"Dia sudah sadar, aku akan memanggil salah satu petugas kesehatan di desa ini," ucap Tesla kemudian pergi.
"Ya terima kasih," balas Sam.
Drew berusaha duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit akibat benturan, lalu memandangi tempat sekitarnya dengan kedua mata menyipit karena merasa asing.
"Dimana aku?" tanya Drew.
"Drew!" Sam memeluk Drew. "Kau masih hidup!" serunya bersyukur sekali.
"Sam, kenapa kita ada ditempat kumuh seperti ini? Dekat kandang bebek lagi," ucap Drew merasa jijik.
"Drew seharusnya kau berterima kasih kepada warga desa yang telah menyelamatkanmu dan membawamu kesini," balas Sam menasehati.
"Aku dibawa oleh warga desa?" tanya Drew.
"Iya mereka membawamu menggunakan gerobak untuk angkut padi," balas Sam.
Drew berdecih dan tidak terima tubuh mahalnya dibawa oleh gerobak murah. "Pantas saja, sejak dari tadi aku mencium bau kemiskinan pada bajuku ini," keluhnya sembari mengendus.
"Jangan berkata seperti itu Drew, bagaimana kalau mereka mendengar ucapan pedasmu itu. Setidaknya kau harus berterima kasih karena mereka telah menolongmu bahkan mengobati luka diwajahmu itu," tegur Sam.
"A-apa? Wajahku terluka?" tanya Drew nampak khawatir.
"Ya, ada luka ringan diwajahmu dan beberapa luka lainnya," balas Sam.
Drew langsung panik dan segera mengambil cermin bulat yang berada didalam sakunya. "Wajah tampanku," ucapnya tidak terima karena banyak luka lecet menghiasi wajah tampannya.
"Sudahlah Drew, aku bersyukur kau baik-baik saja. Tapi kenapa kau bisa tersesat dan jatuh ke sawah Drew?" selidik Sam.
Drew berusaha mengingat-ingat kejadian sewaktu bapalan tadi, kemudian memberitahu Sam tentang bagaimana dirinya bisa tersesat dan masuk ke dalam semak belukar, hingga berakhir terjungkal disawah milik warga.
Sam nampak geram. "Aku yakin, ini semua ada campur tangan Matt. Pria licik itu selalu melakukan apapun agar lawannya kalah," tukasnya.
Drew mengepal kedua tangannya karena kesal mendengar pernyataan Sam. "Jika yang dikatakan olehmu benar Sam, maka aku akan membuat perhitungan dengan pria jahat itu!" balasnya.
Drew berusaha bangkit untuk pergi dari sana, karena ingin sekali bertemu dengan Matt dan menghajarnya. Namun keinginannya itu terhalang, sebab ia merasakan sakit pada bagian kakinya.
"Akhs!!" ringis Drew.
"Kau kenapa Drew?" tanya Sam cemas.
"Kakiku sakit," balas Drew, lalu menaikkan kaki dan membuka sepatunya.
Sam terbelalak, karena melihat pergelangan kaki Drew membiru dan agak bengkak. "Sepertinya kau terkilir."
"Ya pasti ini karena terjatuh di sawah tadi dan kakiku tertimpah motor," balas Drew. "Oiya motorku dimana?" tanyanya kemudian.
"Motormu rusak, jadi saya dorong saja ke bengkel," balas Pak Sanyoto yang baru saja tiba dari bengkel dan menyela pembicaraan.
"S-siapa dia?" bisik Drew.
"Dia pemilik rumah ini dan orang yang telah menyelamatkanmu Drew," balas Sam memberitahu.
"Oh begitu, terima kasih Pak," ucap Drew sedikit menunduk sambil menatapi Pak Sanyoto.
"Sama-sama," balas Pak Sanyoto lalu menatap pergelangan kaki Drew. "Waduh kakimu biru, pasti sakit ya?" sambungnya dan menekan mata kaki Drew, hingga pria itu menjerit-jerit.
"Aww sakit Pak!" pekik Drew.
"Kasihan, kebetulan saya punya obat gosok." Pak Sanyoto mengambilkan obat gosok mujarab kemudian membubuhkannya dikaki Drew.
"Iuhh bau sekali," protes Drew sambil menarik kakinya dan menutup hidung.
"Mau sembuh tidak?" jawab Pak Sanyoto melototi.
"M-mau," balas Drew pasrah.
"Ini sepertinya keseleo harus diurut juga, nanti saya panggilkan Mak Ijah saja. Kebetulan beliau tukang urut paling terkenal di desa ini," ucap Pak Sanyoto.
"Aku tidak mau diurut, itu pasti sakit sekali. Sam kenapa kau tidak panggilkan aku dokter ahli saja," tolak Drew.
"Ini sudah malam Drew dan kau juga kesulitan berjalan," jelas Sam memberi pengertian.
"Iya temanmu benar, begini saja. Kalian menginap saja disini dulu selama beberapa hari sampai sembuh," ucap Pak Sanyoto menawarkan bantuan.
"T-tidak mau aku tidak mau tidur di gubuk seperti ini, tempatnya sama sekali tidak nyaman. Tempat tidurnya keras, tidak ada AC. Sudah begitu bau sekali," balas Drew menolak.
