudah meringkuk di atas lantai. Dia tidak mau mendengar, dia tidak mau mendengar semua suara yang diakibatkan oleh halusinasi yang dia alami saat ini.
"Madison, apa kau sudah tidur?" teriakan Hana terdengar diiringi dengan suara pintu yang digedor dengan kencang.
"Madi, kau belum tidur, bukan?" kini terdengar suara teriakan Erick.
Madison menyingkirkan kedua tangan yang menutupi telinganya, sepertinya kali ini dia tidak berhalusinasi karena dia bisa mendengar teriakan para sahabatnya di luar sana. Suara-Suara mengerikan itu sudah tidak terdengar lagi, Madison semakin yakin jika yang dia alami hanya halusinasi dan ulah ketiga sahabatnya.
"Madison!" teriakan Hana kembali terdengar. Mereka takut Madison sedang mengalami overdosis tapi ketika Madison membuka pintu, mereka tampak lega.
"Sialan, ternyata kalian yang menakuti aku!" ucap Madison.
"Kami tidak menakuti, tapi ada barangmu yang tertinggal!" ucap Hana seraya memberikan sebuah tas pada Madison.
"Oh my God, tasku!" Madison mengambil tas yang diberikan oleh Hana.
"Jika di dalamnya tidak berisi ponselmu, kami tidak akan kembali lagi," ucap Hana.
"Maaf, aku lupa."
"Ck, lain kali lebihlah teliti. Apa yang sedang kau lakukan, kenapa tidak menjawab saat kami memanggil?" tanya Hana lagi.
"Hm, aku berada di kamar dengan Milo," dusta Madison. Jangan sampai para sahabatnya tahu jika dia sedang berhalusinasi.
"Baiklah, kami khawatir telah terjadi sesuatu denganmu. Segeralah beristirahat. Kami harus pergi."
"Terima kasih, lain kali jangan menakuti aku lagi!" ucap Madison.
"Ck, segera masuk dan beristirahat." ucap Jeremy. Mereka tidak menganggap serius ucapan Madison karena mereka menganggap Madison hanya berhalusinasi.
"Hati-Hati!" teriak Madison sambil melambai pada ketiga sahabatnya yang sudah masuk ke dalam mobil. Madison masih berdiri di depan pintu sampai ketiga sahabatnya pergi. Hampir saja, beruntungnya ketiga sahabatnya kembali. Mereka benar-benar menakuti dirinya tapi apakah benar yang sedang dia alami adalah halusinasinya saja? Madison menghampiri Milo yang sudah berada di tempat tidurnya. Benar, semua yang terjadi pasti hanya halusinasinya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Hanachi
seenggaknya, para sahabat Madison ini nemenin Madison dulu 1 atau 2 malam. kalau memang aman aman aja situasinya, barulah ditinggal.
2023-07-15
1
IG: _anipri
you are not entitled friend
2023-06-06
1
Mr Lie 🍇✰͜͡v᭄
Madison jd tdk peka gara2 ngobat 🤧
Madison seharusnya tau kalau anjing ngegonggong pasti ada mahluk halus 🙈
klu Madison peka ketika Hana dtg kembali seharusnya ikut pulang aja, kalau aq dah ngibrit dah 🤣🤣
2023-05-05
3