He's Not A Bad Boy
Hati yang keras datang dari lingkungan yang keras, tapi ada saatnya hati yang keras selama bertahun-tahun itu luluh seketika hanya dalam waktu singkat oleh sebuah kelembutan.
.
.
.
Malam hening bertabur bintang yang begitu indah. Suara hewan yang biasanya menjadi pengantar malam kini kalah oleh suara deru motor dua remaja yang sedang melakukan balapan liar di sebuah jalan yang tampak sepi dan gelap, hal itu mereka lakukan untuk memperebutkan sejumlah uang sebagai taruhannya.
"Final lap, semangat boskue!!!" teriak seorang laki-laki menyemangati bos gengnya yang kini sudah berada jauh di depan meninggalkan motor lawan.
Boy Anderson, seorang laki-laki tampan berusia 19 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan di salah satu SMA ternama di kotanya. Laki-laki dengan helm full face hitam berbalut jaket kulit hitam dan celana jeans hitam itu kini melajukan motornya dengan kecepatan sedang saat sebuah garis finish telah berhasil ia lewati di posisi pertama, tak lupa ia melakukan free style dengan mengangkat roda bagian depan motornya sebagai ungkapan kemenangan.
Sorak kemenangan terdengar dari para anggota geng motor bernama Black Wings itu dan menghampiri sang bos yang baru saja berhenti dan turun dari motor Kawasaki Ninja H2 Carbon berwarna hitam kesayangannya.
"Sudah kuduga, geng motor kalian itu tidak ada apa-apanya bagiku," ucap Boy begitu angkuh kepada lawannya yang baru saja melewati garis finish, tak lupa ia mengacungkan ibu jarinya yang kemudian ia putar ke bawah.
"Hey, Boy! Kau jangan sombong dulu, ini baru permulaan, dibalapan selanjutnya akan kupastikan kau yang akan kalah," balas Anton, ketua geng Brandalz, salah satu geng motor yang selalu mengganggu ketenangan warga, tidak hanya mencuri, mengganggu anak gadis pun sudah menjadi hobi mereka.
Berbeda dengan geng Black Wings yang diketuai oleh Boy, mereka hanya suka balapan, ugal-ugalan di jalan, bersenang-senang di klub malam, hingga berkelahi. Mencuri adalah hal yang tidak asik menurut laki-laki itu karena pada dasarnya ia sudah cukup bergelimang harta dari sang ayah dan hasil taruhan.
"Tak usah banyak bacot, sekarang serahkan uang taruhan kalian!" Ifan, tangan kanan Boy kini menghampiri geng Brandalz itu untuk menagih uang taruhan yang bernilai cukup fantastis.
Dengan tatapan tajam dan penuh kebencian, sang ketua geng menyerahkan beberapa ikat uang tunai yang cukup tebal lalu pergi begitu saja, sementara Boy dan rekan-rekannya kini tertawa puas.
Boy dan anggota gengnya memilih menghabiskan sisa malam mereka di sebuah klub malam untuk merayakan kemenangan sang bos. Berbagai jenis minuman dan cemilan telah tersedia di atas meja yang berada di ruang VVIP.
Musik yang begitu memekakan telinga terdengar memenuhi ruangan itu, semua anggota geng motor Black Wings tampak bergoyang bebas bersama beberapa wanita sambil meneguk minuman mereka.
Sementara Boy hanya duduk seorang diri dengan mengangkat kedua kakinya di atas meja sambil merokok. Beberapa wanita di ruangan itu banyak yang terpikat dengan ketampanan Boy, mereka bahkan mencoba merayu sang bos geng, tapi rayuan mereka sama sekali tidak mempan terhadap laki-laki berhati keras itu.
Bagaimana tidak? Sebagai anak yang mengalami broken home sejak kecil dan hidup dalam asuhan seorang ayah tunggal yang workaholic, membuat Boy kurang mendapatkan kasih sayang terutama dari ibu yang telah pergi meninggalkan Boy dan sang ayah demi selingkuhannya.
