18. Secangkir kopi

Rusdi mengalami kebuntuan saat mencari cara untuk memasuki Black Market, bukan hanya ia tidak dapat masuk tetapi dia pun tidak tahu keberadaan pasar gelap itu sendiri.

Jika saja dia bisa bergerak leluasa pasti Rusdi bisa mendapatkan informasi yang ia inginkan dengan mudah. Terapi saat ini dia harus berhati-hati karena tidak ingin membuat pihak yang telah mengkhianati keluarganya mengetahui keadaan sebenarnya.

"Aku pasti akan membuat mereka membayar semuanya. Berdoa saja untuk keselamatan putriku, karena jika tidak walaupun kita memiliki darah yang sama, aku tidak akan pernah memaafkannya."

Memang identitas penghianat itu sudah Rusdi ketahui, penghianat itu tidak lain adalah adiknya sendiri sekaligus paman Asami.

Untuk saat ini dia tidak dapat melakukan apapun pada adiknya karena khawatir organisasi Serigala Hitam menjadi curiga hingga rencana penyelamatan pun terancam gagal.

"Dasar iblis, dia masih bisa bersandiwara seperti itu di depanku setelah apa yang dia lakukan pada putriku."

Rusdi teringat pagi tadi ia bertemu dengan adiknya yang sengaja datang untuk mengucapkan bela sungkawa.

"Dia berpikir seakan Asami memang sudah tidak terselamatkan."

Crack!.

Karena terlalu erat digenggam membuat oena yang Rusdi gunakan patah.

"Ah... Aku jadi memikirkan sesuatu yang tidak berguna seperti itu, sampai dimana aku tadi? Ah benar, aku harus mencari cara untuk menemukan dan mesuk kedalam Black Market."

Merasa tidak memiliki pilihan lain Rusdi akhirnya menghubungi seseorang yang telah memberikan informasi keberadaan putrinya. Sosok mencurigakan yang berhasil menyusup kedalam kediamannya yang dijaga ketat.

"Aku harap dia orang yang bisa dipercaya." Ucap Rusdi.

Karena tidak tahun cara menghubungi perempuan berhelm besi, Rusdi pun melakukan cara yang ia bisa yakni mengirimkan sejumlah uang pada rekening perempuan itu.

Uang yang ua berikan tidak main-main, itu hampir tiga kali dari harga informasi yang ia bayar kemarin.

"Aku harap dia memiliki sesuatu."

Setelah semua yang ia bisa telah dilakukan, Rusdi sekarang hanya bisa menunggu dan berharap agar sosok itu memberinya kabar baik.

Tetapi hingga hari berganti tidak ada kabar dari perempuan itu, hingga Rusdi mengira jika sosok misterius itu pun tidak memiliki informasi tentang Black Market.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan..."

Rusdi menatap sedih foto putrinya di atas meja. Perlahan pendangkalannya mulai tidak fokus, akhirnya ia tertidur karena tidak kuat lagi menahan rasa ksntuk.

"Mohon tahan sedikit lagi tuan."

Terdengar suara wanita yang yang familiar, Rusdi segera tersadar kembali lalu mendapati penyusup yang sama telah berada di ruang kerjanya.

Penyusup wanita berpenampilan pembantu dan helm besi menutupi seluruh kepalannya. Rusdi yang terkejut hampir saja berteriak, namun ia segera menenangkan diri.

Dengan gerakan yang begitu anggun perempuan berhelm besi menuangkan secangkir kopi yang kemudian disuguhkan pada Rusdi. Aroma kopi yang menyegarkan tercium ketika perempuan itu menuangkannya dari teko.

"Maaf telah membuat anda menunggu lama, mencari informasi tentang Black Market sangat sulit, anda pasti bisa memahami alasan itu bukan?."

Rusdi hanya mengangguk kecil setelah mendengar alasan Karin, karena dirinya pun melakukan hal yang sama tetapi tidak ada hasil yang ia dapatkan.

Rusdi menatap secangkir kopi yang perempuan itu tawarkan. Dia agak tergoda untuk meminumnya karena aroma yang ia cium, tetapi dia merasa ragu.

"Aku telah menerima tawaran anda karena bayaran yang tidak bisa ku tolak."

Pada akhirnya Rusdi membiarkan kopi itu dan lebih memilih mendengarkan perkataan Karin.

"Tetapi jika hanya seorang diri akan sulit untukku menyelamatkan putrimu. Jika memaksakan diri, keadaan terburuknya aku hanya bisa membawa jasad putrimu."

Raut wajah Rusdi menjadi gelap begitu mendengar perkataan perempuan di depannya. Tetapi sebelum ia mengatakan sesuatu sosok berpakaian Msid segera melanjutkan perkataannya.

"Karena itulah aku membutuhkan orang-orang yang bisa membantuku menyelamatkan sang putri. Aku harap kau bisa menyiapkan mereka kurang dari satu jam."

Menuruti permintaan Karin, Rusd pun segera menghubungi seseorag. Karin yang masih di dalam ruangan yang sama menuangkan kopi untuk empat orang, lalu ia mengambil salah satunya untuk dirinya sendiri.

