Setelah melakukan berbagai hal pada para perusuh yang membuatku tidak mendapatkan es krim, aku melanjutkan berjalan-jalan di taman lalu berlanjut berkeliling kota tanpa tujuan.
'Aku heran kenapa banyak siswa yang bolos sekolah dan memilih mengabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna.' batinku saat melihat banyak anak-anak seusia denganku yang seharusnya saat ini tengah berada di sekolah.
Ketika aku melihat-lihat di stasiun tiba-tiba tatapanku menemukan sebuah selebar yang terletak cukup tersembunyi di balik poster pencarian anak hilang berukuran besar.
"Kursus Yoga?."
Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik pada kegiatan seperti itu, tetapi berkat selebaran tersebut aku menjadi ingat jika belum pernah sekalipun mencoba bermeditasi.
"Selama ini aku pikir meditasi tidak berguna di dunia tanpa energi sihir. Tetapi karena Dark Age akan datang, mungkin saja semuanya akan berbeda."
Aku pun segera pulang untuk segera bermeditasi di rumah. Di balkon lantai dua tempat yang teras nyaman aku mulai bermeditasi mencoba merasakan energi sihir di sekitar.
"Hem... Aku tidak merasa apapun? Apa karena aku kurang berkonsentrasi?."
Kembali memusatkan pikiran, aku mencoba untuk menenangkan diri dan rileks. Tetapi setelah berjam-jam bermeditasi hingga langit mulai sore aku tidak kunjung merasakan adanya energi sihir.
"Sepertinya memang percuma."
Pada akhirnya aku menyerah, cukup kecewa karena usaha yang aku lakukan tidak membuat hasil. Tapi kegagalan ini juga sangat aku syukuri karena yang aku tahu setiap dunia yang memiliki energi sihir pasti dunia itu sangat kacau.
Bayangkan setiap orang bisa menggunakan sihir.
"Itu ibarat seorang anak kecil yang membawa pistol ditangannya."
Walaupun aku gagal mendeteksi keberadaan energi sihir, tapi meditasi membuatku merasa lebih baik. Kelelahan yang aku rasakan telah banyak berkurang, dan pikiranku sekarang begitu jernih.
"Ini terasa sangat nyaman."
Menatap pemandangan sore yang begitu indah, aku berharap kakek ada di sini menikmati matahari terbenam bersamaku.
Brrrrrr!
Ketika aku termenung menikmati sunset, tiba-tiba ponselku berdering. Alhasil aku menghela nafas berat karena kesal suara ponsel telah merusak momen tenang yang sedtaku nikmati.
Tetapi kejesal yang aku alami segera lenyap tergantikan oleh perasaan gembira lantaran pesan yang masuk adalah notifikasi dari Bank yang memberitahu jika ada transfer yang ke rekeningku.
Melihat jika pengirim adalah perusahaan Tanjung membuatku tersenyum kecil. Ada dua kemungkinan kenapa Konglomerat itu memberiku begitu banyak uang.
"Apa akhirnya mereka menyerah mencari informasi cara memasuki Black Market?."
Walaupun mungkin mereka sudah tahu lokasi keberadaan pasar gelap, tetapi memasuki tempat itu jauh lebih sulit dibandingkan menemukannya.
Tidak mungkin mengirim polisi untuk menggeledah tempat itu, karena belum tentu Asami ada saat ini ada di sana.
'Jika salah melangkah, mereka bisa-bisa justru kehilangan kesempatan terakhir menemukan Asami. Jadi mereka harus sangat berhati-hati terhadap misi ini.'
Kemudian kemungkinan keduanya adalah penyewaan tentara bayaran. Mungkin mereka membutuhkan bantuan ku untuk menyelamatkan Asami dengan cara yang terburuk.
Maksud dari 'Terburuk' adalah cara ini memiliki kemungkinan dapat membuat kami diburu oleh organisme hitam dari seluruh dunia.
"Itu cukup menantang."
Tidak ada alasan untuk menolak, terlebih setelah melakukan bisnis tentang saham membuatku kembali jatuh dalam kemiskinan.
Belum lagi jika aku bisa menyelesaikan misi dengan baik pasti akan berdampak pada hubungan baik dengan seorang Rusdi Tanjung. Ini adalah kesempatan emas yang tidak datang setiap hari.
Aku pun menerima pekerjaan ini tanpa berpikir dua kali. Setelah menerima pekerjaan saatnya aku mempersiapkan diri.
