Beberapa saat kemudian, seorang wanita berusia lanjut, jalan tergopoh-gopoh menghampiri rumah tuan tanah dan segera masuk untuk berjumpa sapa dengan sang pemilik rumah.
"Sehat Mak?" sapa Tesla.
"Sehat cantik," balas Mak Ijah tersenyum hingga menunjukkan salah satu gigi emasnya.
"Kirain sudah dipendam," celetuk Pak Sanyoto.
"Dasar kamu Sanyo! Apa mau pentunganmu itu diurut biar tidak bisa tidur lagi hah!" ancam Mak Ijah.
"Jangan Mak," jawab cepat Pak Sanyoto sambil merapatkan kedua kakinya.
"Tahu takut," dengus Mak Ijah menatap sinis pria bulat didepannya.
Tesla terkekeh, lalu menuntun tukang urut yang pernah berjasa menolong ibunya saat melahirkan dirinya itu.
"Ayo Mak masuk," ajak Tesla.
"Kali ini siapa yang mau diurut?" tanya Mak Ijah melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Yang mau diurut ada didalam Mak," balas Tesla.
"Oh," balas Mak Ijah singkat.
Sebenarnya Tesla merasa kesal dengan Drew, namun melihat Mak Ijah rasanya senang sekali. Karena dengan begini ia bisa membuat konten baru, sekaligus dapat melampiaskan kekesalannya kepada Drew melalui Mak Ijah.
"Urut dia sekencang-kencangnya Mak, kalau bisa pakai tenaga dalam," batin Tesla teramat jahat, sambil menatap tajam Drew dan tersenyum miring.
Drew meninggikan kepalanya untuk menengok siapa yang datang malam-malam begini. "Siapa dia?" tunjuk Drew.
"Tidak tahu," balas Sam. Ia menyingkir karena wanita tua itu ingin duduk ditepi bale.
"Ini dia yang mau diurut?" tanya Mak Ijah.
"Iya Mak," jawab Tesla mengangguk.
Mak Ijah tersenyum malu. "Kasep pisan, urut cowo begini mah Mak jadi semangat. Sudah punya pacar belum?" tanyanya genit, membuat Drew mendadak risih.
"B-belum," balas Drew semakin beringsut ke pojok.
"Tenang saja, tidak usah takut. Diurut sama Mak mah tidak akan sakit," balas Mak Ijah menenangkan Drew. "Sini ganteng, biar Mak lihat mana yang keseleonya," ucapnya kemudian.
"Sam," lirih Drew risih.
"Tidak apa, kau kan jagoan." Sam membujuk Drew layaknya seorang bocah.
Akhirnya Drew menurut, ia meluruskan kaki kanannya yang bengkak dengan perlahan-lahan. Hingga Pak Sanyoto yang menyaksikan merasa gemas dibuatnya.
"Lempengin kakinya," ucapnya seraya menarik kaki Drew.
"Aduh!" pekik Drew. Ia menatap semua orang terutama nenek-nenek didepannya yang sedang mengunyah dan membaca sesuatu.
"M-mulutnya berdarah Sam, nenek ini tidak makan orang kan?" tanya Drew ketakutan.
"Memangnya saya nenek kebayang hah! Ini bukan darah tapi lagi nyirih!" protes Mak Ijah mulai menuangkan minyak urut pada kedua telapak tangannya.
"Nyirih?" tanya Drew.
"Ya," balas Mak Ijah. "Saya mulai ya," ucapnya kemudian.
"Aw!" Pekik Drew.
"Belum!" seru semua yang ada disana.
"Lebay!" ucap Pak Sanyoto menimpali.
Drew menelan ludahnya susah payah, dan begitu Mak Ijah mulai mengusap kakinya yang bengkak Drew merasa ngilu.
"Aduh nenek tua! Kau bilang diurut tidak sakit!" protes Drew.
Pria itu ingin menarik kakinya kembali, namun tidak bisa karena Sam dan Pak Sanyoto senantiasa memegangi kaki dan juga tangannya, sehingga Drew tidak bisa berkutik dan hanya bisa menjerit-jerit.
"Tolong saya diperkosa nenek-nenek!" pekik Drew histeris dan memberontak karena merasakan sakit luar biasa saat proses pengurutan itu berlangsung.
"Sabar cuma sebentar doang!" ucap Pak Sanyoto yang ikut memegangi kedua tangan Drew.
"Ampun! Sakit sekali, Sam lepaskan kakiku!" ucap Drew melototi Sam.
"Tenang Drew, biar cepat selesai." Sam semakin memperkuat pegangannya.
"Lah kalah sama anak bocah!" sindir Mak Ijah.
Drew terus menjerit-jerit dan ini kali pertamanya dia merasakan pengobatan tradisional paling menyakitkan di muka bumi yang pernah dia alami. Dirinya sampai bersumpah, tidak akan mengulangi pengobatan seperti ini lagi, walau ada seseorang yang berani membayar berapa pun.
Sedangkan Tesla asyik terkekeh. "Rasakan!" umpatnya dalam hati.
"Hei kau kenapa menertawaiku terus, apanya yang lucu!" sentak Drew tidak terima ditertawakan oleh seseorang.
