Setelah membersihkan diri dan menunaikan hajatnya, Drew berlari tergesa-gesa menghampiri Sam. Sesekali menengok kebelakang, takut ucapan dari gadis desa tadi benar-benar terjadi. Dimana gadis itu tengah memanggil para pemuda desa, untuk memberinya pelajaran.
"Sam, cepatlah bangun. Ayo kita pergi dari desa ini," ucapnya sambil menarik tangan Sam.
Sam membuka matanya malas, karena masih asyik menikmati sejuknya udara pegunungan. "Ada apa sih, mengganggu saja!" cebiknya.
"Sudahlah jangan banyak tanya, kita kembali saja sekarang. Aku lapar dan ingin makan sesuatu," balas Drew beralasan.
"Bukannya kita habis makan siang tadi, lagipula bagaimana dengan lokasi balapannya? Menyurvei lokasi itu cukup penting Drew, dengan begitu kau bisa mempelajari medan yang ada disini," ucap Sam.
"Sudahlah, aku yakin jalanan disini tidak akan sulit dan percayakan saja kalau aku pasti bisa melewatinya," balas Drew meremehkan.
"Ya sudah terserah kau saja," balas Sam. Kemudian turun dari tepian batu dan pergi bersama dengan Drew.
...***...
Disisi lain.
Suara bebek terdengar begitu berisik dari dalam sebuah kandang ternak milik juragan bebek dan juga ayam terbesar di desa tersebut.
Selain juragan ternak, pria paruh baya berkumis tebal itu pun seorang tuan tanah yang memiliki sawah berhektar-hektar luasnya.
Dengan memakai kaos kuttang polos berwarna putih dan juga sarung kotak-kotak yang melingkar dibagian perut buncitnya. Pak Sanyoto mulai membuka kandangnya untuk melepas liarkan para kerumunan bebek kesayangannya itu.
"Sardi, Inem, Joko!" panggil Pak Sanyoto mengabsen kawanan bebek yang jumlahnya ratusan ekor secara satu persatu.
"Ah capek! sudah keluar semua!" ucapnya kemudian.
Lalu membuka pintu kandang bebek selebar-lebarnya dan anehnya kawanan bebek miliknya itu benar-benar patuh atas perintah sang majikan.
Kwek!
"Jangan lupa Sardi, jagain si Inem jangan sampai nyasar lagi. Udah gitu Joko jangan selingkuh aja, ingat bini sama anak dibelakangmu!" celoteh Pak Sanyoto sebelum melepas liarkan bebek-bebeknya ke sawah.
"Kemana putri cantikku, katanya sudah janji mau bantu ngangon bebek dan mau bikin konten. Tapi sudah jam segini kok belum pulang juga. Apa jangan-jangan dia main air lagi ditelaga," sambungnya sambil menatapi jalanan sepi nan panjang.
Tak berselang lama kemudian, Tesla pun muncul dan segera menghampiri sang ayah.
"Father," seru Tesla.
Pak Sanyoto menoleh dan tersenyum lebar. "Aduh putri papa yang cantik dan ayu, habis darimana saja?"
"Maaf pa, tadi dijalan Tesla ketemu sama dua pemuda asing. Terus tidak sengaja Tesla menabrak mereka," balas Tesla.
"Ditabrak sepeda? Kamu nabrak orang? Terus bagaimana dua pemuda itu, apa mereka baik-baik saja?" cecar Pak Sanyoto.
"Yeh papa, kenapa lebih mentingin dua pemuda itu. Kenapa tidak tanyakan keadaan putrinya sendiri?" cebik Tesla merasa diacuhkan.
"Ya, papa kan sudah lihat kamu disini baik-baik saja. Terus bagaimana dengan dua pemuda tadi?" tanya Pak Sanyoto kembali.
"Ya baik-baik saja, cuma bajunya pada kotor sama sawan!" balas Tesla.
"Waduh kalau begitu papa harus ketemu dengan mereka dan minta maaf langsung karena sudah ditabrak sama kamu," ucap pak Sanyoto.
"Papa, kenapa peduli sama orang asing sih!" cebik Tesla.
"Tesla sayang, desa ini terkenal dengan warganya yang ramah. Sudah seharusnya kita menjamu tamu asing dari luar dan meminta maaf kalau salah, jadi dengan begitu kita bisa membawa nama baik desa ini hingga keluar," balas pak Sanyoto bangga.
Tesla menghela nafas panjang. "Ya papa benar, tapi tidak perlu terlalu baik kepada pemuda itu. Karena salah satu dari mereka begitu angkuh dan sombong, bahkan berani mengintipku saat mandi di telaga," ucapnya.