"Menyusup ketempat dimana seluruh penjahat di negara ini berkumpul memerlukan persiapan yang matang." Aku bangkit dari lantai, "Tetapi untungnya sebelum dikirim ke dunia lain aku pernah masuk ketempat itu."
Aku memiliki ingatan buruk tentang Black Market karena saat pertama kali datang ke tempat itu adalah saat dimana pamanku berniat menjual ku.
Tetapi tidak ku kira kenangan buruk itu akan membawa hal baik. Mungkin hal yang sama juga terjadi saat Dewa mengirimku ke dunia lain.
Walaupun semua dunia yang aku kunjungi sangat berbahaya dan sangat sulit untuk beradaptasi, namun setelah berhasil bertahan pada akhirnya aku akan menjadi semakin kuat.
"Dan sekarang aku kembali ke masa lalu dengan semua pengalaman itu." Aku termenung sejenak, "Berpikir yang dikatakan Celine cukup masuk akal, aku tidak bisa membenci Dewa yang belum membuat kesalahan apa pun padaku."
"Tetapi setidaknya aku ingin menghajar wajahnya satu kali."
Setelah makan malam aku berniat mencari informasi yang bisa memudahkan aku menjalankan misi besok, tidak ada kesulitan berarti karena aku memilih informan yang cukup handal yakni pamanku sendiri.
"Ka... Kau!."
Paman terlihat begitu terkejut melihat kedatanganku yang menjenguknya di rumah sakit. Dia begitu malu hingga menyembunyikan dirinya dibalik selimut.
"Tolong.... Tolong siapa saja tolong, ada gadis gila yang datang untuk membunuhku!." Dia berusaha meminta bantuan menggunakan telepon yang berada di samping tempat tidur pasien.
Tetapi tentu saja usahanya sia-sia karena aku sudah meretas alat komunikasi beserta kamera pengawas di kamar rawat paman.
"Paman hentikan,"
Pria itu tidak mendengarku dan tetap berusaha menghubungi seseorang. Merasa diabaikan membuatku mulai kesal hingga kata-kataku selanjutnya penuh intimidasi.
"Ini akan berakhir dengan cepat jika kau menjawab apa yang akan aku tanyakan."
"Hiee!."
Tubuh paman bergetar hebat seakan dia baru saja dikagetkan oleh sesuatu, tatapannya penuh ketakutan saat menatapku.
Mungkin dulu aku juga bersikap seperti itu ketika pria ini terus menggangguku. Ingatan masa lalu mulai mengacaukan emosiku, itu membuatku tidak nyaman.
Sebelum kembali kehilangan kendali aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan pada pamanku. Tetapi karena dia agak kurang kooperatif, aku terpaksa memberi dia sedikit pelajaran.
***
[Asami POV]
"Bagaimana dia bisa seperti itu?."
Tatapanku terpaku pada layar televisi yang sedang menayangkan video viral di internet. Itu adalah video yang menampilkan seorang gadis melawan delapan orang dewasa.
Si gadis terlihat begitu tenang sedang delapan lawannya begitu kesulitan, hingga pada akhirnya satu persatu pria dewasa mulai tumbang.
Aku terus mendengarkan narasi dari pembawa acara ketika video tengah diputar. Intinya pembawa acara mengira gadis itu menggunakan teknik bela diri tertentu.
"Apa kemampuan bela diri saja mampu membuat seseorang sekuat itu?."
Tatapanku beralih ke tanganku sendiri, tangan yang begitu lemah karena aku benci mengerjakan sesuatu yang melelahkan seperti olahraga.
Itu merupakan kesalahan besar, andai saja aku lebih sering berolahraga dan ikut berlatih bersama Rayhan dan Rasya mungkin aku bisa menjadi sekuat gadis di video itu.
"Tapi semuanya sudah terlambat sekarang..."
Walaupun sedih tetapi aku sudah tidak dapat menangis lagi, apa aku sudah menyerah?.
Ayah masih mencariku, aku harap ibu baik-baik saja.
Beberapa kali aku mendengar orang jahat itu mengatakan jika besok adalah hari besar untukku, aku harap bisa bertahan hingga mereka datang menyelamatkanku.
"Namanya Karin bukan?, Jika aku kembali sekolah, aku ingin berteman dengan orang kuat seperti dia."
***
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments