Mansion Royce.
"Kenapa cemberut saja? Dari kemarin malam kau terus mengacuhkan aku sayang," ucap Tuan Hans.
"Ini semua karena dirimu, harusnya kau tidak mengajak keluarga tuan Bams makan di restoran mantan istrimu itu," keluh Nyonya Serly.
Tuan Hans menghela nafas panjang. "Maaf, sebenarnya aku hanya ingin memanasi Bianca. Tapi siapa sangka dia sama sekali tidak bereaksi akan sindiran mu dan juga kemesraan kita. Malah Drew yang panas melihat itu semua," balasnya.
Nyonya Serly mencebik. "Ya sudah pasti Drew kesal, dia tidak ingin ibunya dihina didepan semua orang maupun didepan dirinya sendiri."
"Lagipula untuk apa sih kamu memanasinya seperti itu. Sudahlah sayang, hubunganmu dengannya sudah berakhir. Jadi ku mohon jangan menemui dia lagi, kau juga sudah berjanji padaku untuk tidak akan membahas masalah mantan istrimu itu lagi bukan?"
"Entah apa yang ingin kau buktikan padanya, tapi aku tidak suka melihatmu dekat dengannya," isak Nyonya Serly.
"Ya maaf," balas Tuan Hans mengalah sambil merangkul istrinya.
Sesekali berpikir, mengapa mantan istrinya itu tidak marah saat melihatnya bermesraan dengan istri barunya. "Apa dia benar-benar sudah tidak peduli lagi denganku? Apa rasa cintanya sudah tidak ada lagi, sampai-sampai dia tidak cemburu melihatku mesra seperti ini," batinnya bingung.
Seketika pikirannya teringat kembali tentang perceraian dengan istri pertamanya beberapa tahun yang lalu, dimana perceraian mereka disebabkan oleh orang ketiga yaitu nyonya Serly.
Yang mana dirinya kepergok saat sedang bermesraan dengan nyonya Serly. Dan dia sendiri lebih memilih selingkuhannya dari pada istri sahnya sendiri.
Dia seribu kali lebih baik darimu, dia mengerti bagaimana cara melayaniku. Tidak seperti dirimu, kau selalu saja sibuk bekerja dan mengabaikan aku.
Berapa kali aku katakan berhentilah menjadi wanita mandiri! Kita tidak kekurangan uang, aku mencari uang untuk kalian. Kalau kau bekerja, siapa yang akan menghambur-hamburkan uangku hah!"
Beruntung aku punya Serly, dia mengerti bagaimana caranya menghargai pemberian seseorang. Tidak seperti dirimu, kau selalu menolak setiap aku belikan barang mewah. Bahkan kau selalu bilang bangga akan barang yang bisa kau beli sendiri dari hasil keringatmu.
Nyonya Bianca memanglah wanita mandiri dan tidak ingin bergantung pada orang lain termasuk suaminya sendiri. Dia pekerja keras dan tidak suka memakai perhiasan ataupun barang-barang mewah lainnya.
Selain adanya pihak ketiga, perceraian itu juga terjadi akibat kematian Twister, putra sulung mereka. Dimana Tuan Hans menyalahkan sepenuhnya kematian Twister kepada nyonya Bianca. Karena mengijinkan putra sulungnya itu menjadi seorang pembalap.
Padahal dia sendiri telah melarang dan menolak aksi berbahaya tersebut, karena Tuan Hans ingin sekali Twister menjadi penerus perusahaannya.
Namun impian tuan Hans untuk memiliki penerus perusahaannya juga terkendala, karena Drew tidak berminat meneruskan bisnisnya.
Sedangkan istri keduanya sampai saat ini belum memiliki keturunan, entah sebab apa. Tapi satu hal yang pasti Tuan Hans tidak pernah memaksanya untuk memiliki anak.
...----------------...
Keesokan harinya.
Kampus.
Hari pertama Tesla dikampus cukuplah mengesankan, dia berkumpul bersama para mahasiswa baru lainnya dari berbagai kalangan, dengan beragam karakter menarik.
"Mereka luar biasa dan juga cantik," gumam Tesla menatapi satu persatu mahasiwi kampus yang berpenampilan luar biasa.
"Mereka cantik hanya karena make up," sela seorang mahasiwi berambut ikal disebelahnya.
Tesla menoleh. "Benarkah?" tanyanya.
"Tentu saja, eh tunggu kau juga cantik apa kau memakai make up juga?" ucap mahasiswi itu terkejut dan memindai wajah Tesla, lalu mengambil selembar tisue basah dan mengusap wajahnya.
"Wah tidak kusangka ku tidak memakai make up, tapi kau terlihat cantik," ucapnya kemudian.