Keterpurukan dan kurangnya perhatian, membuat Boy akhirnya terbiasa hidup bebas dan dingin terhadap wanita. Sejak itulah ia mulai mencari pelampiasan dengan bergabung dalam salah satu geng motor di kotanya saat ia masih berusia 15 tahun, hingga kini di usia yang hampir memasuki usia 20 tahun itu, ia telah dipercaya menjadi ketua geng motor Black Wings.
Kini waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari, para remaja itu akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, termasuk Boy. Ia melajukan motor membelah gelapnya malam yang begitu sunyi dan semakin dingin menuju rumahnya seorang diri.
Dalam sunyinya malam, sayup-sayup Boy mendengar suara deru beberapa motor dari arah belakang. Melalui kaca spion, terlihat beberapa motor dengan lampu yang menyilaukan mata sedang berada di belakang, semakin lama semakin mendekat. Namun, insting laki-laki itu rupanya begitu kuat, ia segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Aksi kejar-kejaran menggunakan motor pun terjadi, tapi entah kenapa begitu banyak motor yang kini mengejar laki-laki itu, bahkan beberapa motor muncul di depannya melalui jalan lain hingga langsung memblokade jalan, seolah apa yang mereka lakukan itu telah terencana dengan baik sebelumnya.
"Hey, Boy! Apa kau sudah menikmati uang taruhanmu?" tanya seorang laki-laki yang yang tidak lain adalah Anton saat motornya telah sejejer dengan motor Boy.
"Kau? Mau apa lagi kau?"
"Mau apa?" tanya balik laki-laki itu lalu tertawa diikuti dengan tawa para pemotor lainnya. "Tentu saja ingin merayakan kemenanganmu juga," jawabnya sembari tersenyum licik lalu memberikan sebuah kode kepada anggotanya.
Para pemotor yang tadi mengelilingi Boy kini berhenti dan menghadang jalan laki-laki itu hingga membuatnya harus ikut menghentikan motor. Perkelahian antara sepuluh lawan satu kini tak terelakkan lagi. Awalnya ia mampu menangkis setiap serangan, bahkan ia bisa mencari kesempatan untuk memberi serangan balik kepada mereka satu per satu, tapi menghadapi orang yang jumlahnya jauh lebih banyak seorang diri membuat laki-laki itu kewalahan.
Pada akhirnya Boy memutuskan untuk melarikan diri menuju perumahan warga terdekat saat tubuhnya mulai lelah, berharap mereka tak lagi mengejarnya. Namun, apa yang ia harapkan tidak sesuai kenyataan, para geng motor itu masih saja mengejarnya, dan lagi-lagi perkelahian menjelang subuh itu kembali terjadi hingga membuat Boy kalah dan ambruk.
Dua anak buah Anton kini mengangkat tubuh Boy menghadap ke arah sang bos dan menahan kedua tangannya. Beberapa pukulan dan tendangan di wajah, perut hingga kaki membuat Boy semakin tak berdaya. Wajah yang telah babak belur dan berdarah sama sekali tidak membuat bos geng dari Brandalz itu merasa iba.
"Hanya segitu kemampuanmu? Lihat saja, akan kupastikan kau tidak akan lagi bisa mengendarai motormu, tidak, bahkan berjalan pun kau tak akan bisa." Anton tertawa puas, ia kini mengeluarkan sebuah kapak dari dalam tasnya dan mulai mengarahkan ke kaki Boy.
"Ucapkan selamat tinggal untuk satu kaki dan geng motormu, kau tidak akan lagi menjadi laki-laki yang dihormati oleh anggota gengmu nantinya." Laki-laki itu tersenyum licik dan mulai mengangkat kapaknya.
Wiu... Wiu... Wiu...
Suara serine mobil polisi yang terdengar mendekat membuat Anton menghentikan aksinya.
"S!al! Hey, kau beruntung kali ini, tapi ingat, ini belum berakhir." Laki-laki itu memberikan kode kepada anggotanya untuk segera pergi meninggalkan Boy sendiri yang sudah terkulai lemas di tanah.
Sama halnya dengan geng motor tadi, Boy pun sama takutnya mendengar serine polisi itu. Bukan tanpa alasan, polisi telah mengenal wajah laki-laki itu karena sudah beberapa kali ia keluar masuk kantor polisi. Hanya saja keadaannya saat ini membuatnya tak bisa melarikan diri. Ia sudah pasrah saat suara serine terdengar semakin mendekat.
.
.
.
Boy terkejut saat menyadari bahwa suara serine polisi itu bukan berasal dari mobil polisi melainkan ponsel seorang gadis yang menggunakan mukenah.
"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya gadis itu setelah mematikan suara serine di ponselnya lalu mengarahkan senter ke arah Boy.
"Siapa kau?" tanya Boy begitu dingin dan waspada.
"Aku hanya warga di sini yang tidak sengaja mendengar keributan dan menyaksikan tindak kekerasan di belakang rumahku," jawab gadis itu seraya berjongkok untuk melihat keadaan Boy lebih dekat.
Boy diam tatkala melihat wajah gadis berparas ayu itu dalam jarak yang lebih dekat.
"Lukamu cukup parah. Aku akan menghubungi taksi untuk mengantarmu ke rumah sakit, kamu tunggulah di sini," ucapnya lagi lalu melangkah pergi.
"Tunggu! Apa kau bisa menolongku?"
Gadis itu seketika menghentikan langkahnya dan berbalik. "Tolong apa?"
"Apa bisa kamu saja yang mengobati lukaku? Seluruh tubuhku begitu sakit dan aku tidak ingin ke rumah sakit."
Gadis itu sejenak terdiam dan tampak berpikir. "Aku akan segera kembali."
Gadis itu segera pergi, dan tak lama kemudian ia datang kembali dengan membawa kotak P3K bersama temannya. Melihat kondisi jalan belakang rumah yang masih gelap, ia khawatir jika menolong laki-laki asing seorang diri justru akan mengundang fitnah.
Perlahan ia mengobati setiap luka yang ada di wajah dan kaki Boy, untuk bagian dada dan perut, gadis itu tidak berani membuka bajunya. Boy hanya diam memperhatikan bagaimana gadis itu mengobati luka yang dia miliki hingga ia tidak sadar jika lukanya telah selesai diobati.
"Aku sudah mengobati luka di wajah dan kakimu, minumlah ini agar rasa sakitmu bisa sedikit reda." Gadis itu memberikan sebuah obat anti nyeri untuk diminum oleh Boy.
"Jika sudah merasa baikan, silahkan pergi dari tempat ini." Gadis itu kembali melangkah bersama temannya meninggalkan Boy, tapi baru beberapa langkah, Boy kembali membuka suara.
"Tunggu! Siapa namamu?"
Sayangnya, pertanyaan Boy kali ini tidak membuat gadis itu menghentikan langkahnya, ia tetap berjalan tanpa menghiraukan apa pun.
"Terima kasih," lirih Boy sambil mengulum senyum.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BERANI MAIN KROYOKAN, COBA LO ONE BY ONE BRANI GAK NTON..
ENTAH KNP AKU PALING BENCI NAMA ANTON. INGAT MASA SURAM PULUHAN THN SILAM, PRIA PEBINOR YG KUBUAT CACAT SEUMUR HIDUP, DN BUATKU JADI NAPI SELAMA 3 TH.. BUAT RMH TGG KU HNCUR..
2023-09-25
1
Qaisaa Nazarudin
Waah Anton main curang, Kalo udah kalah tuh akui kekalahan, Malah main keroyok, Dasar pecundang brengsek…
2023-08-31
1
Qaisaa Nazarudin
Kok 19 tahun masih SMA?? bukannya seharusnya udah kuliah ya?? wah pasti ada apa2 nya nih,, Mampir thor 🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2023-08-31
1