Pak Sanyoto terbelalak. "Apa? Mengintipmu mandi? Wah ini tidak bisa dibenarkan, lagipula kenapa kau mandi disana lagi! Sudah papa ingatkan jangan mandi disana Tesla! Malu!" tegurnya.
"Ya mau bagaimana lagi, pakaian Tesla kotor saat jatuh naik sepeda tadi. Dan telaga itu satu-satunya tempat yang bisa Tesla kunjungi buat mandi," balas Tesla membela diri.
Pak Sanyoto berdecak kesal. "Ya sudah, ayo kita temui pemuda itu. Biar papa pites kepalanya, berani sekali dia intip anak gadis orang!"
Tesla menahan tangan ayahnya. "Sudahlah Pa, sepertinya mereka telah pergi dari desa ini. Soalnya aku sempat mengancamnya akan memanggil para pemuda desa kita."
"Oh begitu jadi mereka takut dan pergi?"
"Sepertinya begitu," balas Tesla tidak tahu juga. Namun apapun itu Tesla tidak ingin sampai bertemu dengan Drew, karena muak jika melihat tingkah sombongnya.
"Ya sudah ayo kita ngangon bebek!" seru Pak Sanyoto tahu-tahu sudah jauh didepan saja sambil menegur bebek-bebeknya yang sedang asik bergosip.
"Ya pa!" seru Tesla, lalu menggiring bebek yang tersisa agar keluar dari kandang.
...----------------...
Sementara itu, Drew dan Sam mengingat kembali tantangan dari Matt, tentang balapan di jalanan desa jam tiga sore ini.
"Bagaimana apa kau yakin ingin ikut balapan?" tanya Sam memastikan.
"Sudah tentu aku akan ikut, mau ditaruh dimana wajah tampanku ini kalau mengabaikan tantangannya," balas Drew.
Sam hanya bisa mendesaah pasrah, setelah sebelumnya mereka gagal mempelajari jalanan desa. Kali ini Sam yakin Drew akan mengalami kesulitan saat balapan nanti, terlebih lawannya adalah Matt. Pembalap motor profesional yang namanya pernah tercatat dalam kejuaraan nasional.
Tak ingin memikirkan hal tersebut, Sam hanya bisa memberi saran serta masukan kepada Drew agar selalu fokus saat balapan, serta tidak terpancing emosi apapun yang dikatakan oleh Matt untuknya.
"Jangan lupa nasehatku, kau bukan Valentino Rosi, jadi balapan sesuai takaranmu saja. Satu hal lagi, jalanan di desa tentu sangatlah berbeda dengan arena sirkuit disini dan sudah tentu banyak kesulitan dan kendala yang akan kau hadapi saat berada dijalanan,"
"Seperti jalanan bergelombang, berbatu, becek bahkan banyak binatang sewaktu-waktu muncul untuk menyebrang melewati jalanan," jelas Sam.
"Binatang menyebrang?" tanya Drew bingung dan menatap aneh.
"Ya seperti kawanan bebek contohnya dan kau harus menunggu binatang eksotis itu sampai selesai menyebrang jalan," balas Sam.
Drew menghela nafas panjang, entah mengapa dirinya begitu gelisah jika mendengar kata-kata bebek.
"Kenapa tidak kita digilas saja bebeknya, lalu diganti saja dengan uang. Berapa banyak bebek yang telah ku gilas nanti kelar urusan," celetuk Drew.
Sam mendengus, sambil memukul bahu Drew karena bicara sembarangan. "Dasar anak ini, jangan berkata seperti itu. Dan ingatlah kita hanyalah orang asing disini, jika kau berbuat macam-macam. Maka aku ragu kau bisa pulang dengan selamat atau tidak," ucapnya menakuti.
Drew lagi-lagi meremehkan. "Aku tidak takut, walau aku harus berhadapan dengan semua orang. Karena aku yakin uang bisa mengalahkan semua masalah yang ada nantinya," ucapnya angkuh.
Sam menggeleng. "Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan uang Drew," nasehatnya.
"Apa yang tidak bisa diselesaikan dengan uang?" tanya Drew.
"Sudahlah kau tidak akan mengerti jika belum merasakannya," balas Sam malas berdebat.
"Wah kata-katamu seperti menyumpahi ku saja Sam," ucap Drew merasa demikian.
"Sepertinya sekali-kali kau harus merasakan hidup susah!" tegas Sam.
Drew mendengus. "Baiklah, aku penasaran hal apa yang tidak bisa diselesaikan dengan uang." tantang Drew dan tiba-tiba petir menyambar. Hingga mengejutkan mereka berdua.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Bebeknya lg pda ngegibah ya😂😂
2024-03-18
1
Nenieedesu
sudah aq favoritkan kak
2023-06-12
1
Mommy Ghina
aduhai bintang yang eksotis 🤣🤣🤣
2023-05-07
1