15. Rasa Manis Balas Dendam

Esoknya Rayhan menyelidiki kebenaran cerita sosok perempuan berhelm besi yang menyusup ke kediaman majikannya tadi malam.

Dia pergi menuju salah satu cabang organisasi Serigala Hitam bersama rekan yang paling ia percaya yakni adiknya sendiri.

"Kemana kita akan pergi?." Tanya Rasya adik Rayhan.

"TKP."

"TKP?."

Rasya tidak mengerti maksud dari perkataan kakaknya. Tadi malam gadis itu selalu menemani istri Pak Rusdi yang sering terbangun ditengah malam karena terus memikirkan putrinya, sehingga dia tidak tahu jika ada seorang penyusup tadi malam.

Rayhan juga menyarankan kabar tentang keberadaan penyusup tetap dirahasiakan, dengan alasan agar organisasi Serigala Hitam tidak tahu jika keluarga Tanjung sudah mengetahui dalang dibalik penculikan Asami.

‘Terlebih lagi melalui informasi yang didapat dari prempuan berhelm besi maupun anggota Serigala Hitam yang kami interogasi, terkuak fakta jika salah satu orang dalam ada yang berkhianat.’

Cengkraman Rayhan pada stir mobil semakin mengerat. Rasya hanya menatap kakaknya dalam diam. Sudah satu minggu semenjak putri Asami diculik, sejak itu kakaknya menjadi berubah.

‘Bukan hanya kakak, semua orang pun demikian.’ Rasya termenung menatap pemandangan di luar jendela mobil.

‘Siapapun orang yang bertanggung jawab pada kejadian konyol ini, tidak akan pernah aku maafkan.’ batin Rasya.

Beberapa menit berkendara, keduanya akhirnya sampai di kantor Pinjaman dana Sejahtera. Mereka hanya mengawasi dari dalam mobil.

"Seharusnya tempat itu sudah buka." Kata Rasya. "Tetapi saat ini itu seperti tempat usaha yang tutup karena kebangkrutan." Lanjutnya.

Tidak lama kemudian sebuah mobil box memasuki gang di samping gedung rentenir. Melihat itu membuat Rayhan penasaran, keduanya pun mulai melakukan penyusupan.

Rayhan dan Rasya segera menuju ke atap gedung yang tepat berada di samping kantor Rentenir. Dari tempat itu mereka dengan leluasa bisa melihat kegiatan di dalam gang.

Orang-orang dari mobil box masuk ke dalam kantor Rentenir, tidak lama kemudian beberapa orang lainnya keluar lalu menaiki kontainer mobil. Mereka seolah sedang dipindahkan.

"Gasp!."

Rasya sangat terkejut saat ia melihat sebuah kantong mayat dimasukkan kedalam kontainer bersama mereka yang akan dipindahkan.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi."

Rasya semakin dibuat penasaran, kenapa kakaknya mengajaknya ke tempat itu, siapa orang-orang itu dan kenapa ada yang meninggal.

Dimana polisi!.

"Apa mereka sedang merampok kantor itu?." Tanya Rasya. Kakaknya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Setelah mobil box pergi, keduanya pun mulai menyelinap masuk ke dalam kantor Rentenir. Rayhan berniat mencari tambahan bukti keberadaan Asami.

Tetapi Rasya yang tidak tahu sedang mencari apa akhirnya tidak tahan lagi.

"Kakak, aku tidak bisa mencari informasi buta, sebenarnya apa yang kita cari di tempat ini!." Gadis itu mulai kesal.

Setelah terus didesak pada akhirnya Rayhan jujur pada adiknya dan menceritakan apa yang terjadi semalam.

Awalnya Rasya terkejut jika ada seseorang yang bisa menyelinap ke tower Tanjung tanpa satupun orang yang menyadarinya. Tetapi lebih dari apa pun Rasya sangat senang karena akhirnya ada petunjuk mengenai keberadaan Putri Asami.

"Jadi kita kemarin untuk melihat kebenaran dari cerita penyusup itu?."

"Benar, dan dilihat dari TKP sepertinya penyusup itu tidak bohong, tempat ini dibobol hanya dengan satu orang."

Setelah tahu jika kantor Rentenir tempat mereka berada saat ini memang milik organisasi Serigala Hitam, Rasya pun sadar alasan kenapa beberapa orang sebelumnya tidak memanggil polisi walaupun ada yang meninggal.

"Orang-orang seperti mereka mana mungkin mengadukan sesuatu pada polisi, yang ada mereka justru dijebloskan ke dalam penjara."

Tidak banyak informasi baru yang keduanya dapatkan. Anggota Serigala Hitam yang sebelumnya datang kemari telah membersihkan tempat itu. Rayhan segera melaporkan semuanya pada bosnya, Rusdi.

***

Di depan meja makan aku termenung memikirkan perusahaan yang cocok untuk ditanami modal. Hasil dari pekerjaanku tadi malam cukup memuaskan, tetapi tentunya aku tidak akan membiarkan semua itu membusuk diberankas.

Seperti yang telah aku rencanakan sebelumnya, aku akan mulai berinvestasi dengan membeli saham. Tetapi bencana yang akan datang tahun depan membuatku harus berhati-hati dalam membeli saham.

‘Jangan sampai perusahan itu hancur ketika Dark Age terjadi.’

Saat terus mengaduk kopi yang tidak kunjung ku minum. Pikiranku mencoba menerka seperti apa Dark Age itu akan terjadi,

Aku dapat merasakan seorang pembantu menatapku dengan tidak senang. Apa itu karena aku memainkan makanan?.

Tidak, itu sesuatu yang berbeda, aku ingat anak pembantu itu juga bersekolah di sekolah Royal sama sepertiku, dan jika tidak salah dia adalah....

"Begitu rupanya." Gumamku, senyumku mulai merekah.

Tatapan pembantu itu semakin tajam seakan bisa melubangi kepalaku. Tetapi aku memilih untuk mengabaikannya dan kembali memikirkan skenario Dark Age.

Jika mengikuti kisah Dark Age dari ribuan dunia yang aku singgahi, Mungkin kejadiannya seperti bencana besar, atau invasi makhluk kegelapan.

"Ah...."

Tiba-tiba aku teringat pada pertarungan terakhirku di puncak Jaya, dimana disaat-saat terakhir peraturan kami bertiga, hujan meteor terjadi secara mendadak lalu muncul makhluk kegelapan dan bangkitnya Naga.

Anggap saja itu adalah Dark Age. Kalau begitu skenarionya adalah makhluk kegelapan yang menginvasi bumi.

Lalu pertanyaan bagaimana caraku memanfaatkan itu?.

Dari pengalaman yang aku miliki, perusahaan yang bisa bertahan dari konflik besar seperti peperangan dan bencana alam adalah perusahaan yang memproduksi sesuatu yang berguna saat itu juga.

Jika menang ketika Dark Age dimulai akan menyebabkan perang antara manusia dan makhluk kegelapan, maka perusahaan yang akan mendapatkan keuntungan terbesar adalah...

'Perusahaan militer, perusahaan farmasi dan perusahaan pangan. Aku rasa tiga jenis perusahaan itu akan mendapatkan keuntungan besar saat terjadinya perang.'

"Militer dan farmasi adalah kandidat terbaik. Sedangkan perusahaan pariwisata akan aku tempatkan ditempat terakhir, karena siapa juga yang akan pergi berlibur saat dunia dalam bencana besar."

Pembantu itu terus memperhatikanku saat aku bergumam sendiri. Dia mulai berbisik pada rekannya jika aku sudah gila.

‘Julukan Putri Gila itu ternyata benar bukan.’

Aku dapat dengan jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan..

"Sangat mengganggu."

Dengan kesal aku bangkit sambil membawa cangkir kopi lalu berjalan kearah pembantu itu.

"Pegang ini."

Aku menawarkan cangkir kopi pada pembantu dengan pin bernama Yuliana, membuat perempuan itu begitu kebingungan, hingga aku memintanya untuk kedua kalinya.

Tetapi saat ia akan mengambil cangkir kopi itu, tiba-tiba aku melepasnya hingga cangkir kopi terjatuh dan pecah.

"Apa yang kau lakukan? kau memecahkannya." Ucapku.

Seketika Yuliana menjadi sangat panik, "tidak aku tidak melakukan itu, anda yang melepasnya sebelum aku menyentuh cangkirnya." Dia mencoba membela diri.

"oh, kau justru menyalahkan aku?." Balasku dengan senyum melebar.

"Tidak maksudku..." Yuliana yang menyadari posisinya hanya sebagai pembantu tidak mungkin melakukan pembelaan, ia merasa serba salah.

"Kau ingin mengatakan jika aku berani merusak cangkir kopi peninggalan mendiang ibuku?." Aku berusaha semakin memojokkannya.

Sebenarnya cangkiritu hanya cangkir biasa.

"Cangkir itu bukan..." Yuliana mencoba mengelak, tetapi...

"Diam!."

Wanita itu segera terdiam seribu bahasa saat aku membentaknya, namun bisa dilihat dengan mudah jika ia begitu marah.

"Ini benar-benar tidak bisa dimaafkan. Mulai sekarang kau dipecat."

Mendengar itu Yuliana tidak lagi bisa menahan diri. Tetapi sebelum dia mengatakan apapun, aku segera melanjutkan perkataan ku.

"Kau tahu, harga cangkir itu adalah sebesar lima milyar."

Setiap pembantu di ruang makan seketika tersentak kaget. Tidak mungkin cangkir yang biasa mereka gunakan untuk menyajikan kopi bisa semahal itu.

Tanpa peduli dengan tatapan setiap orang, aku kembali ketempat dudukku.

"Bagaimana caramu membayar cangkir itu saat kau sudah kehilangan pekerjaan dan anakmu masih di rumah sakit?."

Pertanyaan yang aku katakan seketika membuat semua orang sadar jika aku hanya ingin membalas dendam.

Walaupun semua orang adalah saksi jika semua yang terjadi hanya sebuah sandiwara, tetapi tidak ada satupun yang akan membela Yuliana.

Menyadari situasinya, wanita itu tidak memiliki cara lain untuk selamat. Dia segera berlutut di depanku dan memohon ampun.

Tanpa peduli dengan pembantu yang terus bersujud, aku menikmati kopi yang telah dingin.

'Kopinya pahit, tapi terasa nikmat karena rasa manis dari balas dendam.'

***

[End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!