NovelToon NovelToon

Bad Boy Dan Gadis Desa

Bab 1. Balapan.

Seorang pria tampan bertubuh tegap baru saja keluar dari dalam mobil mewahnya, dan berjalan angkuh memasuki sebuah mansion.

"Tuan besar memanggil anda Tuan muda," ucap seorang pelayan rumah ramah.

"Hem," sahutnya malas.

Lalu melangkahkan kakinya terus, hingga bertemu dengan seorang pria paruh baya, yang sedang duduk menunggu kedatangannya.

"Duduk!" titah pria paruh baya itu angkuh.

Sebagai seorang Direktur Utama salah satu perusahaan terbesar di Asia tenggara, nama keluarga Royce memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.

Namun suksesnya pria paruh baya itu, terkendala dengan sang pewaris yang menolak untuk dijodohkan dengan rekan sesama bisnisnya.

"Ada apa memanggilku, Daddy?" tanya Drew tidak kalah angkuh.

"Kawin! Hanya itu yang Daddy inginkan darimu!" balas Tuan Hans tegas.

"Tidak mau!" balas Drew tidak kalah tegas.

Tuan Hans menatap sinis putranya yang telah menginjak usia lebih dari seperempat abad. "Capek-capek Daddy membesarkanmu hingga sebesar ini, tapi apa yang kamu balas untuk Daddy? Nothing!" geramnya.

Drew menghela nafas panjang, lalu membuka kacamata seharga puluhan jutanya dan menaruh diatas meja.

"Aku bisa memberikan Daddy uang setiap bulan agar Daddy berhenti mengurusi masalah pribadiku," balas Drew kembali angkuh.

"Daddy ini orang kaya, tidak perlu uangmu! Jangan sombong bicarakan kekayaan dengan Daddy, karena kau tidak sebanding!" balas Tuan Hans sama-sama angkuh.

Pria beda usia itu sama-sama menunjukkan sikap angkuhnya, karena ibarat pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya dan begitulah mereka sekarang ini.

Ayah dan anak sama saja!

Namun, walau Drew terlahir dari anak seorang konglomerat, pria itu punya bisnis sendiri yang memiliki penghasilan tidak main-main dalam tiap bulannya.

Hal tersebut membuat Drew tidak tertarik meneruskan perusahaan sang ayah, karena ia lebih mencintai pekerjaan yang sudah ia geluti selama 5 tahun lamanya.

Yaitu bisnis merakit motor ternama, hingga membangun perusahaannya sendiri.

Akan tetapi keberhasilan serta dirinya yang bergelimang harta, membuat Drew begitu sombong dan angkuh. Ia juga berpikir segala sesuatu yang ada di dunia ini, bisa ia beli dengan uang.

"Sudah ku katakan padamu Daddy, aku tidak ingin dijodohkan. Semua wanita rata-rata sama, hanya bisa menghabiskan uang hasil kerja keras para lelaki," balas Drew terkadang pria itu pelit juga.

"Dasar keras kepala, tidak semua wanita seperti itu. Menikahlah dulu baru kau akan merasakan bagaimana rasanya memiliki istri, kebetulan Daddy menemukan satu wanita cantik untukmu. Dia dari keluarga rekan Daddy," ucap Tuan Hans menunjukkan foto seorang gadis muda yang cantik.

Drew menimang-nimang foto tersebut, lalu merobeknya. "Tidak mau, dia bukan tipeku!" tolaknya.

"Bagaimana bisa wanita ini bukan tipemu, lihatlah bentuk dada-nya yang bulat padat dan besar. Wajahnya juga kinclong melebihi porcelain, kurang apa dia? Kalau Daddy seusiaan denganmu, sudah pasti Daddy akan kawinin gadis ini sekarang juga!" ucap Tuan Hans memberi pengertian.

"Kalau begitu, Daddy saja yang kawin dengan gadis ini!" balas Drew.

Tuan Hans mendengus kesal. "Dasar anak tidak tahu diuntung, sudah dicarikan gadis dari keluarga baik-baik dan juga sekksi bohayy seperti ini. Kau masih menolak juga, apa kau mau dapat gadis orang kampung hah!"

Drew tidak menggubris perkataan sang ayah, karena sudah capek meladeni permintaan ayahnya itu. Ia menarik sedikit lengan bajunya yang tertutup jas mewah, kemudian melirik jam berwarna emas seharga ratusan juta pada pergelangan tangannya, lalu memakai kacamata hitamnya kembali.

