Banyak nama panggilan yang orang-orang dari dunia lain berikan padaku, salah satunya adalah Putri perak.
Mereka menyebutku demikian karena penutup kepala atau topeng yang selalu selalu aku kenakan lebih dominan menggunakan warna putih yang memantulkan cahaya.
Walaupun sebenarnya bahan pembuatan peralatan pelindung kepala dan wajah milikku adalah logam Mythril.
"Aku rasa sebutan Putri Perak menang lebih baik daripada Putri Mythril yang terlalu sulit untuk di ucapkan."
Setelah sedikit flashback ingatan masa lalu aku pun kembali mempersiapkan diri. Semua yang aku butuhkan untuk pekerjaan hari ini telah selesai dipersiapkan.
Sudah waktunya berangkat kerja, aku segera mengenakan peralatan yang baru dibuat dengan bantuan peliharaan baruku.
Sebuah gaun hitam yang begitu sederhana tanpa dekorasi maupun corak, hanya gun hitam biasa. Tetapi aku menambahkan armomor Besi dibeberapa bagian seperti bahu dan pinggul untuk menambah daya tahan.
Lalu yang terakhir adalah pelindung kepala.
"Apa jika aku mengenakan ini selama aku melakukan pekerjaanku, orang-orang akan mulai memanggilku Putri Besi?."
Aku berkata demikian karena penutup kepala yang merupakan ciri khas dariku tidak lagi berwarna putih mengkilap yang terbuat dari Mythril, tetapi hanya hitam dari besi tanpa sedikitpun polesan.
Helem kepala penuh itu seakan dibuat begitu terburu-buru sehingga terlihat agak mengerikan.
Saat mengenakan helem itu untuk pertama kalinya aku merasa perasaan itu kembali lagi. Perasaan saat mengambil keputusan yang tidak akan bisa aku tarik kembali.
Aku masih memiliki pilihan lain yang lebih ‘Aman’ untuk diambil. Tetapi aku tidak yakin pilihan itu benar-benar bisa membuatku mendapatkan apa yang aku inginkan.
"Masalah sebenarnya adalah waktu, tidak banyak waktu yang tersisa hingga Dark Age dimulai. Sebelum itu terjadi aku harus memiliki kekuatan yang cukup."
Ratusan pisau tersembunyi dibalik gaun, Katana terikat di pinggang. Aku sudah siap untuk bekerja.
Tetapi sebelum itu...
"Jangan sekali-kali berpikir untuk membuat masalah, jika sampai itu terjadi tidak ada satupun lubang semut yang bisa menyembunyikan mu dariku."
Aku memberi peringatan terakhir pada Feri yang saat ini terkurung di dalam kandungan anjing. Dengan penuh rasa takut pria itu mengangguk dengan tubuh gemetar.
Dia benar-benar seperti anjing yang takut mendapatkan hukuman dari majikannya.
"Bagus, jika kau berperilaku baik aku pasti akan membawakan hadiah untukmu."
***
Aku kembali lagi ke kantor Pinjaman dana Sejahtera dengan rencana yang berbeda. Tempat itu sudah tutup, tetapi aku dapat melihat lampu yang masih menyala di lantai tiga, itu menandakan jika masih ada beberapa orang di dalam kantor.
Menggunakan smartphone aku melakukan peretasan pada sistem keamanan gedung, kamera keamanan aku matikan dan pintu mekanik yang terkunci dengan mudah aku buka.
Penerangan sengaja aku biarkan tetap menyala agar semua orang di dalam gedung tidak panik.
"Selesai." Gumamku.
Hanya dalam hitungan detik kantor yang tertutup rapat kini telah sepenuhnya terbuka, seakan mempersilahkan aku untuk masuk.
"Ini sih sama saja tidak ada pintu." Ucapku setelah melewati pintu depan yang terbuka lebar, "Sama saja seperti game battle royal tertentu."
Dengan tenang melewati lobby lalu menuju lantai dua. Aku tahu dimana tempat yang aku tuju karena eluruh denah Kantor ini sudah aku ingat dengan baik.
Semuanya berkat anggota Black Wolf yang aku tangkap, mereka memberiku banyak informasi yang sangat bermanfaat.
"Di sini kah?."
Langkahku berhenti di depan pintu yang menunjukkan ruangan Monitor. Tempat yang menjadi tujuan pertama karena aku ingin memastikan jika seluruh kamera keamanan tidak kembali aktif.
"Kenapa semua kamera mati?." Seorang pengawas bertanya pada temannya.
"Kau pikir aku tahu penyebabnya!." Baks rekannya dengan ketus.
"Seharusnya kau tahu karena memang itu pekerjaanmu!." Pengawas itu mulai meninggalkan suaranya. Mendengar itu tentu membuat rekannya tidak senang.
"Kau juga sama saja sepertiku yang digaji untuk mengawasi monitor. Jadi berhentilah melempar pertanyaan dan cepat bekerja!."
