12. Jekpot

"Kau benar-benar memiliki nyali untuk menyelinap tempat ini." Ucap Roy yang terus mengarahkan shotgun ditangannya kearah ku.

"Katakan padaku siapa yang mengirimu, dari mana kau berasal, berapa banyak teman yang kau bawa. Jangan coba-coba melakukan hal bodoh, atau aku akan membuat tubuhmu penuh lubang seperti sarang lebah."

Diawali dengan sanjungan, berlanjut den hujan pertanyaan, lalu diakhiri dengan ancaman. Pria ini sungguh banyak bicara, aku pikir dia hanya melakukan itu saat mencoba menipu para calon nasabah.

"Aku yakin kau tidak akan percaya ini tapi aku datang kemari karena kehendak sendiri dan sampai saat ini aku masih belum berafiliasi dengan organisasi manapun."

Aku mengatakan yang sebenarnya, tapi sesuai dengan apa yang aku perkirakan, Roy tidak mungkin mempercayai perkataan ku.

"Kau pikir aku akan percaya jika ada orang bodoh yang akan membobol cabang Serigala Hitam seorang diri!."

Dia terlihat mulai kesal, juga aku merasa dia terlihat begitu sombong. Apa mungkin itu karena dia mengaggap dirinya sedang diuntungkan hanya karena senjata ditangannya?.

Seharusnya aku segera mengakhiri semuanya dengan cepat agar meminimalisir datangnya bantu, tapi aku tidak akan khawatir karena seluruh alat komunikasi di gedung ini telp aku matikan.

"Eh, tunggu..."

Aku melihat ponsel yang ditaruh di meja.

"Jangan-jangan..."

Sepertinya aku sudah memecahkan misteri kenapa Roy sadar jika aku akan datang. Menurut tebakanku itu terjadi karena ponsel yang ia gunakan mendadak mati karena peretasan yang aku lakukan, dari situlah dia mulai curiga.

"Huufff...." Aku menghela nafas lega, "Cerobohnya aku, tetapi ini akan menjadi pelajaran berharga. Aku harus lebih berhati-hati kedepannya."

Bersyukur kesalahan ini terjadi pada misi yang tidak begitu krusial.

Melihat aku yang tidak menjawab pertanyaan dan justru berbicara pada diri sendiri, membuat Roy semdkin marah.

"Kurang ajar, kau ingin bermain-main denganku rupanya."

Ckrak!.

Roy mengokang senjatanya bersiap untuk menembak.

"Kau akan mengatakan semuanya saat aku mulai ‘bermain’ denganmu."

Roy tidak berniat membunuh penyusup begitu saja, dia ingin mendapatkan informasi dariku. Karena itu dia menurunkan moncong senapan, mengarahkannya pada kaki.

"Walaupun aku sudah mengatakan jika aku bekerja sendiri..."

"Diam kau sialan, mana ada orang yang akan percaya hal konyol seperti itu!."

"Yah terserah kau saja. Ngomong-ngomong apa bunga itu sungguhan." Aku bertanya tentang bunga yang terdapat pada fas bunga tepat di sampingku.

Tatapan mata Roy menajam, tentu saja dua tidak akan mengatakan apa pun untuk pertanyaan random yang aku berikan. Dia mulai sadar jika aku sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran walaupun ditodong oleh senjata.

"Dasar bodoh kau pasti sedang mengukur waktu bukan? Tapi waktumu sudah habis."

Dia kembali mengokang senjatanya.

Seberapa banyak dia akan melakukan itu?

Apa dia merasa keren saat melakukannya?.

"Berharap lah untuk mati oleh satu tembakan ini, karena jika tidak aku akan membuatmu merasakan sesuatu yang lebih buruk dari kematian."

Bibirku menunjukkan senyum mengejek setelah mendengar perkataan Roy yang terdengar seperti dialog klise seorang penjahat dalam drama.

"Bagaimana kau tahu rasanya kematian saat kau bahkan belum sekalipun merasakannya sendiri?."

Perkataan ku membuat Roy tidak dapat menahan emosinya. Dia segera menarik pelatuk senapan...

"Mati!"

Bang!

Suara keras berbunyi begitu pelatuk ditekan.

Satu Selong perlu berisi dua belas timah panas menyebar kearah ku dengan kecepatan melebihi tiga belas ribu kilometer perjam.

Bersamaan dengan itu fas bunga di samping aku lempar untuk menghalangi laju tembak. Ledakan terjadi fas bunga hancur berkeping-keping, lintasan dua belas peluru menjadi berbelok membuatku hanya perlu sedikit bergeser untuk menghindari semuanya.

Roy terdiam dalam keterkejutan setelah melihat apa yang aku lakukan, aku pun mengambil kesempatan itu untuk melakukan serangan balik.

Sraaak!

Aku mengayunkan tangan dengan sangat cepat, kemudian sebuah pisau keluar dari lengan bajuku. Roy memaki keras manakala pisau yang aku lempar melukai tangannya.

Pria itu masih bisa bertahan dari serangan pertamaku. Dia hendak menembak untuk kedua kalinya, tetapi aku segera mendekat lalu menendang dadanya.

"Gufu...."

Tendangan yang begitu keras hingga tubuh Roy terpental jauh membentur lemari hingga hancur.

"UPS, sepertinya aku sudah berlebihan."

