Malam harinya.
Restoran Manyu.
Suasana elegan dengan berbagai sajian mewah tersaji dan tersusun rapi dihadapan orang-orang berkelas atas. Orang-orang itu berbincang serius, sesekali tertawa dengan suara yang santun.
"Jadi kita langsung ke intinya saja Tuan Bams, maksud dari undangan makan malam keluarga Royce kali ini adalah aku secara langsung ingin melamar putrimu Bella untuk putraku Drew," ucap Tuan Hans yakin.
Tuan Bams tersenyum senang. "Aku senang mendengarnya Tuan Hans dan aku secara pribadi juga menyetujui perjodohan ini."
"Kita berdua memang setuju dengan perjodohan ini Tuan Bams, tapi apakah putrimu bersedia?" tanya Tuan Hans.
Bella mengangguk. "Tentu saja aku terima Om," balasnya sambil mengulas senyum.
"Kalau kamu Drew bagaimana?" tanya Tuan Bams.
Drew mengepal erat kedua tangannya, ia tidak ingin menjawab ataupun merima perjodohan itu dikarenakan dirinya memang tidak ingin diatur oleh sang ayah maupun orang lain.
"Dia sudah tentu setuju," serobot Tuan Hans mewakili Drew yang diam saja.
"Syukurlah kalau begitu kita bisa berbesanan!" seru Nyonya Marlyn ibu dari Bella.
"Benar, aku juga sudah tidak sabar menunggu hal itu terjadi. Kita bisa saling berhubungan," balas Nyonya Serly antusias.
Nyonya Marlyn memanglah sahabat dekat Nyonya Serly, bahkan wanita paruh baya itu jugalah yang pernah mengenalkan temannya kepada Tuan Hans, padahal status Tuan Hans kala itu masih resmi suami sah dari nyonya Bianca ibunda Drew.
"Ya sudah kalau begitu, karena ini adalah hari bahagia. Mari kita makan sepuasnya," seru Tuan Hans.
"Mari," sambut keluarga Bams.
Lalu Tuan Hans memanggil waiters yang bertugas didekatnya. "Dimana pemilik restoran sekaligus chef yang memasak bebek peking ini?" tanyanya sengaja memanggil sang mantan istri agar keluar.
"Tunggu sebentar Tuan," patuh waiters itu.
Tak butuh waktu lama, Nyonya Bianca datang dengan langkah yang anggun. Dia berjalan menghampiri meja VIP dimana mantan suami beserta keluarganya duduk disana.
"Ada yang bisa ku bantu Tuan?" tanya Nyonya Bianca ramah.
"Potongkan daging bebekku ini!" titah Tuan Hans.
"Potongkan daging bebekku juga dan layani calon besanku beserta keluarganya dengan baik!" titah Nyonya Serly menimpali. Dirinya begitu senang karena bisa memerintah mantan istri suaminya itu.
"Baiklah," balas Nyonya Bianca tidak masalah. Karena itu memang pekerjaannya sebagai seorang profesional.
"Tunggu, bukankah kau mantan istrinya Tuan Hans?" tanya Nyonya Marlyn menatap lekat wanita berbaju chef didepannya.
"Anda benar Nyonya," balas singkat Nyonya Bianca.
"Benar, dia mantan istri suamiku. Karena terlalu membangkang makanya dia diceraikan," serobot Nyonya Serly merendahkan.
Nyonya Bianca hanya menghela nafas panjang, lalu melanjutkan memotong daging bebek peking diatas piring semua orang.
"Sayang sekali, padahal jadi istri pertama tidak masalah juga kan. Daripada diceraikan seperti ini, hidup cape mencari uang sendiri," ucap Nyonya Marlyn.
Drew mengepal erat kedua tangannya, merasa tidak suka ibunya direndahkan dihadapan semua orang. Akan tetapi Drew merasa heran, kenapa ibunya selalu saja tenang dan tidak mau membalas perkataan menyebalkan tersebut.
"Mommyku tidak ingin dimadu, makanya dia memutuskan untuk bercerai dan menyerahkan pria bodoh kepada wanita ja-lang yang selalu suka menghambur-hamburkan uang hanya demi kesenangan pribadi," balas Drew menyindir tajam.
Nyonya Serly terkesiap mendengarnya, ia sampai merasakan sesak didada karena tersindir sekali dengan perkataan anak tirinya itu.
"Drew, kenapa kau berbicara seperti itu pada mommymu sendiri!" sentak Tuan Hans sambil mengusap punggung sang istri yang menangis.