"Aku harus pergi," ucapnya datar.

"Drew! Bagaimana pun juga kau harus menerima tawaran Daddy!" sergah Tuan Has sebelum putranya melangkah keluar lebih jauh.

Drew menghela nafas panjang. "Terserah Daddy saja lah!" sahutnya menyerah juga.

Tuan Hans tersenyum miring. "Bagus kalau begitu, Daddy akan atur semuanya!"

Drew mengangguk samar, kemudian masuk ke dalam mobil mewah limited edition, hadiah ulang tahun dari ayahnya.

"Benar-benar orang tua yang menyebalkan, aku masih ingin meniti karier tapi dia terus saja mendesakku agar mempunya istri yang sudah pasti akan menjadi bebanku," keluh Drew.

Pria tampan itu sebenarnya ingin sekali menjadi pembalap motor sejak duduk dibangku SD, walau tidak sekelas pembalas motor bergengsi. Setidaknya Drew ingin merasakan bagaimana rasanya bebas dijalanan sana.

Namun sang ayah lagi-lagi melarang mimpinya itu, selaim takut anaknya kenapa-kenapa saat balapan, tuan Hans juga ingin Drew fokus melanjutkan bisnis propertinya.

"Jalan ni Tuan?" tanya sang asisten dan itu menambah kedongkolan Drew.

"Terbang saja kalau bisa," ketus Drew.

"Mana bisa terbang Tuan, ini mobil."

"Ya sudah jalan!" balas Drew gregetan.

Entah mengapa sang ayah memberikannya supir super cupu nyentrik model 1970, karena itu dapat merusak citra ketampanan dan juga kekayaannya.

...***...

Hampir satu jam perjalanan dari rumah tuan Hans ke daerah Sentul - Bogor dan Drew telah sampai ditempat impiannya. Namun Drew hanya menatapi sirkuit balapan motor yang namanya telah mendunia itu.

Ingin sekali rasanya nama Drew berada ditengah-tengah nama pembalap terkenal dunia lainnya. Namun sayang, impiannya itu tidak akan pernah terwujud karena larangan sang ayah dan juga ibunya.

Balapan motor sungguh berbahaya, apa kau tidak lihat kasus kecelakaan kakakmu sewaktu jadi pembalap dulu hah. Dia mati sia-sia!

Drew menghela nafas panjang, walau tidak menjadi pembalap sungguhan, tapi menjadi pembalap gadungan boleh kan?

Drew merogoh ponsel pintarnya seharga puluhan juta berlogo apel somplaknya, lalu menghubungi sang asisten andalan. "Bawakan motor itu segera," titahnya.

"Baik Drew!" patuh Sam.

Tak butuh waktu lama motor balap ber- CC 1000 4 silinder hadiah dari almarhum sang kakaknya itu pun datang, dan mulai memasuki arena sirkuit balapan.

Drew menatap binar motor pemberian sang kakak yang telah selesai diperbaiki dan dimodifikasi ulang. Lalu menaiki motor tersebut dan mencobanya mengelilingi sirkuit selama beberapa putaran.

Dan aksi Drew mengundang beberapa pasang mata, yang kebetulan berada diarena sirkuit tersebut.

"Siapa dia?" tanya Matt tidak senang.

"Dia Drew dari keluarga Royce, adiknya Twister Royce."

"Oh pantas saja mukanya tidak asing, kemampuannya boleh juga. Kita dekati dia dan ajak balapan," ucap Matt menyeringai.

...***...

Sementara itu Drew baru saja membuka helm, dan ia merasa senang sekali karena bisa mencicipi arena sirkuit menggunakan motor almarhum sang kakak.

"Luar biasa! Aku merasa darahku mendidih!" serunya kegirangan.

"Itu tadi keren Drew!" ucap Sam turut senang sambil menepuk pundak Drew.

Bersamaan dengan hal tersebut, suara tepuk tangan menghampiri Drew.

"Hebat sekali, kau berpeluang besar menjadi seorang pembalap hebat jika terus menekuninya!" ucap Matt memuji.

Drew menatap Matt dari kejauhan dan bertanya kepada Sam. "Siapa dia?"

"Matt, saingan Twister sewaktu balapan dulu. Berhati-hatilah dengan orang itu," bisik Sam memberi tahu.

Drew memindai seluruh penampilan Matt dan menyambut jabat tangan pria seusiaan dengan kakaknya itu. "Aku Drew, Drew Royce."

"Aku Matt, Mattew. Kau pasti adiknya Twister, bagaimana kalau kita balapan bersama."

Drew tersenyum miring. "Boleh, siapa takut!"

"Kalau begitu bersiaplah, aku akan menunggumu digaris start," ucap Matt pergi.

Sam mendekati Drew. "Apa kau yakin ingin balapan dengannya?"

"Kenapa, hanya berkeliking sirkuit. Tidak perlu ditakutkan," balas Drew.

"Bagaimana kalau Daddymu tahu?" cegah Sam.

"Biarkan saja," balas Drew lalu bersiap dan mengambil posisi.

Sam meraup wajahnya kasar, apa yang harus ia katakan kepada tuan besar kalau ketahuan putranya itu mengikuti balapan.

Tidak ada pilihan, Sam berlari mendekati Drew dan memberi arahan serta intruksi agar Drew dapat melewati balapan kali ini.

.

.

Bersambung.

Bab 2. Ketabrak sepeda.

Drew telah siap digaris start dengan memakai baju khusus pembalap sama seperti Matt kenakan, pria itu terlihat serius dan memainkan gas pada motornya hingga mengeluarkan kepulan asap pada knalpot.

Sama seperti Drew, Matt tidak ingin kalah saing. Dia mengeluarkan bunyi mesin yang tidak kalah hebatnya.

"Kita akan balapan 5 lap saja," ucap Matt memberitahu.

"Baiklah," sahut Drew siap.

"Apa kau sudah siap?" tantang Matt.

"Aku selalu siap," sahut Drew tidak gentar.

Tak lama setelah itu, seorang wanita cantik datang diantara mereka berdua sambil membawa sebuah bendera motif kotak-kotak berwarna hitam putih.

Wanita cantik nan sekssi itu mengangkat tinggi-tinggi bendera tersebut, lalu mengibas kebawah, sebagai tertanda dimulainya aksi balapan.

Matt maupun Drew melajukan motornya dengan kencang, mereka sama-sama fokus menatap jalanan beraspal nan berliku. Sesekali mendengar arahan dari seseorang yang memantau keadaan mereka dari balik layar.

Sam memonitoring aksi Drew dan memberi arahan-arahan sebagaimana mestinya, pria itu berusaha keras agar Drew mengikuti arahan darinya, karena ia tidak ingin kejadian Twister 3 tahun silam terulang kembali.

Kurangi kecepatan dibelokan ke tiga!

Begitulah kira-kira arahan Sam dan Drew mengerti, ia segera menurunkan kecepatan serta kembali fokus ke kecepatan semula setelah melewati belokan tersebut.

Bagus Drew pertahankan, kau masih dibelakang Matt. Tapi itu tidak masalah, yang terpenting kau harus tetap fokus.

"Baik Sam, aku mengerti!" jawab Drew.

Tidak ada bedanya dengan Drew, Matt juga memiliki asisten yang membantu dirinya memberi arahan.

"Bagaimana dengan anak itu?" tanya Matt.

Dia masih dibelakangmu, kira-kira 50 meter jaraknya!

Matt tersenyum miring dan berdecih. "Hanya orang biasa mau menantang pembalab handal sepertiku dan berharap menang? Cih! jangan mimpi!"

Lalu pria itu menunjukkan kebolehannya, mengebut saat melewati jalanan dengan belokan yang terkenal menukik tajam.

Drew sebentar lagi ada belokan ke 5, kau harus mengurangi kecepatan dibawah 60Km/jam dan lakukan mulai dari sekarang.

"Kenapa?" tanya Drew enggan.

Belokan tajam.

Drew mendesaah kesal, karena sudah terlampau jarak yang cukup jauh dengan pesaingannya, dia malah harus mengurangi kecepatan.

"Aku ingin menang Sam!" bersikeras Drew.

Sadarlah Drew, kau bukan pembalap. Lagipula hanya seorang pembalap profesional saja lah yang mampu melewati belokan itu dengan kecepatan tinggi. Jika kau tidak mengikuti arahanku, maka motormu akan mengalami oleng dan kau akan terjatuh!

