Bengkel.
Setibanya di bengkel, Drew segera turun dari mobilnya dan tersenyum senang ketika melihat motor balapnya hampir selesai diperbaiki. Pria tampan itu sedikit terkejut, kepada sesosok wanita yang sedang berjongkok dan begitu telaten memperbaiki motornya.
"Apa dia istrinya pak Sanyoto?" batin Drew penasaran.
"Permisi Bu," sapa Sam.
Ibu itu menoleh dan tersenyum menyambut kedatangan tamunya. "Masuklah," sahut tanpa berdiri.
"Ayo Drew kita masuk," ajak Sam.
"Baiklah."
Sam menuntun Drew agar duduk dibangku tamu dan mereka melihat wanita montir itu bekerja.
"Bagaimana Bu, apa motornya sudah selesai diperbaiki?" tanya Sam.
"Ada beberapa sparepart yang tidak ada di bengkel Ibu ini, jadi Ibu harus membelinya dulu ke kota besar. Tapi tenang saja, anak Ibu telah pergi kesana untuk membelinya," balas Bu Tyas.
"Oh begitu, jadi kapan kira-kira selesainya?" tanya Sam kembali.
"Mungkin malam ini atau besok pagi," balas Bu Tyas.
"Apa! Besok pagi? Tidak, aku mau selesai hari ini juga!" ucap Drew tidak sabaran.
"Drew mengertilah, motormu adalah kelas atas. Jadi wajar saja jika pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama karena keterbatasan sparepart atau peralatan lainnya," ucap Sam menenangkan Drew.
"Tapi Sam, aku sudah tidak betah berada di desa ini. Aku ingin segera pulang dan membawa motorku ini untuk dikerjakan saja di bengkel PT kita," rengek Drew.
"Sabar Drew, kau tahu kan tuan Hans tidak menyukai balapan. Jadi bagaimana kalau dia sampai tahu kalau kau pulang dalam keadaan motormu ini rusak dan kau ketahuan mengikuti ajang balapan motor hingga terluka kemarin, hem?" balas Sam.
"Kau benar Sam, daddy pasti akan membunuhku dan melarangku untuk balapan lagi," jawab Drew baru menyadarinya. "Kenapa tidak kepikiran olehku," ucapnya kemudian.
"Iya Drew, apa kau tahu tadi pagi saat aku mengambil mobil, tuan Hans meneleponku dan memarahiku habis-habisan karena sulit dihubungi dan tidak memberinya kabar," jelas Sam.
"Jadi kita harus bagaimana Sam?" tanya Drew meminta pendapat.
"Tenang saja, aku sudah bilang pada daddy mu kalau kau sedang melakukan bisnis di luar kota selama beberapa hari dan syukurlah daddymu percaya pada perkataanku," balas Sam.
Drew menghela nafas lega, "Terima kasih Sam, karena kau telah menyembunyikan semua ini dari Daddy."
"Sama-sama, jadi Drew. Saranku lebih baik kita jangan pulang dulu ke kota, karena tuan Hans tahunya kau tidak pulang ke rumah selama beberapa hari," saran Sam.
Baiklah Sam, tapi aku tidak ingin tinggal disini. Carikan aku Villa merah disekitaran sini," balas Drew meminta.
"Baiklah," Sam menurut, kemudian mencari Villa disekitar desa tersebut.
"Kenapa tidak tinggal di Villa ku saja," ucap seorang pria dewasa seusiaan Sam, yang baru saja tiba di bengkel.
"Villa mu?" tanya Sam.
"Ya, kebetulan aku punya beberapa Villa mewah disini," balas pria itu menghampiri ibu Tyas terlebih dahulu.
"Ma, ini pesananmu."
"Terima kasih sayang," balas Ibu Tyas.
Drew dan Sam saling memandang. "Apa dia putramu?" tanya Sam.
"Iya kenalkan ini Bagas, putra Ibu. Kakaknya Tesla," balas Ibu Tyas memperkenalkan putranya. Lalu Bagas mengulurkan lengannya.
Sam dan Drew menyambut uluran tangan tersebut secara bergantian dengan tatapan takjubnya.
"Sam!"
"Drew!"
"Aku Bagas!"
Drew berbinar menatap Bagas, sosok berwibawa itu mengingatkan dirinya kepada Twister sang kakak yang sudah almarhum.
Tidak ingin banyak berbincang, Bagas segera mengajak Sam dan Drew untuk mengunjungi Villanya. Dan mereka dengan senang hati mengikuti kemana Bagas akan membawa mereka.
"Ma, setelah mengantar mereka aku akan kembali kesini lagi untuk membantumu," ucap Bagas mengambil helm dan juga motor sportnya.
"Silahkan," balas Ibu Tyas tidak masalah.
Dan setelah ketiganya pamit, mereka pun berangkat menuju Villa milik Bagas.
Sepanjang perjalanan, Drew berbincang dengan Sam. Ia tidak menyangka jika pak Sanyoto ternyata memiliki putra tampan dan juga gagah, namun berbanding terbalik dengan ayahnya yang begitu gendut dan bulat.
