Beberapa saat kemudian, sebuah mobil mewah terlihat memasuki pekarangan rumah Pak Sanyoto. Klakson pun berbunyi dan Drew langsung tersenyum sumringah, saat Sam keluar dari mobilnya itu.
"Akhirnya kau datang juga Sam!" serunya kesenangan.
"Ya Drew," jawab Sam menghampiri.
Namun bukan Drew namanya kalau tidak menyombongkan diri.
"Lihatlah itu mobilku, bagus bukan?" ucapnya kepada Pak Sanyoto.
"Hem bagus," balas Pak Sanyoto mengangguk.
"Bukannya mau pamer kepada anda Pak, tapi mobil mahalku itu termasuk mobil limited edition alias langka," ucap Drew sombong kembali.
Pak Sanyoto menyeruput kopinya perlahan-lahan. "Oh begitu," jawabnya santai.
"Selamat siang Pak Sanyoto," sapa Sam menyalami dengan ramah.
"Siang," Pak Sanyoto pun membalas jabat tangan Sam itu dan tersenyum, lalu menatap Drew. "Nah kalau pria kota yang sopan seperti ini, bisa dikatakan limited editon alias langka," sindirnya.
Drew sontak tersedak nafasnya sendiri dan langsung bungkam. Ia menatap Pak Sanyoto yang berjalan dengan dada membusung seperti gaya bebek, seakan sedang meledek Drew karena telah menang telak darinya.
Sam mengulas senyum melihat tingkah Pak Sanyoto yang selalu bisa melawan Drew.
"Tidak anaknya, tidak bapaknya mereka sama saja. Sama-sama menyebalkan!" cebik Drew.
"Sudahlah Drew, jangan kesal seperti itu. Lebih baik kita pergi dari sini," ucapnya sambil menepuk pundak Drew.
Drew mengangguk cepat. "Ya Sam, aku ingin sekali pergi dari sini," jawabnya.
"Oh iya Drew, sebelum kita pergi aku harus ke bengkel sebentar. Aku harus melihat motormu sudah selesai diperbaiki atau belum," ucap Sam memberitahu.
"Aku mau ikut Sam," pinta Drew.
"Apa kau yakin?" tanya Sam.
"Ya, aku ingin melihat motorku. Lagipula aku bosan berada disini," balas Drew.
"Ya sudah, ayo masuklah." Sam memapah Drew berjalan masuk ke dalam mobil.
...***...
Sepanjang jalan menuju bengkel, Sam hanya bisa melajukan mobil Drew dengan kecepatan minimum. Itu dikarenakan kondisi jalanan desa yang bergelombang dan berbatu, serta berukuran sempit, terkadang sedikit menanjak dan juga menurun.
Hal tersebut membuat banyak sekali anak kecil datang menghampiri, berlarian kecil disekitar mobil Drew dan tak jarang dari mereka mengiringi jalannya mobil itu sambil bercanda tertawa dan berusaha meneriaki Drew yang berada didalam.
"Lihat Sam, mereka norak sekali." ucap Drew.
"Ya wajar saja, mereka pasti belum pernah melihat mobil mewah di desa mereka ini," balas Sam.
Drew tersenyum miring. "Bagaimana kalau aku menyapa mereka," ucapnya lalu membuka kaca jendela pada mobilnya itu dan melambaikan tangannya seperti seorang artis.
"Hai bocah," sapa Drew dengan gaya.
"Om! Om! Om artis ya, apa pejabat?" tanya para bocah ingusan itu.
Drew sedikit kesal karena dipanggil om-om oleh bocah kampung, namun ia berusaha meredamnya karena bocah tersebut tidak mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku bukan artis atau pejabat, tapi aku adalah orang kaya."
"Oh, kalau begitu bagi duit om!" teriak para bocah.
Drew membusungkan dadanya. "Tentu, tenang saja." lalu meminta Sam untuk memberhentikan mobilnya barang sesaat.
"Berbarislah," titah Drew dan para bocil berbaris.
Drew merogoh sakunya dan mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dan memberikannya kepada anak-anak secara cuma-cuma.
"Makasih Om!" seru para bocil.
Namun Drew dibuat panik, saat para kerumunan anak-anal semakin lama semakin banyak menghampirinya. Terlebih uang pada dompet maupun sakunya telah menipis.
"Jah Om, mana duit buat saya?" keluh salah satu bocah yang belum kebagian uang.
"Tenang-tenang," ucap Drew lalu menatap Sam. "Sam antarkan aku ke ATM terdekat," titahnya.
Sam menggeleng. "Disini tidak ada ATM Drew," balasnya.
