Return From God Quest
Perang yang berlangsung selama ratusan tahun telah membuat dunia mengalami kekacauan.
Namun kini semuanya akan segera berakhir.
Puncak Jaya, tempat semua pertikaian antara tiga fraksi terbesar mencapai puncaknya.
Matahari baru saja menampakkan diri di timur, memberikan kehangatan sang mentari pada puncak gunung yang tertutupi salju abadi.
Tiga sosok saling berhadapan, tidak ada satupun dari mereka memiliki sisi yang sama.
Perbedaan antara ras, ideologi dan tujuan.
Semua saling bertentangan.
"Setelah pertarungan ini berakhir, tidak peduli siapapun pemenangnya, yang kalah harus menghormati apa yang telah disepakati."
Ucap seorang pemuda dengan armor berkilau.
Dia terlihat seperti seorang manusia biasa dengan wajah tampan, tetapi telinganya yang panjang mengungkap jika dia adalah Elf.
"Elf, bangsa licik yang menjadi pelopor penghianatan perjanjian Perdamaian seharusnya tidak memiliki hak untuk mengatakan itu."
Suara sosok kedua terdengar berat dan penuh intimidasi menggetarkan udara sekitar.
Jika dilihat dari belakang mungkin sosok itu juga bisa disalah artikan sebagai manusia biasa bertubuh kekar.
Tetapi postur tubuh yang hampir setinggi tiga meter dan taring besar pada rahang bawah memberitahu jika sosok itu adalah seorang Orc.
Elf menatap tajam pada Orc yang mengungkit kesalahan dari nenek moyangnya di masa lalu. Busur di tangannya telah terpasang anak panah yang siap dilepaskan.
Melihat itu Orc tersenyum, tangannya semakin erat menggenggam kapak besar yang ia gunakan sebagai senjata.
Keduanya siap untuk memulai pertarungan.
Tetapi tiba-tiba dua kristal es terbang cepat mengarah pada kepala keduanya.
Menghadapi serangan itu Elf dengan sigap menghindar, sedangkan Orc menggunakan senjatanya untuk menghalau serangan.
Keduanya pun menatap sosok yang membuat serangan tersebut.
"Kenapa kalian masih saja berbicara dan saling menatap seperti itu. Apa kalian berniat untuk mengulur lebih banyak waktu agar aku mati karena usia?."
Suara seorang wanita yang terdengar parau, sosok itu seakan menggunakan semua udara di paru-parunya untuk berbicara.
Dengan wajah yang ditutupi topeng perak, mengenakan jubah kusam dengan topi bulat besar di kepalanya.
Kemudian sebuah tongkat sihir yang dia gunakan sebagai senjata membuat wanita itu terlihat seperti penyihir jahat pada cerita dongeng.
Orang-orang seringkali salah mengira dia sebagai Treat bahkan Elder Lich.
Tetapi yang sebenarnya dia adalah suatu-satunya manusia murni diantara ketiganya.
Elf hendak membuka mulutnya untuk berbicara, namun manusia tua itu lebih dulu berteriak sambil menggunakan kekuatannya.
"Blizzard!."
Ucapnya sambil memukul ujung tongkatnya ke tanah membuat kabut dingin menyebar ke seluruh area, membekukan apapun yang dilewati.
Menghadapi sihir dari manusia, Orc hanya perlu mengibaskan kapak yang mengakibatkan angin bertiup kencang. Tetapi akibatnya seluruh kabut dingin itu bergerak ke arah Elf.
Satu panah yang ditembak dengan kuat melenyapkan tirai kabut dingin.
Orc kembali menggunakan kapak untuk mengikis anak panah yang Elf gunakan untuk melenyapkan kabut.
Manusia melempar dua serangan es pada kedua lawannya, Elf begitu lincah menghindar, sedangkan Orc memukul tanah yang mengakibatkan guncangan besar.
Tanah yang terangkat melindungi Orc dari serangan es, melihat itu manusia dan Elf segera melompat dari tempat mereka berpijak karena detik berikutnya jarum besar dari tanah muncul di tempat sebelumnya keduanya berdiri.
Setelah melompat Elf menarik busurnya, sejumlah energi berkumpul membentuk anak panah. Dengan kecepatan tinggi seperti senjata mesin, Elf memberikan serangan pada kedua lawannya.
Pertarungan yang sangat intens bertahan hingga berjam-jam lamanya, ketiganya tidak sedikitpun menunjukkan keinginan untuk menyerah.
Hingga matahari sudah berada di ujung barat, langit semakin gelap, udara dingin semakin menusuk.
Ketiganya mulai kelelahan.
Elf menatap busurnya yang hampir patah.
Orc merasakan kapak miliknya semakin berat.
Manusia mengandalkan tongkatnya untuk tetap bisa berdiri.
Anak panah terakhir Elf tarik.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa Orc menyeret kapaknya.
Manusia menggunakan nafas terakhirnya untuk merapal mantra.
Ketiganya saling bertatapan, pikiran mereka sama, akan diarahkan ke mana serangan terakhir yang mereka miliki.
Emir, prajurit terkuat Elf yang dianugerahi gelar Champions of Gaia meyakini jika kemenangan bangsa Elf akan menciptakan kedamaian bagi dunia.
"Semuanya harus selaras dengan alam."
Braga sang Champions of Conquer mengaggap dunia ini akan damai hanya setelah ditaklukkan oleh bangsa Orc.