Drew memukul kepala motornya karena kesal, mau tidak mau ia pun menuruti arahan Sam. Dan begitulah terus sampai dirinya memasuki putaran terakhir.

Matt memenangkan balapan tersebut, ia menunggu dengan gayanya digaris finish. Dan segera bertepuk tangan saat Drew menyelesaikan balapannya.

"Wah Drew, sebagai pebisnis kau berpeluang besar menjadi pembalap handal. Tapi kau masih harus belajar sepuluh tahun agar bisa mengalahkanku," ucap Matt memuji sekaligus menyindir Drew.

"Drew! Sebelum balapan di sirkuit, cobalah mencicipi jalanan desa. Sepertinya disana cocok untukmu," ucap Matt kemudian.

Pria itu tergelak bersama dengan rekan-rekan satu timnya, kemudian menunjukkan jari telunjuk kearah Drew dan menantangnya kembali.

"Bagaimana kalau kita balapan di jalanan kampung sekitaran sini! Dan kau tenang saja, aku tidak akan menunjukkan keahlianku sebagai pembalap profesional agar kau bisa menang. Ya setidaknya kau bisa merasakan menang sebagai juara kampung!" tantang dan sindir Matt lagi. Sesekali terkekeh menatap Drew yang semakin memanas.

Sedangkan Drew meremat kuat helm seharga puluhan jutanya, kemudian turun dari motor dan menyanggupi tantangan Matt.

"Baiklah aku tidak takut dengan tantanganmu!" sahut Drew gemas sekali.

"Bagus adik kecil, kita balapan di jalanan kampung sekitar sini! Aku tunggu kedatangan jam 3 sore di depan tugu sebelah sana!" tunjuk Matt mengarah kesebuah tugu perbatasan desa.

"Baiklah, aku akan meladenimu!" sahut Drew terpancing emosi.

Sam berlari menghampiri Drew dan menceramahinya. "Apa kau sudah gila Drew? Kenapa kau terima tantangan Matt tadi? Dia pria licik dan aku yakin dia punya maksud tersembunyi," ucapnya.

"Aku tidak peduli Sam, aku hanya ingin memberi pelajaran pada di pembalab sombong itu. Bagaimanapun juga aku akan mengalahkannya!" tekad Drew.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, setahuku tuan Hans akan datang ke tempat perakitan untuk melihatmu sore ini," ucap Sam mengingatkan.

"Alah! Paling Daddy datang cuma mau menceramahiku dan menjelek-jelekkan tempat pekerjaanku saja. Sudah jangan ditanggapi," balas Drew masa bodo.

Lalu pria itu pergi dari sirkuit menuju arah desa dengan berjalan kaki, untuk memantau kondisi medan jalan dan mempelajari seberapa besar tantangan yang ada dijalan desa itu.

...***...

"Desa Rawa Bebek? Aneh sekali nama desa ini," ucap Drew sambil menatapi depan tugu perbatasan desa tersebut sambil mengerutkan dahinya dan berpikir apakah desa itu dihuni oleh sekumpulan para bebek.

Sam mengangguk setuju. "Benar namanya memang Desa Rawa Bebek, karena di desa ini banyak warga yang menernak bebek. Bahkan bebek disini termasuk bebek unggulan dan berkualitas baik," jelasnya.

Drew mengangguk paham. "Oh jadi seperti itu, tapi aku tidak peduli. Mereka tetaplah orang desa yang tidak tahu apa-apa selain menernak bebek bau," balasnya angkuh.

"Jangan salah Drew, malah restoran Mommy mu mengambil bebek dari desa ini untuk menu bebek pekingnya yang terkenal enak itu," ucap Sam memberitahu.

Drew memutar lehernya dan menatap Sam aneh. "Really? Restoran mommy?" jawabnya tidak percaya.

"Ya, kalau tidak percaya ya sudah. Kau mau lihat-lihat tidak?" ajak Sam.

"Tentu aku mau, masih ada waktu 4 jam lagi sebelum jam 3 sore. Aku ingin melihat kondisi medan jalanan disini," balas Drew sambil melangkah masuk ke desa.

Sam merangkul Drew seperti merangkul Twister sahabatnya dan memberi sedikit arahan agar menjaga sikap di desa orang lain. Karena sikap sombong dan angkuh Drew yang suka kumat sewaktu-waktu.

