9. Bersenang-senang bersama Karin

Begitu rekannya meninggalkan kantor untuk merampok uang Karin. Roy segera berniat melaporkan pekerjaannya hari ini. Dia tidak sabar memamerkan hasil pekerjaannya pada anggota Black Wolf yang lainnya.

"Ini adalah tangkapan besar. Siapa yang mengira jika cucu kesayangan dari tua Bangka itu akan meminjam uang kemari."

Roy yang berada di dalam ruang kerja mulai menelfon seseorang.

"Apa mungkin rumor tentang kejatuhan perusahaan keluarganya benar-benar terjadi." Gumam pria setelah baya itu.

Tidak lama kemudian telfon akhirnya tersambung, Roy segera menceritakan tentang pinjaman yang diminta Karin pada orang rekannya.

[Sungguh?, Wow ini sangat mengejutkan]

Suara dari ponsel terdengar begitu senang.

[Di bajingan Kuzan memiliki banyak hutang pada kita, dan sekarang gadis bermasalah itu pun ikut-ikutan. Hahaha... Memang sudah takdirnya perusahaan pria tua itu kita ambil alih]

Setelah Roy menceritakan keberhasilannya yang memberikan manfaat besar untuk organisasi, setelah itu giliran pria di ujung telfon yang mulai menceritakan tentang misinya yang masih berjalan.

"Bagaimana rasanya menjaga ‘Sang putri’ ? Kau pasti senang bisa bersenang-senang dengan gadis itu sebanyak yang kau mau bukan?."

[Apa kau sedang meledekku? Sampai sekarang ketua tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuhnya. Itu sangat membuatku frustasi]

Roy tertawa terbahak-bahak mendengar cerita dari temannya. Hingga waktu pun akhirnya berlalu, Roy mengakhiri panggilan dan melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Apa Feri sudah kembali?."

Feri adalah rekan Roy yang berpenampilan seperti preman. Semenjak dia pergi bersama empat rekannya untuk merampok Karin, Feri tidak pernah lagi memberikan kabar.

Mendengar itu dari asistennya, Roy mulai khawatir, "Apa mungkin dia tertangkap?." Kecemasan mulai menghantui Roy, namun dia segera menepis semuanya.

"Tidak mungkin, dia adalah seorang elite Black Wolf, mustahil untuk warga bisa menang melawannya. Kekuatan pria itu setidaknya setara dengan dua puluh pria dewasa, ditambah dengan empat bawahan yang ikut dengannya, menangkap Feri pasti akan sangat sulit."

Walaupun dia yakin jika Feri tidak mungkin tertangkap, tapi Roy masih merasa ada yang mengganjal.

"Si bajingan itu pasti saat ini sedang bermain-main dengan gadis itu." Memikirkan itu membuat Roy yang khawatir seketika berubah menjadi marah.

"Sialan, seharusnya gadis itu menjadi bagian untuk ku, karena akulah yang membuatnya berhutang pada organisasi."

Roy merasa iri karena Feri bersenang-senang dengan gadis secantik itu tanpa mengajaknya.

Tetapi jika saja dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, mana mungkin dia ingin ikut dalam permainan yang sedang Feri dan komplotannya lakukan bersama Karin.

***

Feri dan empat rekannya terikat di dalam sebuah gudang. Mereka tidak tahu bagaimana bisa berakhir dalam kondisi seperti itu.

Terakhir kali yang mereka ingat ke-lima anggota Genk serigala hitam itu mengikuti seorang gadis dengan niat mereka rampok nya.

Tetapi...

"Kalian sudah bangun bukan?." Gadis yang menjadi target mereka memasuki gudang dengan membawa kotak perkakas bersamanya.

"Jika belum bangun maka akan aku bantu bangunkan dengan cara selembut mungkin."

Karin mengambil sebuah palu dari kotak perkakas, senyum gadis itu melebar saat menatap alat perkakas yang ia pilih.

Melihat senyuman dari gadis cantik seperti Karin, bukannya membuat kelima pria itu senang tapi justru sebaliknya, mereka merasakan bulu kuduk mereka berdiri.

Perasaan bahaya terus memperingati mereka seakan hal buruk akan segera terjadi.

"Kau hentikan permainan ini sebelum aku kehilangan kesabaran. Apa kau tidak tahu siapa kami!."

Feri mencoba menggertak menggunakan setatusnya sebagai anggota Serigala Hitam. Dia tidak yakin Karin tahu tentang organisasi itu karena berani meminjam uang pada mereka.

‘Tetapi walaupun demikian pamannya memiliki hutang yang sangat besar pada kami. Seharusnya dia tahu sedikit tentang organisasi gelap dari pecundang itu.’

Feri begitu percaya diri Karin akan ketakutan mendengar jika dirinya adalah anggota Serigala Hitam. Namun pada kenyataannya dugaan Feri meleset sangat jauh.

"Serigala hitam bukan?, Uuuhhh aku sangat takut..." Balas Karin dengan nada bercanda. Senyumnya tidak lepas dari wajahnya, matanya menatap mereka semua dengan penuh hasrat.

"Kau... Kau mengetahui siapa kami tapi tetap melakukan ini semu...."

BRAAAK!

Palu yang Karin lempar mengenai pria tepat di samping Ferdi, membuat kepalanya berlubang dengan darah mengalir deras.

Seketika semua orang terdiam melihat satu rekan mereka tewas begitu saja.

"Kau terlalu berisik." Ucap Karin dengan begitu santai, seakan melakukan pembunuhan tidaklah menjadi masalah untuk gadis itu.

Karin kembali mengambil sesuatu dari kotak perkakas, kali ini yang dua ambil adalah obeng. Melihat itu ketakutan keempat orang yang tersisa tumbuh semakin besar.

"Orang yang satu itu cukup beruntung, karena dia mati begitu saja tanpa mendapatkan pengadilan yang sesuai."

Mendengar perkataan Karin, keempatnya segera sadar jika gadis itu berniat akan melakukan penyiksaan sebelum membunuh mereka.

Melihat kegilaan Karin tidak ada seorangpun yang bisa tenang, mereka berusaha mencari cara untuk lepas dari masalah saat ini.

‘Nama dari organisasi gelap Serigala Hitam tidak cukup untuk membuat gadis ini ketakutan. Lalu dengan cara apa aku bisa bernegosiasi dengannya?.’

Feri mutar otaknya, berusaha untuk melakukan negoisasi. Tetapi dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk berpikir. Karin dengan tanpa ampun mulai malaksanakan ‘Penghakiman’ nya.

Teruskan meminta ampun dan pertolongan tidak pernah berhenti terdengar dari dalam gudang. Feri yang kondisi tubuhnya begitu mengenaskan, urat kaki dan tangan telah terputus membuat pria itu tidak dapat bergerak.

Tiga jam berlalu dengan penuh rasa sakit dan penderitaan, semua yang Karin tanyakan telah mereka jawab tetapi tetap saja gadis itu tidak akan melepas mereka.

Hingga akhir mereka menyerah untuk hidup dan lebih memilih untuk dibunuh agar terlepas dari penderitaan, daripada terus mengalami siksaan dari Karin.

Feri yang masih sadar melihat keadaan sekitar, dia melihat dua rekannya sudah terbunuh. hanya tersisa dirinya dan satu ...

BRAAK!

Satu lagi kepala manusia pecah di depan mata Feri, itu menjadikan dirinya sebagai orang terakhir yang masih selamat.

Dalam keadaan hidup dan mati Feri teringat dengan masa lalunya, dia sering melakukan kekerasan pada para gadis yang dia tipu. Setelah bosan dia akan menjual gadis-gadis ‘bekas’ tersebut ke tempat yang sangat mengerikan.

‘Mungkin keadaan mereka sama sepertiku saat ini.’

‘Tudak, aku melakukan sesuatu yang lebih buruk...’

Feri mulai menangisi apa yang dia perbuat.

Wanita yang dijual sebagai budak bisa dianggap beruntung karena faktanya Feri lebih banyak melakukan penyiksaan pada setiap korbannya hingga tewas.

‘Ini pasti karma.’ pikirnya.

Karin menghampiri Feri dengan membawa gergaji, melihat itu air mata semakin deras mengalir, Feri menangis sejadinya karena begitu takut dengan kematian.

"Hey tenanglah, kau hanya akan mengalami sedikit rasa sakit hingga akhir merasa kehampaan."

Feri menatap Karin dengan tanda tanya bersa di kepalanya. Dia seakan ingin berkata, ‘Bagaimana kau tahu rasanya mati jika belum pernah mengalaminya.’

Seakan mengetahui apa yang dipikirkan pria itu, Karin pun tersenyum seraya mengatakan, "Aku tahu rasanya mengalami kematian lebih dari siapapun."

Setelah itu Karin mulai menyalakan gergaji. Suara menderu alat pemotong kayu itu membuat nyali Feri lenyap.

Feri berteriak keras penuh ketakutan saat menghadapi kematian, terapi suara gergaji membuat teriakan Feri tertutupi. Karin tertawa keras bersiap membelah tubuh Feri dari kepala hingga ke bawah menjadi dua bagian.

Tetapi saat gergaji itu tepat di atas kepala Feri tiba-tiba ponsel Karin berbunyi, membuat pria itu selamat dari kematian.

"Oh sial," wajah gadis itu mendadak pucat setelah melihat jika Kakeknya ternyata yang menelfonnya. Gadis itu segera mematikan gergaji sebelum mengangkat telefon.

Tanpa peduli dengan Feri, Karin meninggalkan gudang itu karena ada janji makan malam. Merasa telah terselamatkan Feri berniat mencari jalan keluar setelah Karin pergi, tetapi dia lupa jika tangan dan kakinya tidak dapat digerakan.

Tanpa sanggup melakukan apapun, di tengah mayat rekan-rekannya, Feri hanya bisa menunggu ajalnya datang secara perlahan.

***

(End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!