Seperti inikah rasanya kekalahan?
Terasa sunyi dan hampa.
Tidak ada sorakan kegembiraan dari para warga yang merasa telah diselamatkan dari invasi Raja iblis.
Tidak ada sambutan hangat dan pujian dari para bangsawan bermuka dua yang ingin menjodohkan aku dengan anak mereka.
Juga tidak ada ucapan terimakasih dari keluarga kerajaan yang sudah ratus kali aku dengar.
Tetapi tanpa semua itu aku merasa tidak ada sedikitpun kekecewaan yang kurasakan.
Justru sebaliknya, aku merasakan kedamaian yang selama ini aku inginkan.
Aku telah menunggu dalam waktu yang lama untuk merasakan kekalahan pertamaku.
Sangat lama hingga menghabiskan seluruh waktu yang aku miliki.
Aku harap setelah ini semuanya akan baik-baik saja.
Tidak, semuanya pasti akan baik-baik saja.
Kumohon biarkan aku beristirahat dengan tenang, karena aku tidak tahu apakah bisa tetap bertahan lebih lama dari ini.
Bisikin para iblis mulai membuat keyakinanku semakin goyah. Apakah Dewa benar-benar membutuhkan aku untuk menyelamatkan ribuan dunia seperti yang selama ini aku lakukan.
Ataukah sang Dewa hanya ingin bermain-main denganku?.
Entahlah, biarkan aku menikmati kedamaian ini tanpa perlu memikirkan apa yang telah ku tinggalkan.
Alam kematian begitu gelap, sudah berulang kali aku memasuki tempat ini. Seharusnya kali ini aku tidak bisa dihidupkan kembali karena seluruh jiwaku telah lenyap sebagai akibat menggunakan Wildmagic.
Tetapi, Dewa selalu memiliki cara untuk membuatku kembali.
Seperti ini contohnya...
Setitik cahaya mulai bersinar, semakin lama cahaya itu semakin cerah. Bersamaan dengan itu aku merasa jiwaku mulai tertarik untuk semakin mendekati cahaya.
Sihir kebangkitan, sihir yang paling ku benci.
Amarah mulai menguasai ku.
Apa yang mereka harapkan dengan terus menggangguku bahkan setelah aku telah mati.
Tidak kah mereka membiarkan wanita tua sepertiku beristirahat dengan damai?.
"Terserahlah, kali ini aku sendiri yang akan menjadi Raja iblis."
Kemarahan membuatku mulai berpikir sesuatu yang konyol.
Ding!
"Eh?."
Terdengar suara lonceng yang begitu familiar. Suara yang aku dengar setiap kali dipindahkan ke dunia lain.
"Tapi bagaimana mungkin, aku belum mengalahkan Raja iblis di dunia sebelumnya."
Benar, Dewa hanya akan mengirimku ke dunia selanjutnya hanya jika telah berhasil mengalahkan Raja iblis dan memberikan kedamaian pada dunia.
"Lalu kenapa?."
Berbagi pertanyaan terus memenuhi pikiranku, namun semua itu segera menghilang ketika tiba-tiba dadaku terasa sesak seakan sesuatu telah menghantam tubuhku.
"Ghaak!."
Itu sangat menyakitkan, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba merasa seperti ini. Pandanganku buram seakan mataku tidak bisa dibuka sepenuhnya.
"Oh ini berhasil, si brengsek ini akhirnya kembali sadar."
Telingaku mendengar suara penuh umpatan dari seorang perempuan. "Suara yang familiar, namun aku tidak ingat siapa.... Tapi lebih dari apapun kenapa seluruh badanku terasa sakit?."
Aku tidak tahu situasi apa yang sedang aku hadapi. Mencoba melihat ke sekitar aku melihat delapan anak-anak dengan seragam yang tidak asing.
Walaupun sudah puluhan tahun dikirim ke dunia lain tetapi aku masih ingat dengan jelas dengan seragam yang anak-anak itu kenakan.
"Seragam sekolah dari dunia asalku ku? Sebenarnya apa yang terjadi!."
Suaraku agak meninggi hingga menarik perhatian beberapa siswi,
"Hey apa yang dia katakan?."
"Entahlah, mungkin dia mulai menangis."
"Ahahaha, sungguh menyedihkan."
Mereka mulai tertawa melihatku yang meringkuk di tanah. Sementara aku masih menatap sambil mengingat wajah mereka yang seolah pernah kulihat sebelumnya, hingga tiba-tiba sebuah kaki melayang tepat mengenai wajahku.
Tubuhku terbaring di tanah, rasa perih yang teramat sangat menyiksa disertai darah mulai keluar dari hidung.
Namun berkat itu akhirnya aku dapat mengingat siapa mereka, Kelompok para siswa nakal yang menganggap jika mereka adalah kasta teratas di sekolah.
Berkat mereka kehidupan sekolah menengah ku serasa di neraka.
Tetapi bagaimana ini bisa terjadi?.
Kenapa aku seakan kembali ke dunia di masa sebelum aku dikirim ke dunia lain?.
Aku memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi, hingga aku pun menarik sebuah kesimpulan.
Senyumku melebar.
Seharusnya aku marah mengingat masa terkelam dalam hidupku, tetapi justru sebaliknya saat ini aku merasakan kebahagiaan lebih dari apa pun.
"Apa ini? Aku harap semua ini bukan sekedar Genjutsu karena samasekali tidak lucu."
Aku mulai berdoa pada para Dewa yang selama ini terus mempermainkan aku, 'Kuharap semua yang kulihat bukanlah ilusi semata' batinku.
Seorang siswa menatapku yang masih terkapar.
"Ada apa dengannya, apa dia mulai gila?."
"Itu pasti karena kau menendang kepalanya terlalu keras."
"Ya lalu apa masalahnya? Selama dia tidak mati, kita bebas melakukan apapun padanya bukan?."
Otak para kriminal ini sangat tidak cocok dengan usia mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Aku sangat heran kenapa mereka bisa menjadi begitu kejam di usia yang masih sangat muda.
"Kalau begitu, biar aku mulai bersenang-senang."
Senyum ku menghilang dalam sekejap begitu mendengar perkataan seorang pemuda yang mulai membuka bajunya.
"Ahaha ini pasti akan menjadi video yang bagus."
Tidak ada yang berusaha menghentikan pemuda itu, mereka justru bersiap untuk mengabadikan apa yang akan ia lakukan padaku.
Mengingat kembali apa yang membuat kehidupanku bagai di neraka begitu masuk sekolah menengah. Itu terjadi bukan karena perundungan biasa.
Semua itu berawal pada hari ini.
Setelah dilecehkan, aku menjadi budak mereka dalam waktu yang lama. Aku tidak memiliki pilihan untuk menolak karena mereka mengancam ku dengan menyebarkan video pelecehan itu.
Mengingat apa yang terjadi waktu itu membuatku begitu marah.
Pemuda itu mulai mendekatiku dengan wajah mesum dan liur yang menetes, bagian bawah yang tidak lagi ditutup celana membuatku dapat dengan jelas melihat senjatanya yang sudah siap digunakan.
"Hehehe... Selama kau membuatku puas. Kehidupan sekolahmu pasti akan terjamin."
Senyumnya semakin melebar saat dia mulai membuka dua kakiku, begitu pula dengan teman-temannya yang tertawa cekikikan seakan melihat tontonan menarik.
"Menjijikan." Ucapku.
Jika terus dilanjutkan mungkin perutku tidak bisa bertahan lebih lama, jadi daripada aku muntah lebih baik memberikan mereka pelajaran balasan.
Tendangan cepat dariku mengenai leher pemuda yang hendak melecehkan aku.
"Ghaaak..."
Pemuda itu seketika kehilangan kesadarannya karena tendangan itu. Tubuhnya hendak jatuh menindih ku tetapi dengan sigap aku kembali menendangnya membuat tubuh pemuda itu terpental menjauh.
"......."
Semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat, aku sendiri mulai bangkit lalu merapikan seragam sekolahku.
"......."
Aku terdiam dipenuhi oleh kemarahan ketika melihat seragam sekolah milikku memiliki sobekan akibat benda tajam dan berbau seperti air seni.
"Kalian semua harus membayar untuk ini."
Tanganku terkepal, walaupun tubuhku terasa sakit tetapi aku bisa mengabaikannya. Aku mulai menghajar mereka secara membabi-buta.
Jika saja di dunia ini memiliki energi sihir, aku pasti bisa memberikan siksaan yang lebih menyakitkan daripada hanya sekedar kerusakan fisik.
"Kau tahu siapa Bos nya?."
Tanyaku pada seorang gadis yang satu tahun lebih tua dariku, dia adalah seniorku. Darah keluar dari hidung dan mulutnya, serta beberapa gigi telah lepas.
"Maa..maafffff.... Kumohon maafkan aku..."
Aku menghentikan ucapannya dengan mencengkram mulutnya.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak sedang memintamu untuk meminta maaf..."
"Ti... Tidak kumohon.... Agh..."
Braak!
Dengan keras aku membenturkan wajahnya ke tembok.
"Ma... Maaf...."
Hanya ucapan permintaan maaf yang gadis itu katakan, tapi bukan itu yang ingin aku dengar.
Braak!
"Aku..."
Braak! Braak!
"Tidak memintamu...."
Braak! Braak! Braak! Braak!
"Untuk meminta maaf sialan!."
Darah terciprat ke wajahku, namun aku tetap membenturkan wajah gadis itu hingga sebanyak sebelas kali.
"Ah... Aku benci angka ganjil."
BRAAK!
Benturan terakhir membuat gadis itu tidak lagi bergerak.
"Malah turu."
Karena tidak mungkin berbicara lagi aku melepaskan gadis itu. Kemudian tatapanku pun tertuju pada sisa murid yang terikat menunggu giliran untuk aku permainkan.
"Jawab aku, siapa Bos nya!."
Mereka menatapku dengan penuh ketakutan, tidak ada yang tahu jawaban apa yang harus mereka katakan, karena jika jawaban mereka salah maka nasib mereka akan berakhir sama seperti gadis sebelumnya.
(End)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments