Di tengah ruangan putih aku dan pria yang mengaku bukan dewa duduk bersama saling berhadapan.
"jadi kau sungguh bukan seorang dewa?." Ucapku dengan melipat tangan di depan dada.
Aku menutup mata memikirkan cara untuk meminta maaf karena kesalahan yang sudah aku lakukan.
"I... Iya..."
Suara pria itu bergetar karena menahan rasa sakit.
"Lalu kau ini apa?."
Membuka sebelah mata, aku melihat wajah pria itu mulai pulih oleh sihir penyembuh.
"Aku...."
Pria itu terlihat agak ragu untuk mengungkap jati dirinya. Tapi setelah mendengar geraman ku dan tangan yang kembali terkepal, dia pun segera berbicara.
"Tu.. tunggu, a.. a.. aku adalah seorang Administrator!."
Dia berkata dengan begitu panik.
"Administrator?."
"Benar, yang pasti aku bukanlah seorang dewa, kumohon percayalah padaku."
Air mata kembali mengalir deras, dia seakan putus asa, takut jika aku tidak mempercayai perkataannya dan kembali menyiksanya.
Dia bahkan sampai bersujud di depanku.
‘Dia tidak ada bedanya dengan anak-anak nakal yang aku temui.’
Aku kembali mengingat saat melatih para pasukan kerajaan ketika aku masih menjadi utusan Dewa. Beberapa orang akan datang untuk meremehkan kemampuan yang aku miliki, mereka tidak sudi berkerja dibawah perintah orang lemah.
Tidak ada kata-kata yang ingin mereka dengar dari orang yang dianggap lemah, karena itu aku selalu menggunakan jalan kekerasan.
‘jalan yang aku sebut dengan jalan kekerasan. Itu sangat efektif untuk menunjukkan sikap Bos nya.’
Walaupun cara yang aku gunakan selalu membuat mereka mendapatkan trauma hingga hampir gila, tetapi pada akhirnya aku mendapatkan bawahan yang setia.
Kembali ke masa sekarang, Pria itu terus memperhatikanku saat aku tengah mengingat masa lalu. Tatapannya semakin menajam seakan tengah melihat sesuatu dalam diriku.
"Apa-apaan!"
Tiba-tiba dia berteriak keras sampai membuatku kaget.
Braak!
"Bugaaaa!."
Tinjuku kembali menghantam wajahnya.
"Kau melihat apa?." Tanyaku sambil mengangkat tinju.
"Tidak, aku mohon maafkan aku."
Melihat reaksi itu semakin membuatku marah.
"Kenapa setiap orang selalu meminta maaf saat aku baru mulai bertanya?." Aku menendang perut pria itu beberapa kali.
"Bukankah langsung menjawab akan membuat semuanya jauh lebih mudah?."
"Agh... a.. aku hanya melihat masa lalu mu.... maafkan aku..."
Setelah mendengar jawaban itu aku menghentikan tendanganku, pria itu batuk darah beberapa kali dan kembali duduk di depanku karena aku memintanya.
Wajahnya semakin ketakutan setelah melihat sesuatu dari ingatanku, itu membuatku penasaran dengan apa yang dia lihat.
"Jika kau bisa melihat masa lalu, maka tidak perlu ku jelaskan kenapa memukul mu bukan?."
"Aku tidak mengerti."
"Hem?."
Tatapanku kembali menatapnya dengan tajam.
"Hieeek, aku... Aku mengerti!."
Setelah dia agak tenang, aku menyuruhnya untuk menjelaskan semua tentang kenapa aku ada di dunia putih ini, apa itu Administrator dan dan bagaimana caraku untuk bertemu dengan Dewa.
"Aku sendiri tidak tahu bagaimana anda bisa datang ke domain milikku. Seharusnya kali ini hanya para Dewa yang diizinkan untuk masuk ke sini."
Administrator memperkenalkan dirinya sebagai Crile Ceo, saat ini dia bertugas sebagai pengawas dimensi dunia tempatku berasal.
"Aku pikir Dewa lah yang melakukan pekerjaan itu." Ucapku.
Mendengar perkataan ku Crile terlihat kesal. "Cih, para makhluk angkuh itu selalu mendapatkan pujian dari pekerjaan yang tidak pernah mereka lakukan."
Crile mengatakan jika tugasnya sebagai Administrator adalah menjaga gerbang dimensi, siapapun yang ingin memasuki dunia yang ia jaga maka harus mendapatkan izin lebih dahulu darinya.
"Sementara itu para Dewa hanyalah para pemalas berkepala kapitalis."
Aku cukup tercengang mendengarnya berkata demikian. Seakan Crile tengah meluapkan semua kekesalannya yang terpendam.
Jika diibaratkan para Dewa itu seperti seorang penguasa wilayah, mereka akan merawat sebuah dunia yang dihuni oleh makhluk hidup dan menjaganya dari segala ancaman.
Sebagai gantinya mereka akan mendapatkan balasan berupa energi positif dari para pengikut dewa tersebut.
Tetapi ada juga Dewa yang tidak memiliki wilayah kekuasaan. Mereka sering membuat keonaran dengan mengacau dunia yang dikuasai dewa lain.
"Apa maksudmu dewa jahat?." Aku mencoba menebak.
"Benar," balas Crile sambil mengangguk.
"karena kau sudah ratusan.... Bahkan mungkin ribuan kali berpindah dunia. Kau pasti sadar akan hal ini." Dia pun melanjutkan penjelasannya.
Tujuan dari Dewa jahat membuat kekacauan karena mereka ingin merebut dunia dari dewa penguasa. Tetapi ada pula Dewa jahat yang hanya ingin melihat sebuah dunia terbakar.
"Lalu siapa Dewa yang menguasai dunia asalku, dia pasti yang telah mengirimku ke dunia lain bukan?."
Aku berpikir akan segera mengetahui identitas dari Dewa yang membuat hidupku begitu sengsara, tetapi Crile justru menggelengkan kepalanya.
"Dunia ini tanpa pengurus." Balas Crile.
Kepalaku miring karena tidak mengerti maksud dari perkataannya.
"Ahem," dia batuk kecil, sambil memalingkan wajah. Aku melihat kupingnya mulai menerah.
‘Kenapa dia?.’
Crile mengatakan jika dunia ini tidak memiliki Dewa penguasa.
"Tahta itu masih kosong," katanya.
Melihat kebingungan di wajahku, Crile pun melanjutkan penjelasannya dengan cepat sebelum pukulan ku melayang ke arahnya.
"Diperlukan energi besar untuk mengadakan kompetisi para Dewa, itu sangat diperlukan untuk memilih penguasa. Dan sampai sekarang dunia ini belum mencukupi energi itu...."
Kompetisi?.
Energi?.
Semua penjelasan yang dia berikan justru membuatku semakin bingung.
"Tsk, kepalamu pasti hanya otak otot."
"Apa kau mengatakan sesuatu?."
"Ah tidak-tidak, itu pasti hanya suara angin."
Walaupun Crile mengatakan demikian, tetapi aku tidak merasakan sedikitpun angin di tempat ini. Itu benar, lalu bagaimana aku bernafas selama ini?.
Crile segera melanjutkan. "Kau pasti pernah mendengar tentang Dark Age bukan?."
"Tentu, hampir seluruh dunia yang aku singgahi memiliki sejarah tentang masa kegelapan."
Dark Age adalah masa dimana para Dewa mulai ikut campur dengan masalah makhluk fana. Membantu mengalahkan dewa jahat, kemudian membimbing seluruh makhluk hidup menuju zaman keemasan.
Dulu aku pernah mencoba untuk meneliti apa yang terjadi pada masa Dark Age, tetapi semuanya sia-sia. Seluruh catatan sejarah dari masa itu telah terhapus, seakan para Dewa tidak ingin apa yang sebenarnya terjadi di masa itu terungkap.
"Itu membuatku sangat penasara." gumamku.
Beberapa informasi yang berhasil aku kumpulkan dari masa Dark Age yakni terjadinya bencana besar yang merubah dunia untuk selamanya, kemudian disusul oleh kebangkitan Dewa jahat.
Bencana besar sebelumnya diyakini ulah dari Dewa jahat. Kemudian Dewa baik pun turun tangan memberikan bantuannya pada orang-orang terpilih.
"Singkatnya semua Dewa jahat dan para anteknya berhasil dikalahkan hingga dunia pun kembali aman, itulah yang aku ketahui tentang Dark Age."
Crile mengangguk kecil, "Garis besarnya memang seperti itu, dan sekarang dunia yang kau tempati akan segera memasuki masa itu." ucapnya.
Bagaikan tersambar sihir petir level 10, aku sangat terkejut dengan apa yang Crile katakan. Masa terkelam dari setiap dunia yang aku singgahi kini akan terjadi pada dunia ku.
"Lalu energi yang kau maksud?."
Crile tidak segera menjawab pertanyaan ku, dia diam sambil memperbaiki kacamatanya dengan sihir.
Pria yang memperkenalkan diri sebagai Administrator terlihat kesulitan untuk menjelaskan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Masa awal Dark Age ditandai dengan terjadinya bencana besar, jutaan manusia kehilangan nyawa karena bencana itu.
"Itu adalah jaminan yang harus dibayar. Jiwa para korban akan diserap dan dijadikan energi untuk menerapkan 'Sistem' pada dunia ini."
Aku tidak bisa berkata-kata dengan semua informasi yang kudengar.
Sistem yang membuat makhluk hidup dapat dikendalikan oleh Dewa.
Sistem yang merubah setiap orang tidak berbeda dari binatang buas haus darah.
Sistem yang merubah duni menjadi begitu kacau hingga Dewa sendiri mengirim utusan yang tidak lain adalah Aku untuk meluruskan semuanya.
"HAL SEMACAM ITU INGIN KALIAN TERAPKAN PADA DUNIA KU!."
Kemarahan ku meluap hingga ruangan putih bergetar hebat.
"Aku tahu ini akan terjadi, tapi tidak ku kira akan seburuk ini."
Crile tahu aku akan marah saat mengetahui yang sebenarnya, bahkan dia sudah mempersiapkan diri jika aku kembali menghajarnya.
Tetapi dia masih terlihat panik saat domain miliknya mulai hancur akibat kemarahan ku.
Kemudian tidak lama kemudian retakan dimensi terhenti karena emosiku mulai dapat dikendalikan.
"Aku cukup terkejut." Ucap Crile yang kini sudah mengenakan armor tebal. Dia mengatakan itu untuk perlindungan jikalau aku kembali mengamuk.
***
(End)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments