10. Makan malam bersama Kakek

Restoran yang begitu megah dihiasi peralatan klask menunjukkan kemewahan, dapat ditebak jika restoran itu memiliki klas yang begitu tinggi hingga masyarakat menengah kebawah hanya bisa membayangkan dapat makan di tempat itu.

Namun walaupun Restoran itu terlihat mewah saat ini justru begitu sepi, hanya ada seorang pria tua duduk di tengah ruangan yang dipenuhi meja kosong.

Tatapan seorang pria yang menunjukan kesedihan terpaku menatap foto pada ponselnya.

Keadaan sepi tersebut bukan karena Restoran kurang populer, karena faktanya pada hari biasa tempat itu selalu ramai oleh pengunjung dari kalangan atas.

Lalu kenapa saat ini justru sebaliknya?.

Jawabannya begitu sederhana, Pria tua berjas hitam yang duduk sendirian telah memesan seluruh restoran untuk dirinya dan cucu kesayangannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?." Ucap lirih Kiljoe Herlambang memikirkan perubahan pada cucunya.

Seorang anak yang telah ditinggal kedua orang tuanya selalu dia rawat dengan kasih sayang. Dia sama sekali tidak mengira gadis yang terlihat polos itu tiba-tiba menjadi begitu brutal dan waktu singkat.

Selain inside di sekolah Royal yang membuat hampir lima puluh siswa terluka berat, Karin juga melakukan kekerasan saat ditahan di dalam penjara.

"Apa ini salahku yang memasukkannya ke sekolah itu?."

Kiljoe kembali mengingat-ingat keadaan Karin setelah ia bersekolah di sana selama satu bulan. Gadis itu memang tertutup dan mencoba untuk menjauhi Kakeknya dengan berbagai alasan.

Seakan Karin takut saat kakeknya mendekat. Melihat perilaku cucunya yang seperti itu Kiljoe mengira jika dia dibenci oleh Karin.

Tapi tanpa dia ketahui yang menjadi penyebab kenapa Karin menjauhi dirinya adalah karena ancaman dari putra keduanya, Kuzan Dieroth.

"Ini semua menang salahku tidak menyadari semuanya dari awal. Hidupnya pasti menjadi begitu berat selama ini."

Kiljoe mengira jika Karin sudah tidak tahan mendapatkan perlakuan buruk dari lingkungan sekitar membuat cucunya itu berakhir melakukan pemberontakan, sehingga insiden itu pun terjadi.

Ketika Kiljoe mulai bersedih dan penuh penyesalan, Karin yang telah dua tunggu akhirnya sampai di restoran.

"Maafkan aku karena membuat kakek menunggu." Karina terlihat sangat menyesal karena datang terlambat.

"Apa yang kau katakan, kakek baru juga tiba." Balas Kiljoe dengan bohong karena tidak ingin Karin merasa bersalah. Pada faktanya ia telah menunggu selama setengah jam dari janji pertemuan mereka.

Mengalihkan pembicaraan yang mulai terasa canggung, Kiljoe menatap gaun yang Karin kenakan.

"Sepertinya aku pernah melihat gaun itu sebelumnya?."

Sebelum datang ke Restoran, Karin telah mengganti pakaiannya. Karena tidak mungkin dia makan malam bersama Kakeknya dengan pakaian jaket joging yang penuh oleh darah.

"Ini.... Peninggalan ibu, apa aku salah memakainya?.."

"Tidak apa, itu sangat cocok untukmu. Aku justru merasa senang kau memakainya."

Kiljoe kemudian menceritakan tentang sejarah gaun ibu Karin yang kini gadis itu kenakan, hingga kemudian para pramusaji datang membawa berbagai makanan.

Keduanya pun memulai acara makan malam ditemani lantunan lagu yang begitu lembut dari pengeras suara membuat keadaan menjadi begitu tenang.

Selama makan malam bersama karin, insting Kiljoe yang merupakan pengusaha berpengalaman dapat merasakan cucunya itu penuh kebimbangan.

Seakan Karin ingin mengatakan sesuatu padanya namun masih takut untuk berbicara. Hingga Kiljoe pun mulai inisiatif untuk berbicara lebih dahulu.

"Semua yang terjadi beberapa Minggu terakhir benar-benar diluar perkiraan. Aku tidak mengira semua akan menjadi seperti itu."

Mendengar itu Karin menunjukkan rasa bersalah diwajahnya.

"Aku sangat menyesal, karena perbuatan ceroboh yang aku lakukan, kini perusahaan dalam masalah besar." Karin berkata dengan wajah tertunduk.

"Kau tidak perlu mengaggap jika semuanya adalah salahmu. Kakek pun ikut bersama dalam hal ini, karena selama ini tidak sadar dengan kesulitan yang kau hadapi dan justru memasukan mu ke tempat hina itu."

"Itu bukan semua salah Kakek...."

Usaha Kiljoe berhasil, kini Karin mulai lebih terbuka padanya. Keduanya pun saling berbicara banyak hal hingga Karin menceritakan beberapa hal yang akan terjadi di masa depan dengan dalih ‘prediksi.’

"Aku memang menduga Kuzan mulai melakukan pembelotan sudah sejak lama, tetapi aku tidak pernah mengira jika ia begitu ceroboh dengan melibatkan organisasi hitam."

Black Wolf bukanlah organisasi yang mudah untuk ditangani, mereka memiliki banyak pengaruh dan tersebar di seluruh negara. Memiliki masalah dengan mereka bisa berakibat fatal.

Tetapi Karina sudah memikirkan cara untuk menghadapi mereka,

'Aku tidak mungkin berani mengusik sesuatu yang tidak aku ketahui cara menghadapinya.' pikir Karin.

'Semuanya sudah aku perhitungkan dengan masak.'

Karin tersenyum saat melihat pantulan dirinya di wine yang hendak ia minum. Melihat itu Kiljoe sangat senang karena senyum cucunya yang sudah lama hilang kini telah kembali.

Walaupun dia mungkin akan tersentak kaget ketika tahu apa yang dipikirkan Karin hingga tersenyum seperti itu.

Selesai dari acara makan malam, Karin mengatakan jika dirinya masih ada pekerjaan yang harus segera dilakukan.

"Pekerjaan?."

"Ya, aku mengambil kerja paruh waktu lainnya."

Walaupun keluarganya merupakan kaya raya tetapi Karin hidup dalam kesulitan, itu semua terjadi karena pamannya yang mengambil semua uang pemberian kakeknya.

Itu membuat Karin harus mengambil pekerjaan paruh waktu demi mencukupi kebutuha harian dan biaya sekolah.

Kiljoe selama ini percaya jika Karin melakukan itu karena ijin hidup mandiri, tetapi ternyata dia salah karena percaya dengan perkataan putranya.

"Anak kurang ajar itu memang pantas mendapatkan ganjarannya."

Tidak ada empati sedikitpun yang Kiljoe tunjukkan pada Kuzan dimana saat ini sedang berada di rumah sakit karena perkelahiannya dengan Karin.

***

Kembali ke gudang dimana ia membunuh empat anggota Serigala Hitam, Karin mendapati Feri yang dalam kondisi sekarat tergeletak di tengah mayat rekan-rekannya.

"Apa yang harus aku lakukan dengannya?."

Karin tidak ingin repor berurusan dengan seseorang yang sudah tidak lagi berguna untuknya.

Namun dia mengurungkan diri membunuh pria itu karena telah berhasil bertahan lebih lama dari yang lain menghadapi penyiksaan yang ia berikan.

"Mungkin dia bisa menjadi anjing yang berguna jika aku melatihnya dengan benar." Pada akhirnya Karin membiarkan Feri tetap hidup untuk dijadikan kelinci percobaan.

Sementara itu tersisa empat mayat yang kini menjadi masalah untuk Karin, tetapi tentunya gadis itu sudah memiliki cara untuk mengatasinya.

Gudang tempat ia melakukan pekerjaannya terletak di pabrik pengolahan besi terbengkalai milik perusahaan Keluarga.

Di sana ada sebuah tungku besar yang digunakan untuk mencairkan bijih besi. Karin hanya perlu melempar empat mayat itu untuk dijadikan bahan bakar.

"......."

Karin terdiam menatap empat mayat yang mulai dikeremasi. Pikirannya teringat dengan masa-masa menjadi Wali Dewa.

Saat itu entah sudah berapa banyak nyawa manusia dari dunia lain yang ia renggut demi tercapai tujuannya membasmi pasukan Raja iblis sesuai dengan perintah Dewa yang ia terima.

"Aku tidak senang saat orang-orang memanggilku sebagai pahlawan. Bagiku tidak mungkin menjadi seperti mereka saat tanganku penuh dengan darah..."

Bijih logam dalam tungku mulai mencair, Karin dengan cekatan menuangkan cairan panas itu kedalam cetak lalu mulai bekerja menciptakan sesuatu darinya.

"Pahlawan adalah orang baik yang bergerak sesuai dengan prinsip keadilan. Sedangkan aku akan melakukan apapun yang diperlukan demi tujuanku bisa tercapai."

Palu terus mengetuk besi dengan keras, membentuknya secara perlahan. Karin bekerja keras hingga tanpa sadar ia telah menghabiskan waktu belasan jam.

Beberapa kali kakeknya menelfon, Karin hanya memberikan alasan jika sedang melakukan survei pekerjaan sehingga dirinya tidak bisa pulang selama beberapa hari.

"Terus bertahan seperti itu."

Karin memberi perintah pada Feri yang ia paksa untuk membantunya. Walaupun tubuhnya masih lemas karena penyiksaan yang ia alami kemarin , tapi Feri tidak memiliki pilihan selain menuruti semua perkataan Karin.

Jika tidak maka nasibnya akan sama seperti empat rekannya yang dijadikan sebagai bahan bakar tungku api.

Hingga akhir setelah bekerja cukup lama Karin berhasil menyelesaikan item yang ia buat yakni sekitar dua ratus pisau kecil berfungsi sebagai pisau lempar, lalu sebuah pedang sepanjang seratus sentimeter bertipe katana, kemudian item terakhir sebuah helem full face untuk melindungi wajahnya.

"Baiklah, kita sudah siap."

***

(End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!