Pengawas pertama hanya mendesakkan lidah merasa kesal pada sikap temannya. Dia tidak mungkin bisa membantu memecahkan masalah matinya kamera karena dia tidak tahu apa pun tentang komputer.
Aku bersepekulasi jika dia bisa menjadi seorang petugas keamanan karena kemampuannya dalam bela diri.
"Permisi." Dengan sopan akumaduk ke dalam ruang kontrol monitor.
Keduanya begitu terkejut saat melihat siapa yang datang. Seseorang berpenampilan serba hitam dengan wajah ditutup helem besi, siapapun yang berpenampilan aneh seperti itu memang patut dicurigai.
Rekannya yang masih tidak beraksi diam terpaku, sedangkan pengawas yang tidak memiliki keahlian komputer segera memasang kewaspada ekstrim.
Tatapannya seketika terbuka lebar manakala melihat pedang dibelakang punggungku.
"Sial!." Umpatnya yang segera menarik pistol di pinggang.
Tetapi tentu saja aku tidak akan membiarkan itu terjadi.
Jleb!
Sebuah pisau melukai telapak tangan petugas keamanan hingga ia menjatuhkan pistolnya.
"Brengsek! Siapa k...."
Rekan yang akhirnya tersadar segera berteriak, namun hanya beberapa kata yang berhasil dia ucapkan sebelum pisau dariku menusuk tenggorokannya.
Setelah kehilangan kemampuan berbicara, petugas itu menatapku dengan mata melotot menunjuk rasa sakit yang dia derita. Mulutnya mulai mengeluarkan darah hingga akhir terjatuh.
Petugas terakhir sedikit teralihkan saat melihat rekannya terkapar di lantai, aku menggunakan kesempatan itu untuk mendekat.
Bergerak cepat aku mendekati dalam sekejap. Petugas itu panik saat sadar aku sudah ada didepannya. Dengan putus asa dia berusaha melakukan serangan, tetapi cengkraman tanganku pada lehernya membuat petugas itu tidak berdaya.
"Sss!."
Aku memintanya untuk diam, sementara petugas itu hanya terpaku menatapku.
"Jika bisa, aku ingin meminimalisir korban sekecil mungkin." Ucapku sambil mencengkram lebarnya semakin erat. "Jadi lebih baik anda tidur saja sampai matahari terbit." Karena tidak dapat bernafas penjaga itu pun akhirnya kehilangan kesadaran.
Setelah kedu petugas dilumpuhkan aku bisa dengan leluasa di ruang kontrol. Lewat monitor aku bisa tahu tempat mana saja yang memiliki penjagan, ini sangat membantuku untuk menyelinap ke lantai tiga dimana target utamaku berada.
Setelah puas melakukan observasi, aku segera mengkopi seluruh file video kamera pengawas, kemudian menghapus semuanya.
"Dengan ini salah satu bukti jika Karin Zaneta Putri pernah datang ke tempat ini telah terhapus. Yang tersisa hanya surat kontrak hutang."
Aku segera bergegas untuk naik ke lantai berikutnya. Para penjaga yang berpapasan denganku segera aku lumpuhkan dengan cepat.
Mereka tidak akan tahu dari mana aku datang, yang mereka tahu hanya rasa sakit yang tiba-tiba terasa di kepala mereka, lalu segera setelah mereka kehilangan kesadaran.
Sebuah pintu dijaga oleh dua orang berbadan kekar di ujung lorong. Aku sudah melihat tempat itu saat di ruang monitor, itu memberiku kesempatan untuk membuat rencana menyelinap.
"".....""
Dua penjaga menatap dengan heran saat melihat sosok dengan penampilan serba hitam mulai mendekat.
Sosok itu terus menatap ponselnya, kemudian ketika melihat bpedang di punggungnya kedua penjaga pun seketika menjadi waspada. Tetapi hanya sesaat kemudian tiba-tiba lampu padam sehingga keduanya tidak dapat melihat.
"Maaf mengganggu."
Terdengar suara lembut seorang wanita dari kegelapan, berikut pukulan keras menghantam kepala keduanya hingga kehilangan kesadaran.
Setelah melumpuhkan penjaga terakhir, aku melihat pintu di depanku. "Aku mempersiapkan diri untuk melakukan ini selama hampir dua hari, tetapi bahkan belum setengah jam setelah aku membobol masuk misi ini sudah hampir selesai."
Melihat betapa lemahnya penjagaan tempat ini membuatku berpikir jika persiapanku selama dua hari terakhir berakhir sia-sia.
"Baiklah ini dia. Modal membangun organisasi, aku datang."
Begitu membuka pintu, aku segera disambut oleh pria berjas rapi bernama Roy dengan shotgun ditangannya.
‘Hemmm... bagaimana dia tahu?.’
Daripada terkejut, aku justru lebih penasaran bagaimana pria itu tahu jika aku sudah menyelinap ke tempatnya.
Hanya sesaat setelah aku masuk kedalam ruangan itu, suara letusan senjata api terdengar dari lantai tiga.
***
[End]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments