Bad Boy Dan Gadis Desa
Seorang pria tampan bertubuh tegap baru saja keluar dari dalam mobil mewahnya, dan berjalan angkuh memasuki sebuah mansion.
"Tuan besar memanggil anda Tuan muda," ucap seorang pelayan rumah ramah.
"Hem," sahutnya malas.
Lalu melangkahkan kakinya terus, hingga bertemu dengan seorang pria paruh baya, yang sedang duduk menunggu kedatangannya.
"Duduk!" titah pria paruh baya itu angkuh.
Sebagai seorang Direktur Utama salah satu perusahaan terbesar di Asia tenggara, nama keluarga Royce memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.
Namun suksesnya pria paruh baya itu, terkendala dengan sang pewaris yang menolak untuk dijodohkan dengan rekan sesama bisnisnya.
"Ada apa memanggilku, Daddy?" tanya Drew tidak kalah angkuh.
"Kawin! Hanya itu yang Daddy inginkan darimu!" balas Tuan Hans tegas.
"Tidak mau!" balas Drew tidak kalah tegas.
Tuan Hans menatap sinis putranya yang telah menginjak usia lebih dari seperempat abad. "Capek-capek Daddy membesarkanmu hingga sebesar ini, tapi apa yang kamu balas untuk Daddy? Nothing!" geramnya.
Drew menghela nafas panjang, lalu membuka kacamata seharga puluhan jutanya dan menaruh diatas meja.
"Aku bisa memberikan Daddy uang setiap bulan agar Daddy berhenti mengurusi masalah pribadiku," balas Drew kembali angkuh.
"Daddy ini orang kaya, tidak perlu uangmu! Jangan sombong bicarakan kekayaan dengan Daddy, karena kau tidak sebanding!" balas Tuan Hans sama-sama angkuh.
Pria beda usia itu sama-sama menunjukkan sikap angkuhnya, karena ibarat pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya dan begitulah mereka sekarang ini.
Ayah dan anak sama saja!
Namun, walau Drew terlahir dari anak seorang konglomerat, pria itu punya bisnis sendiri yang memiliki penghasilan tidak main-main dalam tiap bulannya.
Hal tersebut membuat Drew tidak tertarik meneruskan perusahaan sang ayah, karena ia lebih mencintai pekerjaan yang sudah ia geluti selama 5 tahun lamanya.
Yaitu bisnis merakit motor ternama, hingga membangun perusahaannya sendiri.
Akan tetapi keberhasilan serta dirinya yang bergelimang harta, membuat Drew begitu sombong dan angkuh. Ia juga berpikir segala sesuatu yang ada di dunia ini, bisa ia beli dengan uang.
"Sudah ku katakan padamu Daddy, aku tidak ingin dijodohkan. Semua wanita rata-rata sama, hanya bisa menghabiskan uang hasil kerja keras para lelaki," balas Drew terkadang pria itu pelit juga.
"Dasar keras kepala, tidak semua wanita seperti itu. Menikahlah dulu baru kau akan merasakan bagaimana rasanya memiliki istri, kebetulan Daddy menemukan satu wanita cantik untukmu. Dia dari keluarga rekan Daddy," ucap Tuan Hans menunjukkan foto seorang gadis muda yang cantik.
Drew menimang-nimang foto tersebut, lalu merobeknya. "Tidak mau, dia bukan tipeku!" tolaknya.
"Bagaimana bisa wanita ini bukan tipemu, lihatlah bentuk dada-nya yang bulat padat dan besar. Wajahnya juga kinclong melebihi porcelain, kurang apa dia? Kalau Daddy seusiaan denganmu, sudah pasti Daddy akan kawinin gadis ini sekarang juga!" ucap Tuan Hans memberi pengertian.
"Kalau begitu, Daddy saja yang kawin dengan gadis ini!" balas Drew.
Tuan Hans mendengus kesal. "Dasar anak tidak tahu diuntung, sudah dicarikan gadis dari keluarga baik-baik dan juga sekksi bohayy seperti ini. Kau masih menolak juga, apa kau mau dapat gadis orang kampung hah!"
Drew tidak menggubris perkataan sang ayah, karena sudah capek meladeni permintaan ayahnya itu. Ia menarik sedikit lengan bajunya yang tertutup jas mewah, kemudian melirik jam berwarna emas seharga ratusan juta pada pergelangan tangannya, lalu memakai kacamata hitamnya kembali.
"Aku harus pergi," ucapnya datar.
"Drew! Bagaimana pun juga kau harus menerima tawaran Daddy!" sergah Tuan Has sebelum putranya melangkah keluar lebih jauh.
Drew menghela nafas panjang. "Terserah Daddy saja lah!" sahutnya menyerah juga.
Tuan Hans tersenyum miring. "Bagus kalau begitu, Daddy akan atur semuanya!"
Drew mengangguk samar, kemudian masuk ke dalam mobil mewah limited edition, hadiah ulang tahun dari ayahnya.
