Madison tidak ingin membuang waktu, sekarang tidak ada lagi yang bisa dia harapkan dan sekarang dia harus berdiri di kedua kakinya sendiri karena dia sudah tidak mau merepotkan para sahabatnya lagi. Situasi semenakutkan apa pun yang dia alami, dia harus melewatinya. Mungkin dengan melawan rasa takutnya, dia bisa melupakan dahaga yang dia rasakan terhadap obat-obatan.
Waktu seolah berjalan begitu cepat, langit terlihat begitu gelap. Tidak ada cahaya matahari, oleh sebab itu keadaan rumah cukup gelap. Dia harus menyalakan listrik sesegera mungkin, senter yang dia temukan tanpa sengaja saat mencari korek api di dapur sudah berada di tangan.
Kunci-Kunci yang dia temukan juga diambil, Madison sudah siap membuka pintu itu. Semoga tidak ada hal yang aneh di dalam sana. sebelum memulai, Madison menyalakan satu lampu emergency juga beberapa lilin. Dia harus berhemat karena dia tidak tahu apakah dia menemukan keberadaan generator listrik di balik pintu yang hendak dia buka atau tidak.
Sebatang lilin yang sudah menyala pun sudah berada di depan pintu, Milo menggeram ke arah pintu itu seperti saat pertama kali mereka berada di rumah itu. Anjing itu tampak tidak senang, bulu-bulu Milo bahkan terlihat berdiri tapi Madison tidak menyadarinya.
"Hei, calm down baby," Milo mendekati anjingnya dan mengusap kepala Milo.
Guk... Guk! Milo justru menggonggong dan kembali menggeram.
Madi melihat ke arah pintu, entah kenapa dia jadi merasa ragu untuk membuka pintu itu. Milo sudah menunjukkan sikap tidak bersahabat sedari tadi dan sikap tidak senangnya itu semakin dia tunjukkan. Gonggongannya bahkan kembali terdengar diiringi dengan geramannya seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan di balik pintu tersebut.
"Ada apa, Milo? Apa ada yang kau takutkan? Apa kau mengetahui sesuatu di balik pintu itu?" tanya Madison namun Milo hanya menjawab dengan gonggongan dan geraman tidak senang.
"Jika kau takut, bersembunyilah di bawah ranjang. Aku harus menyalakan listrik. Kau tidak suka dengan keadaan gelap, bukan?" Madi berusaha menenangkan anjingnya. Tidak ada pilihan lain, lagi pula tidak ada tertulis larangan di depan pintu. Hana pun tidak mengatakan jika dia tidak boleh membuka pintu itu jadi dia rasa pintu itu tidak masalah untuk dibuka.
Setelah menenangkan anjingnya, Madison mengambil kunci yang sudah berkarat. Entah kunci itu bisa membuka gembok-gembok itu atau tidak yang pasti dia harus mencobanya. Satu kunci sudah dimasukkan ke dalam gembok tapi sayangnya gagal. Madison mencoba kunci yang lain tapi hasilnya sama. Meski dia berusaha untuk membukanya, tapi yang dia lakukan sia-sia karena tidak ada satu pun kunci yang dapat membuka gembok-gembok itu.
"Sial!" Madison terduduk di depan pintu, kunci berkarat berada di atas lantai. Entah bagaimana caranya membuka gembok itu, dia jadi penasaran dengan apa yang ada di balik pintu tersebut.
Madison menghela napas namun samar dia mendengar suara langkah kaki. Madi menegakkan duduknya, dia mencoba memasang telinga baik-baik dan suara langkah kaki kembali dia dengar. Madison bahkan menempelkan telinganya di daun pintu dan suara itu terdengar dari balik pintu yang sedang berusaha dia buka. Aneh, apa ada yang tinggal di balik pintu itu? Tidak, mana mungkin ada yang tinggal di sana. Dia sudah memeriksa bagian belakang rumah tapi tidak ada pintu apa pun.