"Dia bukan Mommyku, oiya aku sudah kenyang. Kalau tidak ada urusan membosankan lainnya, maka aku harus pergi dari sini. Karena pekerjaanku jauh lebih penting daripada membicarakan ini semua," balas Drew lalu pergi dari restoran tersebut.
Nyonya Bianca tersenyum tipis, ia terus mengerjakan pekerjaannya melayani para pelanggan yang hadir. Tanpa banyak berkata-kata, namun hatinya puas sekali karena Drew masih berpihak padanya.
"Tuan, Nyonya. Daging bebeknya sudah dipotong, apa ada yang bisa kubantu lagi?" tanya Nyonya Bianca ramah.
"Tidak pergilah," balas Tuan Hans.
"Baiklah kalau begitu, selamat menikmati." Nyonya Bianca meninggalkan meja makan tamunya.
"Maaf atas ketidaknyamanannya, bagaimana kalau kita lanjutkan makan malamnya," ucap Tuan Hans menawari kembali.
...***...
Sebuah pintu belakang terbuka dan seorang wanita paruh baya membawa sekantung plastik sampah dan membuangnya ditempat sampah. Lalu, baru saja ia hendak berbalik masuk ke dalam, uluran tangan menarik lengannya.
Nyonya Bianca terkejut dan menatap siapa pria yang telah berani menarik lengannya itu.
"Drew!" seru Nyonya Bianca.
"Mom," ucap Drew memeluk ibunya.
"Kenapa berdiri disini dan sudah nerapa lama kamu disini? Apa kamu menunggu Mommy hah?" cecar Nyonya Bianca sambil memegangi kedua bahu putranya.
Drew mengambil kedua tangan nyonya Bianca dari masing-masing bahunya, kemudian merangkapkan keduanya.
"Aku merindukanmu," balas Drew lalu mencium kedua tangan sang mommy.
"Mommy juga merindukanmu, bagaimana keadaanmu sayang? Apa kau makan dengan baik?" tanya Nyonya Bianca sambil mengarahkan Drew agar duduk.
"Aku baik-baik saja, aku marah kepadamu Mom. Kenapa kau diam saja saat mereka menyindirmu?" balas Drew.
"Buat apa membalas mereka sayang, tidak ada gunanya."
"Tapi Mom," ucap Drew tidak terima.
"Sudahlah jangan dibahas, oiya tadi Mommy dengar kau mau dijodohkan dengan gadis tadi. Mommy hanya berharap kau bahagia dengan gadis itu," harap Nyonya Bianca.
"Tidak Mom, Daddy yang memaksa. Aku sama sekali tidak menginginkan perjodohan ini," bantah Drew.
Nyonya Bianca termenung. "Daddy mu berusaha melakukan yang terbaik, setidaknya patuhilah permintaannya kali ini. Terimalah gadis itu sebagai pendampingmu kelak, sayang."
"Tidak Mom! Aku tidak mencintainya, lagi pula aku masih belum siap menikah." Balas Drew menolaknya.
"Drew sayang, mommy mengerti. Tapi kau juga harus tetap maju memikirkan masa depanmu, siapa tahu kamu akan mencintainya suatu hari nanti," bujuk Nyonya Bianca.
Tapi Drew tetap menggeleng. "Entahlah, aku tidak yakin akan hal itu Mom."
"Kenapa kau tidak yakin akan mencintai gadis itu? Apakah dihatimu ini sudah ada yang lain?" tanya Nyonya Bianca menyelidik.
Seketika Drew teringat akan Tesla, lebih tepatnya saat awal pertemuan mereka berdua. Dimana dirinya tertabrak oleh sepeda yang sedang dikendarai oleh Tesla.
Hingga yang paling berkesan ialah saat gadis itu tercebur di kolam renang dan Drew sempat merangkul pinggang rampingnya itu.
"Tidak ada Mom, tidak ada wanita lain. Bagiku hanya kau lah wanita satu-satunya yang ada didalam hatiku ini," ucap Drew menatap sang Ibu yang tersenyum kepadanya.
"Benarkah begitu, baiklah. Mommy hanya berharap kau akan bertemu dengan seorang gadis yang sama pentingnya seperti Mommy didalam hatimu ini," balas Nyonya Bianca menunjuk hati Drew kemudian memeluknya.
Drew membalas pelukan sang ibu, kedua natanya terpejam. "Mungkinkah?" batinnya ragu.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Mommy Ghina
astaga Tuan Hans bisa begitu ya merendahkan mantan istri, belum lagi mulut pelakor nya si Sherly ... ckckck
2023-05-16
1
mom mimu
semangat terus kak 💪🏻 satu iklan mendarat...
2023-05-15
1