Aku agak menyesal karena melakukan itu, dikarenakan Roy masih berguna untukku.

"Si bodoh (Feri) tidak tahu kombinasi untuk membuka brankas. Jika pria ini mata maka misi ini sudah pasti akan gagal."

Jika Roy mati, aku tidak tahu cara yang harus dilakukan untuk membuka brankas di tempat ini. Tetapi keberuntunganku sepertinya sedang sangat bagus, karena walaupun terkena serangan seperti itu Roy masih bisa selamat.

***

Menghabiskan cukup waktu untuk membuat Roy berbicara. Dia sangat gigih di awal, tetapi begitu aku ‘Bermain-main’ dengannya, Roy pun akhirnya mulai membuka mulutnya.

"Bukankah sebelumnya kau bilang ingin mengajakku bermain?."

"Ti... Tidak, aku sudah mengatakan semua yang aku ketahui. Kumohon ampuni aku."

Kesombongan tidak lagi terlihat di wajah Roy, dia begitu ketakutan di depanku, tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar seperti anjing basah.

Mengalihkan perhatian dari Roy yang terikat di kursi ‘Kejujuran’. Aku menggeser rak buku dimana dibaliknya terdapat sebuah pintu besi, itu adalah sebuah brankas besar yang menjadi tujuanku datang kemari.

"Jangan sampai kode yang kau berikan salah, karena seperti yang kau sebelumnya katakan, aku bisa membuatmu merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan dari kematian."

Roy semakin ketakutan mendengar itu. Tanpa menunggu lebih lama aku segera memasukkan kode yang Roy berikan.

Pintu brankas pun terbuka dengan suara cukup keras. Di dalamnya aku melihat tumpukan uang tertata rapi di rak yang jumlahnya sangat banyak.

"Jekpot."

Aku begitu begitu senang melihat semua uang itu. Akhirnya modal yang aku perlukan untuk membuat organisasi ku sendiri sudah kudapatkan.

Tetapi ketika aku hendak memasuki brankas, sesaat aku melihat tatapan Roy yang agak mencurigakan.

‘Apakah ada mekanisme khusus untuk perlindungan?.’

Karena takut mendapatkan jebakan aku pun membawa Roy ikut bersamaku masuk kedalam brankas.

Pria itu mencoba melawan tapi aku tetap menyeretnya, dan benar saja pitu brankas dengan cepat tertutup begitu kamu masuk.

"Merepotkan."

Sebelum pintu besi itu sepenuhnya tertutup tetapi, aku segera menggunakan tubuh Roy sebagai penghalang pintu.

"Gyaaaaaaa!."

Roy berteriak keras ketika tubuhnya terjepit pintu besi.

"Oke, sekarang mari kita menarik semua dana ini."

Tanpa peduli dengan teriakan Roy, dengan hati yang senang aku memasukkan semua uang ke dalam beberapa tas besar.

Di dalam brankas bukan hanya terdapat uang tetapi banyak juga logam mulia, berbagai jenis permata, barang antik seperti lukisan, fas kuno, jam tangan dan sebagainya.

"Sepertinya aku harus bekerja keras untuk membawa semua ini." Aku tidak berani menyisakan satu pun item di tempat ini.

Beberapa kali aku keluar masuk kantor, memasukkan semua barang berharga ke mobil box yang aku pinjam dari organisasi Serigala Hitam.

"Huaaaa.... Akhirnya selesai." Tatapanku tertuju pada brankas yang sepenuhnya kosong. "Dengan ini semuanya telah berakhir," aku menghilangkan bukti terakhir jika aku pernah datang ke tempat itu yakni sebuah kontrakan perjanjian hutang dengan tanda tangan ku.

Dengan semua yang aku dapatkan membuat misi pertamaku berakhir dengan kesuksesan besar. Tetapi saat aku hendak meninggalkan kantor Rentenir, ponsel milik Roy yang tergeletak di atas meja sangat menarik perhatianku.

Entah kenapa aku merasa perlu untuk memeriksanya, seakan insting memaksa demikian. Aku tidak akan mengabaikan insting, karena menurut pengalaman selama ratusan tahun menjadi Wali Dewa, insting yang aku miliki seringkali menunjukkan petunjuk penting.

"Aku merasa semuanya sudah kudapatkan, tapi siapa tahu ada harta tersembunyi."

Aku merasa tidak yakin dapat menemukan sesuatu dari ponsel itu, kontak dari orang-orang yang tidak aku ketahui mungkin mereka adalah anggota Serigala Hitam.

"Mungkin saja ini akan berguna nanti, tapi apa hanya ini?."

Setelah mengecek semua pesan, aku berpikir menang tidak ada lagi yang berguna. Hingga ketika aku membuat galeri pikiranku terdiam sesaat begitu melihat sebuah foto yang pernah aku lihat sebelumnya.

"Hohou..." Bibirku mulai melengkung membentuk seringai lebar. Melihat itu Roy yang masih selamat mulai bergidik ngeri, dia sadar jika semuanya tidak akan berakhir baik untuknya.

"Jadi bisakah kita mulai berdiskusi tentang foto ini?."

Roy terdiam ketika aku menunjukkan foto seorang gadis dari ponselnya. Gadis itu tidak lain adalah Asami Tanjung, anak konglomerat yang dilaporkan telah diculik.

***

[End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!