"Kau sudah ku anggap seperti adik sendiri, berjanjilah kau tidak banyak tingkah saat berinteraksi dengan warga sekitar nanti. Ku dengar warga disini sangat ramah, jadi jangan menjatuhkan dirimu sendiri dihadapan mereka semua dengan sikap sombongmu itu," ucap Sam telah mewanti-wanti sebelumnya.

"Apanya yang sombong, aku tidak merasa sepeti itu. Aku memang terlahir menjadi orang kaya, aku punya penghasilan tetap dan tinggi. Jika perlu aku bisa membeli desa ini dengan bebeknya sekalian," ucap Drew mulai kumat lagi sifat sok kaya-nya.

Sam menghela nafas panjang dan menepuk jidatnya. "Drew itulah yang aku tidak suka darimu, kau terlalu sombong. Sampai-sampai berkata sanggup membeli desa ini, bagaimana kalau ucapanmu itu sampai terdengar oleh sesepuh desa dan omonganmu itu sampai berbalik ke dirimu sendiri," tekan Sam.

"Apa maksudmu Sam, setahuku segala sesuatu yang ada didesa itu murah-murah. Bisa jadi wanita-wanita yang ada disini sama murahnya, apalagi jika ada orang kota seperti kita. Gadis kampung pasti akan mendekati dan menunjukkan sikap norak mereka," cibir Drew sembari terkekeh.

Sam menelan ludahnya susah payah, perkataan Drew begitu sangat menyebalkan. "Hati-hati dengan nada bicaranu itu Drew. Bagaimana kalau kau yang malah tertarik dengan gadis desa disini dan tergila-gila padanya," ucap Sam memutar balikkan keadaan.

"Jangan gila Sam, dengan gadis secantik dan se sekksi Bella saja aku tidak mau. Mana mungkin dengan gadis desa yang kumel dan hitam?" balas Drew tertawa geli sambil menggeleng-geleng kepalanya.

Sam hanya bisa menghembus nafas kasar. "Awas saja kalau itu terjadi padamu, aku akan jadi orang pertama yang menertawaimu paling kencang!" balasnya.

Drew meninju bahu Sam, selama perjalanan menuju lokasi balapan mereka tertawa dan berdebat bersama.

Hingga tidak mendengar ada seorang gadis tengah menggendarai sepeda dengan kecepatan tinggi, karena mengalami rem blong.

"Woi minggir!" pekik Tesla sambil membunyikan bel sepedanya.

Drew dan Sam sama-sama menoleh kebelakang dan mereka terbelalak bersamaan.

"S-sepeda ngebut!" tergagap Drew.

"Minggir!" pekik Tesla memberi kode minggir.

Jalanan yang menurun membuat gadis itu kesulitan mengatur kecepatannya, hingga mau tidak mau ia menambrak Drew dan Sam yang sedang terbengong-bengong melihat dirinya yang mengebut.

Gubrak!

Sepeda Tesla terjungkal dan ia jatuh menimpah Drew. "M-maaf," ucapnya malu. Lalu menarik diri agar menjauh dari tubuh pria yang baru saja ditabrak sepeda olehnya.

Dan mereka bertiga terduduk bersama sejenak untuk menetralisir rasa kaget akan kejadian yang baru saja terjadi.

"Manget-manget ... Tuli ya! Bukannya minggir malah planga plongo ditengah jalan!" ketus Tesla sambil menatap tajam Drew dan Sam.

Kemudian segera bangkit dan mendirikan sepedanya yang terbalik, lalu pergi menaiki sepedanya lagi dan meninggalkan Drew serta Sam yang terdiam menatapi kepergiannya.

"Gila tuh cewek," ucap Sam mengulurkan tangannya ke arah Drew agar berdiri.

"Buta lu ya!" pekik Drew setelah Tesla menjauh.

.

.

Bersambung.

Bab 3. Tukang intip dan bebek cempreng.

Drew menepuk-nepuk celana dan bajunya dari debu jalanan serta tanah lempung yang menempel, sesekali menggerutu jika mengingat kejadian saat dirinya ditabrak oleh gadis penggendara sepeda tadi.

"Dasar gila! Baju dan celana mahalku jadi kotor gara-gara gadis kampungan itu!" dengus Drew.

"Tapi dia cantik banget loh Drew," balas Sam mengingat-ingat wajah cantik gadis desa yang telah berani menabrak serta memaki mereka berdua.

Drew terdiam sejenak, sekelibat bayangan wajah gadis desa saat dirinya tertindih tadi samar-samar muncul dalam ingatannya. "Iya ku akui dia cantik," ucapnya membenarkan perkataan Sam.

"Kau mengakuinya, berarti penilaianmu telah salah Drew," balas Sam.

"Salah kenapa?" tanya Drew aneh.

"Ya tidak semua gadis desa itu hitam dan dekil, buktinya ada bidadari yang lewat tadi," balas Sam.

Drew menghela nafas panjang. "Bidadari apanya, dia tidak lebih dari seekor bebek cempreng!" tepisnya.

Sam terkekeh. "Tapi aku sempat melihat wajahmu memerah saat tertindih olehnya tadi," ejeknya mengoda.

Drew menggeleng. "Tidak juga, kau pasti salah lihat. Dan menurutku penilaianmu tentang warga desa disini juga salah," balasnya.

"Apanya yang salah?" tanya balik Sam.

"Ya, kau bilang warga desa disini ramah-ramah. Tapi bagaimana dengan wanita tadi? Menurutku dia tidak ramah sama sekali," balas Drew.

Sam mengangguk. "Sudahlah jangan dibahas lagi, bukankah kita datang kesini agar bisa melihat kondisi jalanan untuk balapan nanti," ucapnya.

"Benar, tapi dimana aku bisa mendapatkan air untuk mencuci semua kotoran ini?" tanya Drew merasa risih dengan tanah lempung yang masih menempel dipakaiannya.

Sam menunjukkan lokasi kepada Drew melalui google map pada ponsel pintarnya. "Sepertinya didekat sini ada sungai dan juga air terjun, mungkin kau bisa mandi atau membersihkan semua tanah pada pakaianmu ini disana."

"Baguslah. Ya sudah, ayo kita cari saja." Drew kembali melangkah masuk ke desa lebih dalam, demi mencari sumber air untuk dirinya membersihkan diri.

...***...

Setibanya di tempat tujuan, Drew tidak henti-hentinya berdecak kagum. Ia terus memandangi panorama alam sekitar sungai dari tempatnya berdiri, sesekali mengambil udara segar sebanyak-banyaknya.

"Ah segar sekali," gumam Drew terpejam, sambil merentangkan kedua tangannya menikmati sejuknya udara pegunungan.

"Ya namanya juga di desa, tempatnya masih asri dan sepertinya belum terjamah orang asing. Sudah begitu lngkungan sekitarnya juga bersih," balas Sam sama berdecak kagum.

Drew setuju dengan penilaian Sam, lalu pria itu berjalan mendekati sungai yang mengalir. Kemudian berjongkok agar bisa merasakan segarnya air pegunungan.

Sementara itu Sam pergi melihat-lihat pemandangan lain, lalu duduk di tepian berbatu untuk mengistirahatkan kedua kakinya yang terasa lelah.

"Drew, aku akan menunggumu disini saja. Kau bersihkan dirimu sendiri, aku mau istirahat!" ucap Sam sambil merebahkan diri diatas batu besar.

Drew mengangguk. "Ya!" sahutnya. Lalu berjalan mendekati air terjun dan mencari tempat tersembunyi untuk dirinya membersihkan diri.

Sesampainya disebuah tempat yang cocok, ditepian sungai dengan air yang tenang dan jernih seperti telaga. Tiba-tiba dirinya di kejutkan oleh sesosok wanita cantik, yang sedang bermain air seperti sedang membersihkan tubuhnya, dibawah guyuran air terjun kembar yang tidak terlalu tinggi.

Dengan segera Drew berjongkok dan bersembunyi dibalik bebatuan besar yang ada disekitarnya dan mengurungkan niat untuk mendekat, sampai wanita itu benar-benar menyelesaikan aktifitasnya.

"Gila mandi ditempat seperti ini, dia orang atau bukan?" gumam Drew sambil mengintip. Sesekali menantapi daerah sekitar, siapa tahu ada orang lain selain dirinya disini.

"Tidak ada," lanjutnya. Lalu kembali menatapi wanita itu dari kejauhan.

Dan entah mengapa, walau tidak membuka baju, Drew merasa sosok wanita yang sedang ia lihat ini begitu sekssi. Terlebih saat melihat sekujur tubuhnya yang basah kuyup, sehingga menampilkan bentuk lekuk tubuh sempurna.