"Semuanya akan terkendali oleh kekuatan mutlak."
Sementara itu di sisi manusia tidak yakin apakah kemenangan untuk pihaknya benar-benar akan membuat dunia menjadi damai.
"Mustahil, keserakahan dan kebencian telah menguasai manusia sepenuhnya."
Diantara ketiganya, kematian siapa yang benar-benar akan menciptakan perdamaian bagi dunia.
"Namun, aku tidak bisa menyerah karena hanya ini satu-satunya jalan agar aku bisa kembali."
Menguatkan tekad, ketiga bersiap melancarkan serangan terakhir. Namun tiba-tiba langit bersinar terang membuat mereka teralihkan sejenak.
Gemuruh petir terdengar begitu keras, ribuan bola api besar menembus awan hitam menghujani bumi.
Makhluk dari kegelapan mulai bermunculan dibalik kabut yang dihasilkan dari ledakan bola api, makhluk itu menyerang siapapun tanpa memandang Ras.
Sampai seluruh bencana yang terjadi hari itu telah melampaui batas mengakibatkan bangkitnya teror yang tertidur selama ribuan tahun .
Retakan bumi melebar membentuk jurang yang begitu dalam. Seperti ayam yang hendak keluar dari cangkang telurnya, seekor naga keluar dari retakan bumi.
Tidak ada satupun kekuatan yang bisa mengalahkan seekor Naga.
"Tidak akan mustahil jika seluruh kekuatan kita digabungkan."
Emir masih tidak kehilangan harapan.
Braga yang tidak berniat mati hari ini pun terpaksa ikut bergabung.
Manusia hanya mengangguk kecil menandakan ia setuju.
Leher naga mulai membengkak dengan sinar kemerahan.
Mengetahui apa yang akan segera terjadi, Manusia segera merapal mantra perlindungan.
Nafas api membakar tempat pertarungan tiga Champion, mencairkan seluruh salju di puncak Jaya. Beruntung mantra pelindung yang manusia buat bisa bertahan dari serangan, namun itu dengan bayaran kesehatannya yang semakin memburuk.
"Jika saja aku masih sepuluh tahun lebih muda...."
Manusia menatap darah di telapak tangannya.
"Itu tidak akan berbeda sama sekali manusia,"
Braga melempar kapaknya kearah naga, namun sisik yang keras membuat serangan Orc tidak dapat melukai kadal terbang itu.
Demikian pula dengan Emir, semua serangan panah sihir Elf itu tidak berguna melawan naga.
Sementara itu ribuan makhluk dari kabut hitam mulus menyerang dari segala arah, menutup jalan keluar, ketiganya terkepung.
Manusia tertawa kecil lalu berkata, "Sepertinya ini adalah akhirnya."
Mendengar itu Orc mendengus kesal, "Jadi seperti ini Wakil dari para manusia? kalian memang Ras pengecut yang mudah putus asa saat dihadapkan dengan lawan yang lebih kuat."
Tawa manusia semakin keras, "Nak, kau bisa mengatakan itu hanya karena usiamu masih muda."
Manusia membuka topeng peraknya memperlihatkan sosok wanita tua yang seakan telah hidup selama ratusan tahun.
"Aku mengatakan jika ini adalah akhir, tapi itu untuk diriku sendiri."
Manusia kembali merapal mantra, Elf terkejut saat mendengar mantra apa yang ia gunakan. Kekuatan sihir meluap dari tubuh manusia namun dengan bayaran jiwanya yang mulai terkikis.
"Aku sendiri tidak yakin apakah bisa mengalahkan naga itu dengan kekuatan terakhirku, jadi..."
Manusia menatap dua musuh yang kini saling melindungi punggung masing-masing, menghadapi satu musuh yang sama.
"Lakukan sisanya stelah aku menghilang."
Lingkaran teleportasi membawa pergi Elf dan Orc, sementara manusia tinggal sendiri dengan Naga dan makhluk dari kegelapan.
Itu adalah kali terakhir Wakil manusia terlihat, sedangkan sang Naga beserta makhluk dari kegelapan mulai menyebarkan kekacauan di dunia.
***
(End)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
CrocodileRogue
kalau itu aku , aku akan menggunakan item perputaran waktu untuk kembali ke masa lalu dan aku akan menundukkan semua musuh yang telah ku kalahkan dimasa lalu , Lalu kubawa mereka melintasi dunia yang lainnya untuk membantuku, buat kekuatan, tundukkan, dominan, jika para dewa tak senang, aku akan mengorbankan perang dengan para dewa.
Lalu tiba-tiba, aku ditarik oleh kekuatan yang tak terbayangkan, membawaku kembali ke bumi. Bumi mengalami distraksi aneh. Sebuah planet di tatanan alam semesta hancur, kepingan dari planet tersebut datang ke bumi dan menyatu dengannya, menyebabkan bumi membesar 5kali lipat. Dan ini semua disebabkan oleh mereka yang disebut monarch, konstelasi, dan para dewa yang terlupakan. Berbagai Gate dan Dungeon bermunculan, para manusia dipaksakan untuk beradaptasi.
Dan aku, aku menemukan sebuah Gate yang sangat besar secara tidak sengaja dan itu... mengarah pada kerajaan besar yang telah ku bangun. Saatnya mendominasi
2023-05-05
2