"Drew," Sam menegaskan agar berlaku sopan lalu menatap Pak Sanyoto. "Maaf Pak, temanku memang seperti ini, dia tidak terbiasa dengan lingkungan desa."
Pak Sanyoto mendengus. "Terserah kalian saja-lah," balasnya mulai masa bodo. "Dasar orang kota," gerutunya lalu pergi melihat bebek-bebeknya.
"Ayo Sam kita pulang saja, kau bawa ponselkan? Setidaknya kita bisa menghubungi para pengawal untuk datang kesini," ucap Drew.
Sam menepuk jidatnya, karena panik dan terburu-buru pergi mencari keberadaan Drew. Ia sampai melupakan tas yang berisi barang-barang penting.
"Tas ku ketinggalan Drew, ponselku maupun ponselmu juga ketinggalan di dalam mobil. Sudah begitu tempatnya sangat jauh dari sini," balas Sam.
Drew mendesaah kesal. "Jadi?"
"Mau tidak mau kita menginap disini saja, besok pagi aku akan pergi mengambil mobilmu."
Drew berusaha keras melawan egonya dan menatap Sam yang terlihat kelelahan. "Ya sudah, kalau begitu kita menginap sehari disini," balasnya pasrah.
Sam menarik senyum. "Syukurlah, kalau begitu aku akan berbicara kepada pemilik rumah agar mengijinkan kita menginap disini," ucapnya.
Drew mengangguk. "Ya sudah."
Sam menghampiri Pak Sanyoto, selain untuk meminta maaf atas sikap kurang menyenangkan Drew, dia juga meminta ijin untuk menginap disini.
"Jadi kalian mau menginap disini, terus bagaimana dengan temanmu yang pemilih itu?" tanya Pak Sanyoto sambil melirik tajam.
"Dia sudah setuju Pak, oiya maaf perkenalkan nama saya Sam," ucap Sam mengulurkan tangan.
"Sam? Sam apa? Samimawon?"
Sam terkekeh. "Sam, Samuel."
"Ooh. Kalau saya Sanyoto, tuan tanah di desa ini." Pak Sanyoto membalas uluran tangan Sam karena pemuda itu cukup ramah menurutnya.
Berbanding terbalik dengan Drew, Pak Sanyoto berubah datar saat melihat wajah Drew.
"Kenalkan Pak, kalau dia adalah Drew. Drew Royce," ucap Sam memperkenalkan.
Drew mengulurkan tangan seikhlasnya, begitu pula dengan Pak Sanyoto yang menjabat tangan Drew seperlunya.
"Drew," ucap Drew lalu mengelap bekas jabat tangan tadi ke belakang bajunya.
"Sanyoto," balas Pak Sanyoto malas.
Tak berapa lama kemudian, setelah perkenalan tersebut. Tesla datang membawa seorang tenaga kesehatan warga desa untuk memeriksa keadaan Drew.
"D-dia si bebek cempreng!" ucap Drew menunjuk.
"Jaga bicaramu Drew, dia anak Pak Sanyoto." Sam menurunkan tangan Drew agar berhenti menunjuk Tesla yang baru saja tiba dimuka pintu.
Pak Sanyoto menatap tajam Drew. "Apa bebek cempreng? Dia putriku dan kembang desa disini."
Sam dan Drew sama-sama menatap satu sama lain. "Kembang desa? Apa maksudnya itu?"
"Itu artinya dia yang paling cantik diantara gadis desa lainnya," balas Pak Sanyoto bangga. Lalu menyambut kedatangan sang putri dengan senang hati di ambang pintu. "Sayang," ucapnya tersenyum.
"Dia memang cantik, ya kan Drew?" balas Sam menyenggol bahu Drew yang terus menatapi Tesla.
"Ck apa sih, mau kembang desa kek atau kembang tai kotok aku juga tidak peduli," ucap Drew menyangkal.
...***...
"Dia baik-baik saja, cuma luka luar. Nanti diberi obat pereda nyeri," kata bidan kampung yang memeriksa dan itu membuat Drew tidak habis pikir.
"Sungguh aneh, aku butuh dokter ahli bukannya seorang bidan! Memangnya aku ini ibu-ibu hamil!" protes Drew.
"Cuma itu saja tenaga kesehatan yang ada, memangnya kamu mau aku panggilin dukun! Sudah di tolong bukannya terima kasih!" ketus Tesla mencebik.
Drew mendengus kesal. "Itulah sebabnya aku membenci desa, sudah orangnya kampungan. Fasilitasnya juga tidak memadai," sindirnya kesal.
Tesla melebarkan kelopak matanya dan tidak terima dengan sindiran Drew. "Aku juga tidak suka dengan orang kota, sok kaya sudah begitu tidak tahu terima kasih!" balasnya memilih pergi.
"Drew," sela Sam merasa tidak enak hati.
"Kenapa? Memang benar seperti itu," balas Drew dia memilih berbaring sambil menunggu tukang urut desa untuk menyembuhkan keseleo pada kakinya itu.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Fenti
saya mampir
2023-09-30
1
Ass Yfa
ckck... Drew.. bener2 yah
2023-08-08
1
Mommy Ghina
sombang banget si Drew
2023-05-09
1