"Apa tidak ada ATM?" tanya Drew kebingungan.
"Yap, makanya lain kali pikir dulu sebelum bertindak." Sam menasehati Drew.
"Kau telat memberitahuku Sam," jawab Drew.
"Om mana duitnya?" ucap si bocah masih setia menadahkan uangnya.
"Om harus segera pergi dan besok kembali lagi, bye." Drew bergegas menutup kaca jendela mobilnya dan meminta Sam agar segera menjalankan mobil.
Sam hanya bisa menghela nafas panjang, lalu menurut karena bocah desa itu mulai menunjukkan sikap bar-bar mereka, dengan menimpahi batu kerikil dan tanah liat pada mobil Drew, hingga badan mobil terlihat sangat kotor.
Drew mulai emosi dan mengeluarkan kepalanya. "Hei dasar bocah kampung! Seenaknya melempari mobil orang!" tegurnya tidak terima.
"Huh dasar pembohong! Katanya punya banyak duit!" sahut para bocah sembari melempari mobil Drew dengan tanah.
Drew berdecak kesal, niat ingin pamer uang pada warga desa yang kebetulan melihat aksinya. Namun apa daya malah ditimpahi tanah oleh para bocah.
...***...
"Makanya Drew jangan sombong, coba lihat apa akibat dari tingkahmu itu? Harusnya kita sudah sampai dibengkel untuk melihat motormu itu dan kita bisa pulang dari sini dengan cepat. Tapi lihatlah ini, karena ulahmu itu kepergian kita jadi tertunda. Dan yang lebih menyebalkan lagi aku harus mencuci mobilmu yang kotor ini seorang diri!" tegur Sam menasehati.
Drew mendengus kesal. "Jangan salahkan aku Sam, salahkan saja keadaan desa yang menyedihkan ini. Jika ada ATM didekat sini, mungkin para bocah tadi tidak akan marah kepadaku dan aku bisa membagikan uangku itu kepada mereka sekaligus bebeknya sekalian," ucapnya angkuh kembali.
Sam menghembus nafasnya kasar. "Entah sampai kapan kau akan menyadari perbuatanmu tidak benarmu itu Drew," batinnya.
Drew dan Sam berhenti dari aktifitas mereka sejenak, setelah mendengar ada suara tertawa para gadis desa yang sedang asyik mencuci pakaian di tepian sungai.
"Mobil mewah tapi nyucinya dipinggir sungai!" sindir Tesla, yang kebetulan sedang mencuci baju dan berada di antara gadis desa lainnya.
Diikuti suara tawa para gadis setelahnya, dan Drew sudah tentu merasa terhina dengan sindirian Tesla.
"Kalian adalah cewek-cewek jorok, mencuci pakaian dialiran sungai yang tidak jelas kebersihannya seperti ini!" sahutnya tidak mau kalah.
"Drew," ucap Sam menahan Drew agar tidak berbuat macam-macam.
"Lepaskan aku Sam," Drew menghentak tangannya dan mencari batang kayu agar bisa berjalan mendekati kumpulan para gadis desa didekatnya.
Lalu dengan emosi pria tampan itu membalikkan bakul cucian berisi pakaian bersih milik Tesla, hingga jatuh dan kotor kembali.
"Beraninya kau!" sentak Tesla tidak terima. Lalu berusaha mengambil beberapa potong pakaiannya yang tercebur ke sungai agar tidak hanyut.
Drew berdecih "Rasakan! Itulah akibatnya kalau berani membuatku tidak senang!" ucapnya angkuh.
"Pria tidak tahu diri! Pergilah dari desa ini!" usir para gadis desa lainnya, lalu berbondong-bondong membantu Tesla mengutip pakaiannya.
"Cih! Memang aku mau pergi dari sini! Aku sudah tidak sudi menginjakkan kakiku di desa ini lagi!" sentak Drew.
"Ya sudah pergi saja sana dan jangan pernah kembali lagi!" sentak Tesla.
Drew menatap tajam Tesla sambil mengepal erat kedua tangannya. "Dasar gadis kampung, berani sekali kau membentak Drew Royce. Kalau begitu maka bersiaplah akan menerima akibatnya," gertak Drew sebelum berbalik pergi.
"Aku tidak takut dengan gertakanmu itu, bagiku kau hanya seorang pria pecundang!" sergah Tesla.
Drew menoleh dan tersenyum smirk. "Baiklah, jangan menangis suatu hari nanti."
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Kalo diplesetin bisa2 Drew Royco....
2023-05-30
1
Mommy Ghina
ikutan Om, bagi duit juga dong
2023-05-11
1