Sampai-sampai Drew terus saja menelan ludahnya berkali-kali hingga kenyang, dan yang paling menyebalkan baginya sekarang ini adalah, ada sesuatu yang bangun dari balik celananya.

"Siall, kapan wanita itu selesai?" batin Drew tidak tahan lagi. Apalagi dia ingin sekali buang air kecil dan sudah pegal berjongkok dibalik bebatuan.

Dan tidak lama setelah itu, akhirnya Drew bisa bernafas lega. Karena wanita yang sedang bermain air tadi telah keluar dari telaga kecil. Namun ada sesuatu yang membuat Drew tercengang dibuatnya.

"Loh, sepertinya aku kenal. Bukan kah itu si bebek cempreng!" ucap Drew berbicara sendiri.

Karena terlalu berisik, suara Drew samar-samar terdengar di telinga Tesla, hingga gadis itu pun celingukkan kesana kemari untuk mencari sumber suara.

"Apa ada yang mengintip?" ucapnya sambil menutupi bagian dadanya yang terlihat berbentuk akibat bajunya basah.

"Siapa disana?" tanya Tesla sedikit berteriak. Lalu bergegas mengambil handuk kecil yang selalu ia bawa kemana-mana, untuk mengeringkan badan sekaligus menutupi bagian dadanya.

Drew kembali berjongkok dan menutup mulutnya rapat-rapat. "Astaga dia kemari?" cemasnya berubah panik.

Hingga pada akhirnya Drew memberanikan diri untuk berdiri agar bisa berhadapan langsung dengan gadis yang sedang mencari keberadaan seseorang.

Seketika pandangan mereka beradu dan saling memandang satu sama lain.

"Bukankah kau pria yang tadi aku tabrak?" tanya Tesla mengingat Drew.

"I-ya," balas Drew gugup. Ia memalingkan wajah, sesekali melirik dengan ekor matanya.

"Apa yang kau lakukan disini, apa kau sedang mengintipku?" tukas Tesla.

"Maaf, aku hanya kebetulan lewat dan ingin membersihkan pakaianku saja. Tapi tidak sengaja melihatmu sedang mandi disini," balas Drew memberi alasan.

"Dasar tukang intip! Kau pikir aku percaya, kalau kau bukan tukang intip, lalu untuk apa berjongkok dibebatuan ini dan kenapa tidak pergi saja menjauh. Entah darimana asalmu, tapi sepertinya kau bukan pria baik-baik," tukas Tesla memindai penampilan Drew keseluruhan.

Drew berdecak kesal dituduh seperti itu, hingga penyakit angkuh dan sombongnya mulai kumat kembali.

"Berani sekali kau menuduhku tukang intip, apa kau tidak tahu siapa diriku ini. Aku adalah pengusaha muda kaya raya berusia 26 tahun, pemilik bisnis rakit motor ternama dan anak pengusaha properti terbesar di Asia tenggara! Jadi untuk apa aku mengintip wanita desa tidak berharga seperti dirimu itu!" ucap Drew beralasan, sekaligus memperkenalkan dirinya.

"Sudah salah tidak mau mengaku, asal kau tahu saja aku sama sekali tidak mengenalmu dan tidak peduli dengan identitasmu yang mengaku-ngaku sebagai orang kaya. Karena menurutku kau pasti sedang berbual dan kalau kau ingin menyombongkan dirimu itu, maka bukan disini tempatnya. Pergilah sana!" usir Tesla.

"Dasar bebek cempreng! Awas saja aku akan membuat perhitungan denganmu dan lihat saja nanti, aku akan menundukkan dirimu beserta seluruh warga desa disini karena telah berlaku tidak baik pada Drew Royce selama berkunjung!" sergah Drew menggertak.

"Aku tidak takut padamu! Coba saja kalau berani bicara seperti itu dibalai desa, aku mau tahu sampai dimana keberanianmu itu. Apa kau sanggup menghadapi para pemuda desa disini, hah!" tantang Tesla.

Drew melonggarkan kerah bajunya dan berdehem. "Pemuda desa apaan, orang-orang kampung mana bisa menghadapiku," angkuhnya gagah berani.

"Baiklah, aku akan mengadukan sikap burukmu itu kepada para pemuda desa ini!" dengus Tesla, lalu pergi menaiki sepedanya meninggalkan Drew.

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!