BUKAN DARAH PERAWAN

BUKAN DARAH PERAWAN

Darah Apa Itu?

Sebuah kamar pengantin bernuansa bunga mawar merah terlihat sangat indah. Harum semerbak dari bunga itu sendiri menguar pekat di berbagai penjuru ruangan. Di dalamnya, jelas terdapat sepasang pengantin baru yang tengah asyik memadu kasih seakan dunia hanya milik mereka berdua.

"Aku mencintaimu, Namira!" Saga mengecup lembut wajah gadis itu.

"Aku juga mencintaimu, Mas Saga!" Namira berusaha menjawab ucapan Saga di tengah-tengah pergulatan mereka. Alunan demi Alunan indah saling bersahutan seiring dengan ayunan yang terjadi di tengah ranjang.

Ini adalah hari bahagia Sagara dan Namira. Karena setelah dua tahun berpacaran, akhirnya mereka berhasil mencapai jenjang yang diimpi-impikan semua orang. Kamar pengantin yang baru dimasuki mereka setengah jam lalu adalah saksi atas perjuangan cinta kedua selama ini.

"Ah, aku sudah tidak tahan lagi. Apa kau sudah siap menerimanya, Namira?"

Gadis itu mengangguk di sela napasnya yang berantakan. Kedua matanya terpejam, seolah bersiap menerima sesuatu yang sebentar lagi akan meledak di dalam sana.

"Arghhh!"

 Tiba-tiba Namira menjerit tanpa alasan di saat Saga sedikit lagi hendak mencapai puncaknya. Saga yang merasa takut dan khawatir segera menghentikan kegiatan itu. Ia usap titik-titik keringat yang memenuhi seisi wajah Namira dengan gerakan panik.

"Apa yang terjadi, Namira? Apa kau baik-baik saja?" Saga bergerak ke samping nakas untuk menghidupkan pencahayaan. Begitu menoleh pada Namira lagi ia sangat terkejut. Tepat pada area pangkal pahanya mengeluarkan darah yang cukup banyak, dan itu jelas membuat Saga semakin panik luar biasa.

"Darah Apa ini? Apakah darah keperawanan sebanyak ini?" Dia berguman. Kepalanya dipenuhi tanda tanya. Namun, Saga sadar bicara dengan diri sendiri tak akan menyelesaikan masalah. 

Sementara itu Namira makin terlihat kesakitan. Jeritan yang terus keluar dari mulutnya menandakan bahwa gadis itu sangat menderita. 

Buru-buru Saga memakai bajunya. Ia segera keluar untuk mencari bantuan. Beruntung saat ia keluar kamar, keluarganya masih bersantai-santai di ruang tamu.

"Siapa saja tolong siapkan mobil untuk membawa Namira ke rumah sakit!" 

Spontan, teriakan itu berhasil membuat semua orang yang ada di ruang tamu membulatkan matanya lebar-lebar. Kontan mereka kompak menoleh kaget ke arah Saga.

"Apa yang terjadi Saga?" Nora, ibu kandung Saga berseru mewakili pertanyaan semuanya.

"Menjelaskannya nanti saja, Mah! Sekarang cepat bantu aku siapkan mobil," ucap Saga dengan napas ngos-ngosan, matanya tertuju pada sang ayah yang masih terbengong tanpa melakukan apa-apa. 

Dia kembali masuk ke kamar untuk membopong Namira ke mobil. Tak lupa Saga membalut tubuh polos Namira dengan pakain seadanya sebelum mereka keluar kamar.

"Sakit sekali, Mas!" Namira terus menjerit dengan keadaan menekuk tubuh. Sementara dua tangannya memegangi perut bagian bawah.

"Bertahanlah, Sayang! Kita ke rumah sakit sekarang!" seru Saga. Ia mengalungkan tangan Namira di lehernya. Dibantu para keluarganya Saga melesat cepat menuju rumah sakit terdekat.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Sakit Saga terus berusaha membangunkan Namira agar tidak terpejam. Saga tampak begitu takut. Dia terus menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi kepada Namira.

"Maafkan aku Sayang. Aku salah. Aku telah menyakitimu …." Saga melirih tepat di telinga Namira. Gadis yang tengah kesakitan itu tentu saja hanya diam sambil memegangi perutnya yang bergejolak.

Sesampainya di rumah Sakit, Namira langsung dibawah ke UGD. Saga kemudian menjelaskan di depan dokter dan keluarganya, kalau Namira tiba-tiba mengalami pendarahan di saat mereka sedang berhubungan badan. 