"Benarkah?"
"Tentu saja, wajah cantik tanpa riasan seperti ini namanya cantik natural atau cantik alami. I like it!" balas si mahasiswi baru sekaligus memuji.
Tesla tersenyum. "Terima kasih atas pujiannya, dari dulu aku memang tidak suka memakai riasan wajah, paling hanya krim pelembab saja."
"Wah kalau gitu kita segolongan, aku juga tidak pernah memakai riasan wajah. Selain rumit dan memakan waktu, aku juga membenci wanita yang memakai riasan wajah karena wanita seperti itu suka menipu para pria. Kalau begitu kita berteman, aku Marisa!" ucap Marisa memperkenalkan diri.
Tesla mengangguk samar, entah ada pengalaman pahit apa tentang wanita disebelahnya itu, tidak henti-hentinya mengoceh tidak karuan.
Namun Tesla berusaha menjadi pendengar yang baik dan ia juga senang karena mendapat teman pertama di kampusnya.
"Aku Tesla," balas Tesla suka cita.
"Kau tinggal dimana?" tanya Marisa berusaha akrab.
"Aku tinggal di kos-an belakang kampus kita," balas Tesla.
"Apa kau tinggal di kosnya ibu Melisa?" tanya Marisa antusias.
"Ya," jawab Tesla tanpa ragu.
Marisa menarik nafas hingga ke dalam dengan kedua mata yang terbuka lebar. "Really?"
"Ya," balas Tesla plus anggukan cepat.
"Kalau gitu kita teman satu kos!" seru Marisa.
"Benarkah?" tanya Tesla tidak menyangka.
"Iya!" balas Marisa mengangguk.
Obrolan berisik Marisa membuat wanita lain merasa tertarik. "Jadi kalian berdua ngekos di rumah kos ibu Melisa?" tanya wanita berambut lurus berhidung pesek disebelah kanan Tesla.
"Ya," jawab Marisa dan Tesla bersamaan.
"Aku juga sama!" seru wanita itu.
"Kalau begitu kita satu kos!"
"Ya, kenalin aku Tiara."
"Tesla."
"Marisa."
Semenjak perkenalan itu pun, mereka menjadi akrab. Dan selalu bersama disetiap jam pelajaran, serta berkumpul di kamar kos jika sudah pulang kuliah.
Seperti saat sekarang ini, mereka bertiga duduk di ranjang kamar Marisa. Bercerita dan bercanda tawa mendiskusikan apa saja yang menjadi pengalaman mereka masing-masing.
"Jadi kau tinggal di desa? Pasti tempat itu sangat bagus, masih asri dan sejuk," oceh Marisa.
"Ya! Disana juga banyak bebek dan ayam," balas Tesla.
"Namanya juga desa Rawa Bebek," timpal Tiara.
"Wah bagaimana kalau ada liburan kita bermain disana?" saran Marisa memberi ide.
"Aku setuju," sambut Tiara.
Tesla tersenyum lebar dibuatnya. "Baiklah, liburan nanti aku akan mengajak kalian ke desa dan menginap di rumahku."
"Oke kita sepakat ya."
"Ini sudah sore, bagaimana kalau kita makan diluar. Disebrang sana ada kedai kopi yang menjual roti bakar dan makanan kaki lima lainnya. Sudah begitu harganya juga murah," ajak Marisa.
Tesla dan Tiara setuju lalu mereka bertiga pergi ke luar untuk membeli makan malam bersama.
...***...
Setibanya di depan jalan raya, mereka bertiga menunggu jalanan sepi dari kendaraan agar bisa menyebrang jalan dengan aman.
Lalu, sekiranya sudah aman barulah mereka melangkah. Namun belum ada di tengah-tengah jalan, sebuah motor tiba-tiba datang entah darimana. Motor itu melaju dengan kencang begitu saja dan hampir menyerempet mereka bertiga saat ingin menyebrang jalan.
"Woi buta lu ya!" pekik mereka terkaget-kaget.
Pengemudi motor itu menepi sejenak, lalu melepas helmnya dan menoleh sambil menatapi ketiga wanita yang sedang syok. Ia menatap lekat satu wanita dengan wajah yang sudah tidak asing lagi baginya.
"Makanya kalau nyebrang lihat-lihat! Kayak bebek dikampung saja!" ketus Drew.
Tesla terbelalak dan mengenal suara itu. "Drew!"
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-05-21
1
mom mimu
dua like dan satu iklan meluncur, semangat terus kak 💪🏻
2023-05-20
1
Mommy Ghina
eh ketemu lagi.
Sumpah gak suka sama hans dan sherly!
2023-05-18
1