Karin menikmati kopinya sambil menatap keindahan kota di malam hari dari balik jendela Tanjung tower.

***

Rasya berdiri di samping kakaknya menunggu lift. Dia terlihat begitu mengantuk karena barua saja dibangun oleh Rayhan.

Begitu pintu lift terbuka, keduanya dikejutkan oleh seorang pria yang sudah berada di didalam lift.

"Detektif Farhan!." Ucap Rayhan.

"Oh, ternyata kalian berdua juga dipanggil."

Rayhan mengangguk kecil sebagai jawaban, sedangkan adiknya hanya menguap karena rasa ksntuk. Keduanya pun memasuki lift bersama menuju lantai teratas kantor dari pemilik tower Tanjung.

Farhan seorang detektif swasta yang bekerja dibawah perusahaan Tanjung, dalam kasus ini ia telah melakukan semua yang dia bisa untuk menemukan Asami yang sudah ia anggap sebagai keponakannya sendiri.

Setelah semua yang dia lakukan, sayangnya Farhan tetap tidak menemukan informasi berati.

Namun beberapa menit lalu dia mendapatkan panggilan dari Rusdi yang mengatakan jika informan misterius telah datang menemuinya.

Bos man yang dia anggap teman terlihat senang seakan telah menemukan titik terang yang akan menuntunnya pada putrinya.

"Aku penasaran informan seperti apa yang menghubungi Bos." Farhan tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.

"Dia perempuan aneh dan aku pikir agak sedikit sakit."

"Hem?."

Rayhan menjawab seperti apa yang ia ingat malam kemarin, dia berpikir perempuan itu aneh karena mengenakan helm besi untuk menutupi wajah, sedangkan kekejaman yang ia tunjukkan ketika hendak membunuh anggota Serigala Hitam terbilang seperti orang sakit jiwa.

Jawaban dari Rayhan yang terdengar ambigu justru membuat rasa penasaran Farhan semakin besar. Dia tidak sabar melihat perempuan itu secara langsung.

Lalu saat mereka tiba di kantor Rusdi, semua yang dikatakan Rayhan sebelumnya tentang si informan, Farhan anggap sebagai kebenaran.

Wanita berhelm besi dengan penampilan pembantu itu hanya berdiri diam menatap keluar jendela dengan secangkir kopi di tangannya.

Dia seakan tidak peduli dengan ketiga orang yang memperhatikannya saat baru memasuki ruangan.

"Oh kopi!."

Ucap Rasya sambil berlari kearah tiga empat empat cangkir kopi yang sebelumnya telah dituang oleh Karin. Melihat Rasya yang hendak meminum kopi itu, Rusdi segera berniat untuk menghentikannya, tetsi ia terlambat.

"Uoh... Ini kopi yang enak." Ucap raya yang secara perlahan meminum kopi yang ia ambil.

"Rasya ksy tidak sopan!." Reyhan memarahi adiknya karena tidak sopan pada Rusdi. Gadis itu membela diri dengan alasan meminum kopi untuk menahan kantuk.

"Tidak apa, kurasa." Rusdi berusaha menghentikan pertengkaran antara dua saudara.

Melihat jika Rasya masih baik-baik saja setelah meminum kopi, Rusdi pun ikut memberanikan diri mengambil salah satu cangkir.

Tindakannya itu pun diikuti oleh Rayhan dan Farhan yang sudah tergoda oleh aroma kopi Semenjana mereka masuk.

Keempatnya merasa tenang setelah menikmati kopi yang Karin sajikan. Kelelahan dan rasa kantuk perlahan lenyap, seakan yang mereka minum bukanlah kopi melainkan minuman berenergi berkualitas tinggi.

"Apa mereka adalah orang-orang yang anda pekerjakan untuk misi ini?."

Perkataan Karin kembali menyadarkan empat orang yang sedang menikmati kopi.

"Ah, maaf. Benar sekali, ketiganya adalah orang-orang yang sangat saya percayai seperti keluarga sendiri."

Karin tertawa kecil saat mendengar perkataan Rusdi, tindakan itu tentunya dibalas dengan tatapan tajam oleh ketiganya. Melihat jika reaksi Rayhan, Rasya dan Farhan tidak bagus, Karin pun segera meminta maaf.

"Keluarga justru yang telah menghianatimu. Kau yakin mereka tidak melakukan hal yang sama?."

Semua orang berdiam, Rusd telah dihianati oleh adiknya sendiri, sementara ketiga yang hanya orang asing tentu tidak memiliki jaminan tidak akan menusuknya dari belakang.

Tetapi Rusdi membantah semua itu.

"Tidak, aku percaya pada mereka!." Ucap Rusdi tegas membuat ketiganya tercengang.

Mendengar jawaban itu Karin menghabiskan kopinya lalu berkata.

"Baiklah jika seperti itu kepercayaan yang kau miliki bpafa mereka. Aku pun akan melakukan hal yang sama."

Setelah itu mereka pun mulai merencanakan misi menyusup kedalam Pasar gelap.

***

[End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!