Tentu saja semuanya terkejut dan menyalahkan kebodohan Saga. Dokter kemudian membawa Namira ke ruang pemeriksaan. Seketika itu juga Saga menjadi bualan dan tatapan heran para keluarganya.

Tatapan sang Papa mengatakan bahwa Saga itu bodoh. Mamanya menggeleng-gelengkan kepala seolah tak percaya semua itu bisa terjadi. Sementara ayah mertua Saga, dia hanya diam, tapi terlihat sekali aura membunuh tergambar di wajahnya yang keriput.

Saga mendesahkan napasnya. Beberapa kali dia tampak menjambak rambutnya sendiri karena terlalu diliputi perasaan bersalah.

"Mama, Papa, dan Ayah mertua! Aku sungguh minta maaf atas kejadian ini. Aku benar-benar tidak bermaksud membuat Namira seperti itu," ucap Saga sendu.

"Lain kali hati-hati Saga! Istrimu itu bukan lubang tikus yang bisa sembarangan kamu sruduk-sruduk!" Nora membalas cepat. Sang suami hanya diam tanpa berkomentar.

"Sudahlah, sekarang kita berdoa saja tidak terjadi sesuatu pada Namira." Ayah mertua Saga menengahi. Meskipun ia kesal pada Saga, lelaki itu tetap pilihan terbaik yang disukai putrinya. 

Sekitar lima belas menit kemudian dokter keluar dari ruangan pemeriksaan. Orang pertama yang ditatap si dokteri itu adalah Saga. Dia tersenyum hangat dan menghampiri Saga yang tengah berdiri cemas di depan pintu.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Pertanyaan Saga mewakili tiga manusia di belakangnya. 

"Istri Anda mengalami kontraksi akibat tekanan yang berlebihan. Beruntung pendarahannya bisa diatasi segera." Beliau kemudian menarik napas panjang. Dari reaksi Namira yang tampak ketakutan di dalam sana, dokter itu langsung paham bahwa berita yang sedang dibawanya ini belum diketahui oleh siapa pun.

"Mulai sekarang jaga baik-baik kandungan istri Anda, Pak. Dia sedang hamil 8 Minggu."

"Ha …hamil?" Saga menjadi orang pertama yang paling terkejut mendengarnya.

"Bagaimana bisa hamil, kalian baru saja menikah Saga!" Ayah Namira yang kedua. Tentunya ia tidak terima mendengar berita putrinya hamil di luar nikah. 

Kedua orang tua Saga terdiam. Mereka merasa malu atas kejadian ini. Bagaimana bisa putranya yang tampak polos itu menghamili perempuan di luar nikah? Mereka berdua terbengong saling pandang.

Padahal saat di rumah Saga sangat pendiam. Dia juga jarang dekat dengan wanita. Selama ini Saga hanya mengenalkan satu wanita ke rumah, yaitu Namira wanita yang akan ia nikahi.

 "Apa Anda tidak salah periksa, Dokter?" Saga bertanya seolah meragukan kemampuan si dokter. Hal yang sudah biasa dokter alami. Dan beliau nantinya berniat menyuruh Saga beserta keluarga masuk ke dalam untuk melihatnya sendiri.

Melihat Saga yang tampak begitu, Nora ikut maju mendampingi putranya. "Coba diperiksa ulang lagi, Dok! Barangkali salah," ucap Nora. Dokter itu hanya mengangguk sambil mengulas senyum tipis. 

Nora kemudian menarik lengan Saga lalu berbisik pelan.

"Jangan membuat Mama malu di depan Ayah Namira Saga! Jika kau merasa melakukan itu tolong aku saja. Entah itu di luar, cuma nempel, semua itu tetap beresiko," lirihya penuh penegasan. Pipi Saga langsung merona mendengar itu.

"Kalau begitu mari kita masuk," kata si dokter sambil mengisyaratkan dengan gerakan tangan.

Di dalam dokter itu mulai menjelaskan ulang tentang kondisi kehamilan Namira. Dia juga menjelaskan kalau kandungan Namira masih dalam kategori baik. Tapi sebaiknya kurangi berhubungan badan sampai usianya menginjak trimester kedua. 

Jadi dia benar, hamil?

Saga seperti tidak menapaki bumi saat mendengar penjelasan dokter barusan. Tatapannya mengarah pada Namira yang sejak tadi menunduk ketakutan.

Hamil dengan siapa kau Namira?

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

😁😁😁kasihan saga kena tipu mentah2

2023-10-22

1

renita gunawan

renita gunawan

ternyata namira kesakitan bukan karena pecah perawan,melainkan karena kontraksi

2023-07-05

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

y ampun y ampun saga gak makan nangka kena getahnya

2023-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!