Rasa penasaran justru memenuhi hatinya. Dia sangat ingin tahu apa yang ada di balik pintu tersebut. Meski tidak ada kunci yang bisa membuka tapi dia akan tetap membukanya. Madison beranjak lalu melangkah pergi tapi tidak lama karena dia kembali dengan sebuah kapak di tangan.
"Jangan meremehkan aku!" ucap Madison lalu kapak diayunkan dan menghantam gembok yang pertama. Tidaklah mudah tapi dia terus melakukannya sampai akhirnya gembok yang dia hantam dengan kapak terbuka dan jatuh ke atas lantai. Madison terengah, namun seringai mengerikan terukir dari dalam kegelapan malam tanpa dia ketahui. Suara kapak yang menghantam gembok yang mengunci pintu kembali terdengar, Milo sudah bersembunyi karena takut. Gembok-Gembok yang membelenggu pintu sudah terbuka semua, Madison mengambil napas sejenak.
Seringai menakutkan kembali terukir pada makhluk yang menakutkan. Bagaikan sebuah segel yang sudah terbuka, pintu itu mendadak terbuka sendiri namun sedikit sehingga membuat Madison terkejut. Kapak diletakkan, Madison mengambil senternya. Sudah sejauh ini, dia tidak boleh takut. Dia harus melawan rasa takutnya untuk menemukan generator listrik.
Senter sudah berada di tangan. Sebelum membuka pintu itu, Madison menelan ludahnya dengan kasar. Tangannya bahkan gemetar. Jujur dia takut tapi jika dia tidak mencari generator listrik, dia dan milo akan berada di rumah yang gelap sepanjang hari.
Madison memberanikan diri, pintu di buka dengan perlahan. Suara pintu yang berat, seperti tidak pernah dibuka begitu lama terdengar menusuk telinga bahkan membuat buku roma meremang. Bau pengap tercium, diiringi dengan bau busuk yang cukup menyengat. Madi menutup hidung, dia bahkan hampir muntah akibat bau yang begitu busuk. Madi menyalakan senter, sebuah tangga yang akan membawannya ke bawah terlihat. ternyata benar, pintu itu terhubung ke basement. Sesungguhnya apa yang ada di bawah sana?
"Yes, come with us Madi," Madi tidak mendengar bisikan dari kegelapan yang sudah menunggu kedatangannya.
Madison mengarahkan senter ke basement yang sangat gelap, hawa dingin berhembus dari bawah sana. Bau busuk pun kembali tercium. Madi kembali menelan ludah dan memberanikan dirinya untuk menginjakkan satu kakinya ke anak tangga pertama. Baiklah, itu hanya basement biasa tapi setiap kali kakinya menginjak anak tangga, Madi menahan napas dengan jantung berdegup kencang.
Krriittt! Suara anak tangga berbunyi setiap kali Madison menginjaknya. Aneh, dia merasa ada banyak pasang mata yang sedang menatap ke arahnya.
kriittt! Bunyi anak tangga yang dia injak kembali berbunyi, senter bergerak ke kanan dengan perlahan. Napas Madison tertahan, dia takut sesuatu yang mengerikan berada di bawah sana. Setelah ke kanan, lalu ke kiri namun tidak ada apa pun apalagi cahaya senter tidak cukup menerangi basemen yang sangatlah gelap. Napas Madison memburu tanpa sadar, jantungnya seperti genderang bahkan napasnya dapat dia dengar. Kedua tangannya gemetar, begitu juga dengan kakinya. Sekujur tubuh juga terasa dingin karena dia merasa angin dingin berhembus sedari tadi.
"Ma..di..son," langkah Madison terhenti saat mendengar seseorang memanggilnya.
Madison menghentikan langkah, lagi? Suara bisikan yang memanggilnya lagi-lagi terdengar. Apa itu benar-benar halusinasinya?
