Keesokan harinya.
Terminal.
Suasana hiruk pikuk terjadi disebuah terminal kota, dimana tempat tersebut merupakan tempat kendaraan transportasi besar menurunkan ataupun menaikkan para penumpangnya.
Baik itu penumpang bus yang ingin pergi maupun penumpang yang baru saja datang, serta dari dalam kota maupun luar kota.
"Hei bang, bangun. Sudah sampai," panggil seorang kernet bus kepada salah satu penumpangnya yang masih tertidur.
Tesla mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dan menyingkirkan topi pada wajahnya. "Oh sudah sampai ya," ucapnya masih linglung.
Kernet itu terpaku melihat penumpangnya, yang ternyata adalah seorang gadis cantik. "Eh ternyata perempuan, maaf ya cantik. Ya ini sudah pemberhentian terakhir, kita sudah di terminal," balasnya ramah.
Tesla mengangguk paham, lalu bangun untuk mengambil tas pribadinya dan ia segera keluar dari bus itu.
Sebagai orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota besar, Tesla memang agak bingung. Terlebih saat mendaftar menjadi mahasiswi, ia dibantu oleh kak Bagas.
Sehingga gadis itu seperti buta akan lokasi. "Dimana ya ini?" ucap Tesla setelah berjalan kaki sesuai petunjuk dari kakaknya.
Setelah keluar dari terminal, jalan lurus kedepan. Nanti ada Indo-april, kamu menyebrang dan jalan sedikit. Nanti ada gang kecil disekitar sana, dan didalam gang itu ada tempat kos milik ibu-ibu.
Begitulah kata-kata sang kakak yang tersimpan di dalam kepala kecil Tesla. "Sepertinya ini tempatnya," gumamnya sembari menatap rumah bertingkat dihadapannya.
Bersamaan dengan hal tersebut, seorang ibu-ibu mengenakan daster rumahan keluar dari pintu. Sambil memarahi suaminya yang ingin pergi dengan membawa gendolan seperti tas panjang pada punggungnya.
"Mancing terus!" sentaknya kesal.
"Hobi," balas pria itu lalu menaiki sepeda motor tuanya.
"Jangan pulang kalau belum bawa ikan hiu!" pekik ibu tersebut dengan nada tinggi.
"Beres!" sahut si bapak tidak mau kalah.
"Dasar suami tidak berguna, kerjanya mancing terus. Mentang-mentang punya kos seratus pintu, jadinya pemalas!" gerutu si ibu. Lalu dia melihat Tesla yang masih berdiri disebelahnya.
"Cari siapa ya?" tanyanya kemudian.
"Siang, maaf ibu. Apa betul ini kos-kosan milik Ibu Melisa?" tanya Tesla.
"Ya betul kebetulan saya sendiri yang punya kos-an ini," jawab Ibu Melisa ramah.
"Syukurlah, kalau begitu apa masih ada kos-an yang kosong, Bu?" tanya Tesla.
"Tentu saja masih ada, cuma kalau kos-an wanita bukan di rumah yang ini. Tapi di depannya," balas Ibu Melisa menunjuk rumah bertingkat satu lagi dan bertulisan.
"Kos khusus wanita."
"Bagaimana?"
"Ya Ibu, saya mau." Seru Tesla. Tadinya ia berpikir kos tersebut akan digabung dengan pria, namun hatiya merasa lega karena ada kos khusus wanita tersendiri.
"Ya sudah ayo ikut saya," ajak Ibu Melisa.
Lalu wanita paruh baya itu memberikan kunci kamar untuk Tesla, setelah selesai melihat-lihat.
"Jadi anak kos saya harus patuh pada peraturan disini, yang pertama tidak boleh membawa barang terlarang dan yang paling penting adalah jangan membawa cowo ke dalam kos ini. Paham?" ucap Ibu Melisa memberi tahu peraturan di rumah kos-nya.
"Saya paham Bu, terima kasih."
"Bagus! Kalau mau lebih jelas semua tentang peraturan disini, kamu bisa lihat di papan pengumuman itu. Ada juga sangsi bila melanggar," ucap Ibu Melisa.
Tesla mengangguk. "Baik Bu, saya mengerti."
"Ya sudah, jika butuh sesuatu jangan sungkan meminta tolong kepada saya. Kebetulan rumah saya ada didepan situ dan mulai sekarang panggil saya Ibu Kos," ucap Bu Melisa.
Tesla mengangguk mengerti. "Siap Ibu Kos," patuhnya.
...***...