"Benar-benar orang tua yang menyebalkan, aku masih ingin meniti karier tapi dia terus saja mendesakku agar mempunya istri yang sudah pasti akan menjadi bebanku," keluh Drew.
Pria tampan itu sebenarnya ingin sekali menjadi pembalap motor sejak duduk dibangku SD, walau tidak sekelas pembalas motor bergengsi. Setidaknya Drew ingin merasakan bagaimana rasanya bebas dijalanan sana.
Namun sang ayah lagi-lagi melarang mimpinya itu, selaim takut anaknya kenapa-kenapa saat balapan, tuan Hans juga ingin Drew fokus melanjutkan bisnis propertinya.
"Jalan ni Tuan?" tanya sang asisten dan itu menambah kedongkolan Drew.
"Terbang saja kalau bisa," ketus Drew.
"Mana bisa terbang Tuan, ini mobil."
"Ya sudah jalan!" balas Drew gregetan.
Entah mengapa sang ayah memberikannya supir super cupu nyentrik model 1970, karena itu dapat merusak citra ketampanan dan juga kekayaannya.
...***...
Hampir satu jam perjalanan dari rumah tuan Hans ke daerah Sentul - Bogor dan Drew telah sampai ditempat impiannya. Namun Drew hanya menatapi sirkuit balapan motor yang namanya telah mendunia itu.
Ingin sekali rasanya nama Drew berada ditengah-tengah nama pembalap terkenal dunia lainnya. Namun sayang, impiannya itu tidak akan pernah terwujud karena larangan sang ayah dan juga ibunya.
Balapan motor sungguh berbahaya, apa kau tidak lihat kasus kecelakaan kakakmu sewaktu jadi pembalap dulu hah. Dia mati sia-sia!
Drew menghela nafas panjang, walau tidak menjadi pembalap sungguhan, tapi menjadi pembalap gadungan boleh kan?
Drew merogoh ponsel pintarnya seharga puluhan juta berlogo apel somplaknya, lalu menghubungi sang asisten andalan. "Bawakan motor itu segera," titahnya.
"Baik Drew!" patuh Sam.
Tak butuh waktu lama motor balap ber- CC 1000 4 silinder hadiah dari almarhum sang kakaknya itu pun datang, dan mulai memasuki arena sirkuit balapan.
Drew menatap binar motor pemberian sang kakak yang telah selesai diperbaiki dan dimodifikasi ulang. Lalu menaiki motor tersebut dan mencobanya mengelilingi sirkuit selama beberapa putaran.
Dan aksi Drew mengundang beberapa pasang mata, yang kebetulan berada diarena sirkuit tersebut.
"Siapa dia?" tanya Matt tidak senang.
"Dia Drew dari keluarga Royce, adiknya Twister Royce."
"Oh pantas saja mukanya tidak asing, kemampuannya boleh juga. Kita dekati dia dan ajak balapan," ucap Matt menyeringai.
...***...
Sementara itu Drew baru saja membuka helm, dan ia merasa senang sekali karena bisa mencicipi arena sirkuit menggunakan motor almarhum sang kakak.
"Luar biasa! Aku merasa darahku mendidih!" serunya kegirangan.
"Itu tadi keren Drew!" ucap Sam turut senang sambil menepuk pundak Drew.
Bersamaan dengan hal tersebut, suara tepuk tangan menghampiri Drew.
"Hebat sekali, kau berpeluang besar menjadi seorang pembalap hebat jika terus menekuninya!" ucap Matt memuji.
Drew menatap Matt dari kejauhan dan bertanya kepada Sam. "Siapa dia?"
"Matt, saingan Twister sewaktu balapan dulu. Berhati-hatilah dengan orang itu," bisik Sam memberi tahu.
Drew memindai seluruh penampilan Matt dan menyambut jabat tangan pria seusiaan dengan kakaknya itu. "Aku Drew, Drew Royce."
"Aku Matt, Mattew. Kau pasti adiknya Twister, bagaimana kalau kita balapan bersama."
Drew tersenyum miring. "Boleh, siapa takut!"
"Kalau begitu bersiaplah, aku akan menunggumu digaris start," ucap Matt pergi.
Sam mendekati Drew. "Apa kau yakin ingin balapan dengannya?"
"Kenapa, hanya berkeliking sirkuit. Tidak perlu ditakutkan," balas Drew.
"Bagaimana kalau Daddymu tahu?" cegah Sam.
"Biarkan saja," balas Drew lalu bersiap dan mengambil posisi.
Sam meraup wajahnya kasar, apa yang harus ia katakan kepada tuan besar kalau ketahuan putranya itu mengikuti balapan.
Tidak ada pilihan, Sam berlari mendekati Drew dan memberi arahan serta intruksi agar Drew dapat melewati balapan kali ini.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Namanya singkat2 bngt ya , drew , mett , sam , kalo twister udh kya nama wafer😅😂
2024-03-18
0
Rahmawaty❣️
Kawin.... Emangnya kucing😂
2024-03-18
1
Maya●●●
haduh daddy🙈
2023-08-01
0