"Penampilan mereka seperti bukan ayah dan anak saja," ucap Drew.
"Benar, sudah begitu aku juga terkejut saat tahu istri pak Sanyoto ternyata seorang montir hebat," ucap Sam menimpali.
Drew mengangguk setuju, seketika pikirannya terbuka akan sesuatu. "Pak Sanyoto seorang tuan tanah, dia juragan bebek dan ayam juga di desa ini. Sementara itu istrinya memiliki bengkel besar dan putranya memiliki Villa. Apa kau berpikir sama dengan apa yang aku pikirkan Sam?"
Sam mengangguk. "Itu bisa dikatakan keluarga pak Sanyoto adalah orang berkecukupan, atau bisa dibilang keluarga itu adalah keluarga yang paling kaya di desa ini.
"Mungkin bisa dibilang seperti itu, tapi kenapa mereka memilih hidup sederhana jika memiliki harta dan juga banyak uang?" ucap Drew tidak mengerti.
"Itu karena mereka sudah nyaman dengan keadaan mereka saat ini dan ada satu lagi yang membuatku penasaran tentang keluarga pak Sanyoto," ucap Sam memikirkan satu nama.
"Apa itu?" tanya Drew.
"Tesla, maksudku kelebihan dia selain seorang kembang desa?" balas Sam berpikir.
Mendengar nama Tesla, Drew berubah masam. "Untuk apa kau memikirkan si bebek cempreng itu, dia tidak penting sama sekali. Ya aku akui dia cantik, tapi dia juga begitu menyebalkan dan hanya itu saja yang ku tahu."
Sam menarik senyum. "Hati-hati loh Drew, siapa tahu ucapanmu itu bisa berubah suatu hari nanti."
"Ck! Apa yang berubah? Aku tidak menyukai gadis kampung terutama si Tesla itu," jawab Drew menegaskan.
Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di sebuah Villa mewah nan asri. Keduanya segera turun dari mobil dan menghampiri Bagas yang telah menunggunya di depan pintu gerbang Villa.
"Jadi ini Villa mu?" tanya Sam.
"Ya masuklah, biar aku tunjukkan." Bagas membuka kunci dan gembok yang terpasang.
Setibanya didalam, Sam berdecak kagum. Ia tidak menyangka ada Villa berfasilitas mewah di desa terpencil seperti ini dan itu cukup membuat Drew puas.
"Bagus, aku suka. Ya sudah Sam kita menginap beberapa hari disini," ucap Drew memuji.
"Terima kasih, ini kuncinya." Bagas menyerahkan kunci Villa kepada Sam setelah melihat-lihat ke dalam.
"Terima kasih," balas Sam.
"Aku harus kembali ke bengkel dan jika kalian butuh sesuatu, maka jangan sungkan meminta bantuanku," ucap Bagas menawarkan bantuan dirinya sebelum pergi.
"Tentu," jawab Sam tersenyum.
"Ahh akhirnya aku bisa merasakan yang namanya kasur," ucap Drew merasa nyaman sekali dan langsung tertidur karena sebelumnya ia tidak dapat tidur saat bermalam di rumah pak Sanyoto.
...----------------...
Bagas kembali ke bengkel dan segera membantu ibunya, lalu tak lama setelah itu Tesla datang dengan membawakan mereka makan siang.
"Jangan kerja terus nanti sakit," tegur Tesla dimuka pintu sambil membawa rantang makanan ditangannya.
Bagas dan Ibu Tyas tersenyum, kemudian menyambut kedatangan Tesla.
"Tumben kesini," ucap Bagas mengambil rantang dari tangan adiknya.
"Ya, kapan lagi aku bisa mengantarkan makanan untuk kalian," balas Tesla.
Ibu Tyas tersenyum. "Ya Mama lupa, minggu depan kau sudah harus pergi ke kota untuk kuliah. Cepat sekali waktu berlalu, tapi apapun itu mama hanya bisa mendoakanmu agar selalu sehat dan selamat disana."
"Terima kasih Mam," balas Tesla.
Bagas mengusap puncak kepala Tesla dan menyemangatinya. "Adik ku sudah besar dan ingin menjadi dokter, aku hanya bisa doakan impianmu itu terwujud setelah kuliah nanti."
"Amin! Terima kasih Kak Bagas, aku juga berdoa agar kalian selalu sehat disini. Dan ku doakan bisnis Villa mu juga sukses," balas Tesla memberi dukungan.
"Terima kasih, kebetulan hari ini Villa ku ada yang menyewanya. Dan mereka nampak nyaman," ucap Bagas.
"Syukurlah," balas Tesla.
"Oh iya, bagaimana kalau malam nanti kau bantu aku mengantarkan makan malam untuk tamu itu ke Villa?" pinta Bagas.
"Tentu saja, aku akan membantumu." Tesla mengangguk setuju, karena belum tahu penyewa Villa sang kakak ada si pria menyebalkan Drew.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
mom mimu
dua like dan setangkai 🌹 hadir kembali kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-05-13
1