Beberapa jam sebelumnya.
Restoran Manyu.
"Mom, kenapa kau sibuk sekali? Terus kenapa Mommy pakai cuci piring segala?" tanya Drew meraaa keberatan melihat sang ibu mencuci piring sendiri, padahal ia memiliki banyak karyawan.
"Itu karena ada beberapa pekerja Mommy sedang cuti, jadi Mommy kekurangan tenaga bersih-bersih," balas Nyonya Bianca.
"Ya tapi kan tidak harus Mommy juga yang mengerjakan, masih ada yang lain."
"Mereka mengerjakan pekerjaan yang penting, mana mungkin Mommy meminta mereka untuk melakukan ini semua. Lalu kenapa kau berdiri saja disana? Kenapa tidak membantu Mommy mengeringkan semua piring-piring ini," ucap Nyonya Bianca.
Drew menunjuk hidungnya. "Aku? Mengerjakan pekerjaan ini? No Mom, enggak level!" tolaknya tidak sudi.
Nyonya Bianca mendengus. "Ya sudah kalau begitu pergilah dari sini dan jangan menganggu Mommy. Karena Mommy sedang sibuk!" cebiknya.
"Aku mau membantu Mommy, tapi jangan mencuci piring."
"Ya sudah kalau begitu belikan barang-barang yang ada didaftar belanjaan ini saja," balas Nyonya Bianca lalu mengeluarkan daftar belanja keperluan dapur.
Drew mengambil daftar belanjaan tersebut dan membacanya dengan seksama. "Sabun cuci piring, spons, minyak, beras. Mom, ini sembako?" tanyanya memastikan.
"Ya! Kau pikir apa? Baut dan oli?" balas Nyonya Bianca. "Sudah pergi saja ke agen dekat terminal disana itu, berikan daftar belanjaannya dan pegawai mereka yang akan mengirim semua belanjaannya kesini."
Drew mengangguk patuh. "Baiklah," balasnya lalu pergi dengan menaiki motor sportnya.
...***...
Jalanan.
"Hei buta lu ya!" pekik Marisa kepada si penggendara motor.
Drew menepikan motornya dan menoleh kepada tiga wanita yang baru saja ia serempet.
"Makanya kalau mau nyebrang hati-hati, hampir saja motor ku ini lecet!" ketus Drew menatapi badan motornya.
"Eh sendirinya yang salah, malah nyalahin orang lain!" sahut Tiara tidak terima.
Drew menghembus nafasnya kasar. "Heh kalian semua yang salah, menyebrang jalan tidak lihat kiri dan kanan!" tunjuknya.
Lalu pandangannya mengunci salah satu dari ketiga wanita itu dan menunjuk dengan wajah tidak percaya.
"Eh bukannya kau si bebek cempreng!"
Tesla melebarkan kedua matanya. "Oh rupanya kamu si tukang intip! Pantas saja, orang menyebalkan sepertimu itu cuma ada satu. Dan kau tidak akan pernah bisa menyadari kesalahanmu!" sahutnya.
"Untuk apa aku minta maaf pada kalian, jalanan memang untuk melajukan kendaraan. Bukan tempat untuk menyebrang para bebek seperti kalian!" balas Drew.
Perdebatan keduanya membuat Marisa dan Tiara kebingungan. "Tunggu, jadi kalian saling kenal?" tanya Marisa.
"Kenal, aku mengenalnya. Dia pria pengintip yang aku ceritakan pada kalian berdua saat di desa dulu," balas Tesla.
Marisa dan Tiara sama-sama membulatkan mulutnya. "Oh begitu, eh tapi dia ganteng juga ya," bisik Marisa kepada Tiara.
"Iya, dia ganteng." Tiara membalas dengan anggukan.
"Gara-gara kalian aku jadi lupa tujuan awalku," geritu Drew lalu kembali melajukan kendaraannya.
"Eh dia malah pergi," ucap Marisa.
"Dia benar-benar menyebalkan," timpal Tiara.
"Ya, aku pernah cerita kepada kalian tentang pria menyebalkan itu sebelumnya. Dan itulah buktinya," ucap Tesla menjelaskan.
"Ya sudahlah biarkan saja, lebih baik kita makan yuk!" ucap Marisa.
"Ya, aku jug sudah lapar." Tiar menggandeng kedua sahabatnya lalu memasuki resto kaki lima disekitar mereka itu.
...***...
Beberapa saat kemudian.
Drew keluar dari agen sembako, setelah menyelesaikan perintah dari sang Mommy, lalu menaiki motor besarnya.
Dan dalam perjalanan kembali ke restoran, Drew tidak sengaja melihat ketiga wanita yang telah ia serempet tadi, sedang duduk dipinggiran toko sambil menikmati makan malam.
"Eh mereka disana," gumamnya sambil melajukan motor perlahan dan seketika itu pula kesombongan Drew mulai kumat kembali.