Sesuai janji, Tesla segera menghubungi keluarganya setelah tiba di kota. Wanita cantik itu langsung disambut suara isak tangis pak Sanyoto melalui video call.
"Tesla, papa kangen. Apa kamu baik-baik saja? Tidak ada kamu hidup papa terasa hampa," ucapnya sedih.
"Kenapa si jadi laki lebay banget!" oceh ibu Tyas terdengar juga melalui panggilan itu.
"Jangan menangis Pa, Tesla baik-baik saja. Kalau Papa sedih, Tesla jadi ikutan sedih nih."
"Sudah sayang, jangan pedulikan papamu. Bagaimana disana apa sudah ketemu kos yang diberitahu sama Bagas?"
"Sudah Ma, kosan nya bagus dan ada AC nya juga. Sudah begitu kos-nya dekat dengan tempat kuliah Tesla," balas Tesla memberitahu dengan senang.
"Syukurlah kalau begitu, ya sudah kamu istirahat dulu. Jaga kesehatan dan jaga diri disana ya, jangan lupa sering-sering hubungi mama dan papa," ucap Ibu Tyas menasehati.
Tesla mengangguk cepat. "Tentu Ma," balasnya. Lalu panggilan tersebut pun berakhir dan Tesla mulai merapihkan kamar kos-nya itu agar sesuai dengan keinginannya.
...----------------...
PT. Oto Motor.
Sementara itu, Drew baru saja tiba di perusahaannya. Pria itu langsung masuk ke dalam ruang perakitan motor dari pada ke ruang kerjanya.
Disana ia bertemu dengan Sam, yang tengah asyik melihat jalannya perakitan mesin dan lain-lain.
"Sam, bagaimana dengan motor pesanan PT Motorindo? Apa sudah siap?" tanya Drew.
"Sudah Drew, 1000 unit telah siap. Dan besok sudah bisa dikirim," balas Sam.
"Bagus, itu berarti kita sedang merakit sisanya ya?" tanya Drew.
"Ya, 1000 unit lagi masih dalam pengerjaan. Dan kalau produksi berjalan lancar, bisa dipastikan minggu depan kita bisa kirim sisanya," balas Sam.
Drew menghela nafas lega. "Itu berarti aku bisa kembali balapan," ucapnya menggebu.
"Lebih baik jangan," ucap Sam menyela.
"Kenapa? Balapan adalah hobiku," balas Drew tidak setuju.
Sam menatap Drew dan berkacak pinggang. "Apa kau tidak ingat kejadian di desa waktu lalu hah? Kau menyusahkan diriku Drew dan aku tidak mau disusahkan lagi olehmu," tolaknya.
"Kalau kau tidak mau membantuku, ya sudah aku bisa balapan sendiri. Aku ingin menantang Matt untuk balapan sekali lagi dan kali ini aku pastikan aku akan menang melawannya," ucap Drew penuh yakin.
Sam memutar bola matanya malas. "Kau tidak akan menang melawannya, selalu kau tidak mematuhi arahanku. Selain itu, kau juga harus punya kemampuan sekelas Twister jika ingin menang darinya," jelas Sam.
Drew berubah lesu. "Kau benar Sam, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menang melawan Matt."
Lalu ia berjalan menghampiri motor balap peninggalan almarhum kakaknya itu. "Siapa lagi yang bisa mengalahkan Matt selain dirimu kakak? Jika ada, aku ingin sekali berguru dengannya."
"Banyak pembalap hebat didunia ini Drew, tapi hanya ada segelintir pembalap senior saja yang bisa menjadi guru terbaik bagi juniornya. Bahkan aku tidak yakin ada pembalap seperti itu," ucap Sam.
Drew terdiam cukup lama, lalu teringat akan Bagas saat mengantar motornya yang baru saja selesai diperbaiki dari bengkel menuju perbatasan desa.
Drew merasa takjub, karena Bagas dengan mudah melewati setiap rintangan rumit dari jalanan desa yang tekenal memiliki jalanan berombak dan tikungan tajam serta turunan yang curam.
"Sam, apa kau ingat akan aksi Bagas saat mengendarai motorku?" tanya Drew.
"Iya, aku ingat. Dia mengantar motormu ke perbatasan agar bisa diangkut oleh mobil pick up kita," balas Sam.
"Apa menurutmu dia punya kemampuan menjadi seorang pembalap?" tanya Drew.
"Entahlah, bisa membawa motor bukan berarti bisa menjadi pembalap Drew," balas Sam menepis dugaan Drew.
"Tapi aku yakin Bagas memiliki kemampuan itu," ucap Drew yakin.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Mommy Ghina
lanjut lagi
2023-05-16
1