"Melihatmu lucu sekali," kekeh Tesla.
Drew mendengus dan menatap tajam Tesla yang masih tertawa sambil memegangi perutnya. "Wanita itu, jika aku tidak bisa membuatnya menderita. Maka jangan panggil aku Drew!" batinnya bertekad.
"Aduh sakit Mak!"
...***...
Beberapa saat kemudian.
Setelah beberapa menit menghadapi perjuangan yang cukup menguras emosi dan tenaga, akhirnya Mak Ijah selesai juga mengurut Drew. Wanita berusia lanjut itu segera pamit dan Tesla dengan senang hati ingin mengantarnya pulang.
Dan tidak lupa Pak Sanyoto memberikan sejumlah uang untuk Mak Ijah sebelum ia pergi.
"Terima kasih ya," balas Mak Ijah.
"Sama-sama, saya yang harusnya berterima kasih," balas Pak Sanyoto sambil melirik Drew yang kelelahan.
Mak Ijah melambaikan tangannya kearah Drew dan tidak lupa memberi kiss bye. "Bye ganteng," ucapnya tersenyum.
Drew tersenyum tipis dan berharap nenek itu segera pergi dari hadapannya. "Menyebalkan," umpatnya.
"Drew, harusnya kau mengucapkan terima kasih." Sam terus mengingatkan Drew agar berlaku sopan dan tata krama. Namun Drew terus saja mengabaikan hal itu, dan menyalahkan Sam.
"Kalau tahu jadinya begini, harusnya kita pulang saja Sam. Disini bukanlah tempat kita, dan aku merasa bukannya mendapatkan perawatan, tetapi penyiksaan!" keluh Drew.
"Drew, memang beginilah pengobatan tradisional yang ada di desa. Tapi lihatlah sisi positifnya, ku lihat kakimu sudah bisa digerakan." Sam menunjuk kaki kanan Drew.
Drew menatapi kaki kanannya yang baru saja selesai diurut, ada benarnya juga perkataan Sam. Kaki kanannya mulai terasa enteng untuk digerakan, namun pria itu enggan mengakuinya.
"Kau tidak tahu rasanya Sam, nenek itu seperti ingin mematahkan kakiku saja."
"Sudahlah, jangan terlalu banyak protes." Sam menutup pembicaraan karena merasa tidak enak hati dengan Pak Sanyoto.
"Pak Sanyoto, berapa biayanya?" tanya Sam.
"Oh sudah tidak perlu diganti saya ikhlas membantu," balas Pak Sanyoto.
"Tapi mana bisa begitu, ini terimalah. Kebetulan saya punya uang," ucap Sam menyerahkan lima lembar pecahan uang seratus ribu kepada Pak Sanyoto.
Namun Pak Sanyoto menolak. "Tidak perlu, saya yang mengijinkan kalian menginap. Saya juga yang memanggil tukang urut, jadi biar saya yang bertanggung jawab atas tamu-tamu saya," ucapnya lalu pergi masuk ke kamar.
Sam terdiam, lalu kembali menatap Drew yang sama terdiamnya. Bagaikan sebuah tamparan keras bagi Drew sendiri, saat mendengar pernyataan Pak Sanyoto yang tidak menginginkan uangnya.
"Drew jangan tersinggung, Pak Sanyoto hanya berusaha melayani tamunya."
Drew menggeleng. "Kau harus tetap membayarnya Drew, aku tidak ingin mereka menganggap kita ini orang tidak mampu."
Tak berapa lama kemudian Drew melihat Tesla yang baru saja datang, ia segera melemparkan uangnya kepada Tesla.
"Ini uangku, cepat ambillah! Sebagai biaya ganti yang sudah dikeluarkan oleh keluargamu untuk semua biaya pengobatan murahan yang kalian lakukan untukku dan sekaligus untuk biaya menginapku disini!" tegur Drew.
"Drew!" sentak Sam merasa Drew telah melewati batas. "Maafkan dia Tesla," ucap Sam sambil membungkuk berkali-kali.
Tesla mulai meradang saat melihat tingkah sombong dan angkuh Drew. "Kau pikir uangmu itu cukup untuk menganti semua biaya yang telah kami keluarkan hem?"
"Tentu saja, kenapa? Apa masih kurang? Aku bisa memberikannya lagi," ucap Drew mengambil dompet dan melempar uangnya kembali.
"Kau pria sombong dan angkuh, walau kau bergelimangan harta dan bisa membeli apapun yang ada di dunia ini dengan semua uangmu itu. Tapi asal kau tahu saja ya, ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang dan salah satunya adalah harga diri seseorang!" tegas Tesla.
Ia segera pergi meninggalkan Drew bersama dengan uang-uangnya yang berserakan dimana-mana itu.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
olive
kayak almh nenekku, hobi nyirih 🤭
2023-05-16
1
Mommy Ghina
🤣🤣🤣 biarin ajak si Drew diperkosa Mak Ijah
2023-05-09
1
Mommy Ghina
aduh si Emak, lumayan lah ngurut berondong ya Mak Ijah 😂
2023-05-09
1