Dengan segera pria itu merubah haluan, dan memarkirkan motor besarnya didepan kedai kaki lima pinggir jalan tempat dimana ketiga wanita itu tengah berada.
Lalu ia mendekat dan seperti biasa menyindir. "Kasian sekali hanya makan mie instan dan es teh tawar," sindirnya.
Seketika ketiga wanita itu pun tersedak makanannya sendiri, lalu menatap tajam pria yang berdiri didekat meja mereka.
"Kalau kami bertiga hanya makan makanan seperti ini memangnya kenapa? Apa merugikanmu hah?" tanya Tesla.
"Iya, lagian ngapain sih jadi cowo mulutnya usil. Emangnya tidak punya pekerjaan apa!" ketus Tiara menatap sinis.
Drew menyugar rambutnya lalu duduk didekat mereka tanpa permisi. "Maaf ya, bukannya aku mau usil atau pamer. Tapi aku ini adalah orang kaya, pekerjaanku menghasilkan banyak uang. Bahkan aku bisa membeli tempat seperti ini berapa banyakpun yang aku mau," ucapnya angkuh.
Tesla memutar bola matanya malas, sedangkan Tiara dan Marisa langsung menyunggingkan sudut bibirnya.
"Anggap saja dia orang gila, lebih baik jangan diladeni." Bisik Tesla. Lalu mereka kembali melanjutkan makan malam, tanpa menghiraukan Drew yang sedang asik pamer.
"Besok giliran dosen killer yang ngajar, pengennya sih cuti aja kita. Males ngeladenin dosen kayak begitu," ucap Marisa.
"Sama aku juga malas, apa mendingan kita bolos aja. Terus kita jalan ke mall," usul Tiara.
"Boleh juga, tapi apa tidak masalah bokos seperti itu. Kita ini kan mahasiswi baru," balas Tesla agak ragu.
"Oh jadi kalian mahasiswi ya, kuliah dimana?" tanya Drew tiba-tiba.
Tesla dan teman-temannya menoleh. "Lah, kirain ini cowo sudah pergi. Ternyata masih disini," celetuk Marisa.
"Ya menyebalkan banget kan," timpal Tesla.
"Ya, sudah begitu cuma bisa pamer. Kalau kau memang orang kaya, traktir semua makanan yang sudah kami makan bertiga tadi," ucap Tiara.
"Oh jadi kalian minta traktiran, oke makanan yang kalian makan tadi biar aku yang bayar!" balasnya menyombongkan diri.
"Nah begitu donk, biar berguna." cibir Marisa.
Drew berjalan ke meja kasir dan membayar semua tagihan dengan kartu debitnya.
"Lihat, semua sudah ku bayar. Lain kali makanlah makanan yang berkelas dan jangan makan makanan murahan seperti ini," ucap Drew.
"Kau orang kaya, pantaslah berkata seperti itu. Jangan samakan dengan kami disini, terkadang hidup dari oemberian orang tua harus dicukupi sampai satu bulan," balas Tiara.
"Betul sekali, bahkan aku berniat ingin mencari pekerjaan part time untuk biaya tambahan," timpal Marisa.
"Ehem! Oh jadi kalian butuh pekerjaan ya? Karena aku sedang berbaik hati maka baiklah. Bagaimana kalau kalian bekerja saja di restoran mommyku? Kebetulan dia sedang butuh pekerja untuk bersih-bersih bagian dapurnya," ucap Drew menawarkan pekerjaan.
Marisa dan Tiara senang mendengar tawaran tersebut, tapi tidak dengan Tesla. Dia nampak curiga dengan Drew yang terlihat meragukan.
"Tumben sekali menawari bantuan dan juga pekerjaan, sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Tesla.
"Sederhana saja, aku hanya tidak ingin Mommy ku bekerja lembur. Jadi aku rasa kalian bertiga cocok untuk menggantikan pekerjaan rendahan itu," balas Drew.
"Menyebalkan, kalau begitu aku tidak setuju bekerja disana." balas Tesla.
"Kau tidak setuju, tapi teman-temanmu sepertinya setuju. Iya kan?" tanya Drew kepada Marisa dan Tiara.
"Ya mau bagaimana lagi, bekerja di kota sungguhlah sulit. Ditambah kita belum punya pengalaman, jika ada kesempatan kenapa tidak digunakan?" ucap Marisa.
"Iya kau benar Marisa," balas Tiara setuju.
Drew tersenyum. "Baguslah, berarti kalian berdua punya pikiran. Tidak seperti teman kalian yang seperti bebek itu," sindirnya. "Ya sudah ini alamat restoran mommy ku, kalian bisa datang kapan saja jika kalian mau. Nanti aku bantu rekomendasikan kalian disana," tawarnya sebelum pergi.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Mommy Ghina
otw ketemu sama calon mommy mertua
2023-05-18
1