Srek.. srek...srek! Sesuatu terdengar di bawah sana. Madison memundurkan langkahnya.
Srek... srek.. srek, suara seperti seseorang sedang merangkak mendekat kembali terdengar. Madison menelan ludah dan kembali melangkah mundur. Ada sesuatu yang mendekat, sesuatu itu semakin mendekat. Dengan tangan yang gemetar, Madi mengarahkan senternya ke arah datangnya suara. Kedua mata melotot saat melihat sosok mengerikan berada di lantai dan menatapnya dengan seringai menakutkan.
"No," Madi melangkah mundur dengan perlahan, tatapan mata masih tidak berpaling dari sosok mengerikan itu bahkan darah tampak mengalir dari mulutnya yang memperlihatkan seringai menakutkan.
"I'm coming, Madi!" ucap makhluk itu.
"Tidak, kau tidak nyata!" teriak Madi namun dia sudah melangkah mundur.
"Sebentar lagi kau akan menjadi bagian dari kami! Ha... Ha.. Ha.. Ha!" tawa mengerikan makhluk itu memenuhi lantai basemen yang gelap.
Madison berteriak seraya memutar langkah karena makhluk itu merangkak cepat menuju ke arahnya. Takut, dia sungguh takut. Madi sudah berada di ujung tangga, daun pintu diraih karena dia ingin menutup pintu itu tapi sebelum dia melakukannya, senter di arahkan ke arah sosok hitam menakutkan yang merangkak begitu cepatnya.
"Kau tidak akan bisa lari, Madison!" teriak makhluk itu.
Napas Madi memburu, dada turun naik. Tubuhnya bergetar hebat begitu juga kedua tangan dan ketika makhluk itu sudah cukup dekat, Madi berteriak keras dan menutup pintu itu rapat.
"Come with us, Madi!" mahkluk itu berteriak sambil mengedor pintu.
Madi berdiri di depan daun pintu menahan agar pintu itu terbuka sehingga makhluk itu tidak keluar tapi sesungguhnya, dia diperdaya karena semakin dia merasa takut maka roh-roh yang ada si rumah itu semakin senang karena mereka akan mendapatkan jiwanya.
"Pergi kau, pergi!" teriak Madison.
"Apa yang kau takutkan, Madi? Bukalah pintu ini, kita akan bersama selamana!" kini terdengar suara Rian.
"Kau sudah mati, Rian. Jangan ganggu aku!" pinta Madison. Dia masih berusaha menahan pintu, Madison bahkan sedang mencari sesuatu untuk menahan pintu.
"Aku mencintaimu, cepat buka pintu ini!" pinta Rian.
"Diam, kau tidak nyata!" teriak Madison. Beberapa saat, suasana hening, hanya terdengar suara napas Madison saja yang memburu. Madison mengambil sesuatu yang ada di atas lantai untuk menahan pintu menggunakan kakinya. Suara makhluk itu sudah tidak terdengar, dia rasa sudah aman.
"Madison, buka pintunya!" kali ini teriakan lain terdengar, diiringi pintu yang dipukul.
"Ha-Hana!" Madison melangkah mundur. Apakah yang ada di balik pintu itu benar-benar Hana?
"Cepat buka, Madi!" Hana kembali berteriak.
Madison tidak bergeming, dia seperti kebingungan. Haruskah dia membuka pintunya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Muh. Yahya Adiputra
jangan Madison sepertinya yg ada diluar adalah ulah makhluk penunggu disitu yg sengaja ingin membuat mu jadi bingung dan ketakutan.
2023-05-13
2
Muh. Yahya Adiputra
😱😱😱😱
kamu benar-benar di dalam bahaya sekarang Madison, karena apa yg kamu lakukan 😰😰😰
2023-05-13
1
Muh. Yahya Adiputra
astaghfirullah.. kamu benar-benar di dalam bahaya sekarang ini jadi😰😰😰😰
2023-05-13
1