Bab 4 - Suara Ketukan Pintu

Sebelumnya siang itu, Boy sedang melakukan rapat bersama anggota geng Black Wings di lantai dua cafe milik sang ayah.

"Ifan, apa kau sudah memasukkan mata-mata kita di geng Brandalz itu?" tanya Boy.

"Sudah, Bos. Mereka benar-benar semakin gila sekarang. Bukan hanya mencuri, mereka bahkan sudah semakin ganas dengan membegal pengendara motor yang melewati area kekuasaan mereka secara terang-terangan," terang Ifan.

"Kenapa mereka suka sekali mencuri? Bukankah ketua geng mereka juga orang kaya?" tanya salah satu anggota geng itu.

"Dia memang kaya, tapi dari yang aku dengar, sejak si Anton memutuskan berhenti sekolah dan pernah masuk penjara, ayahnya menarik semua kartu kreditnya, dan tidak pernah lagi memberikan uang kepada Anton dengan harapan anak itu berhenti dari geng motor dan kembali menjadi baik, tapi dasar brandal, bukannya berubah, dia malah semakin menjadi-jadi," jelas Ifan.

"Lalu apa alasan mereka menyerang bos kita malam itu?"

"Sudah pasti karena kalah taruhan," jawab Boy seraya memandang keluar jendela dan tak sengaja melihat seseorang.

"Kelompok mereka tidak sebanyak kita, makanya saat akan menyerang mereka akan menunggu kesempatan saat kita sedang sendiri dan lengah," imbuh Ifan.

"Jadi, untuk berjaga-jaga, mulai saat ini ...." Ucapan Ifan terputus saat melihat Boy berjalan dengan cepat meninggalkan mereka.

"Mau kemana Bos?" tanya Ifan.

"Ke lantai bawah sebentar, kalian teruskan saja meeting kalian, aku akan kembali sesaat lagi," ujar laki-laki itu lalu hilang di balik tangga.

.

.

.

"Tuan muda, saya telah menyampaikan apa yang tuan perintahkan kepada gadis pelamar kerja tadi," ujar Andi, manager cafe yang kini berdiri di hadapan Boy.

"Bagus, jaga dia dan bimbing dia dengan baik, jangan sampai dia lecet atau kamu juga akan kubuat lecet," ancam laki-laki muda itu lalu segera pergi kembali menuju lantai dua sambil bersiul senang. Andi hanya bisa menggelengkan kepala pelan melihat tingkah angkuh anak dari bos besarnya itu.

"Astaga anak itu, jika saja dia bukan anak bosku, pasti sudah kujitak kepalanya," monolog Andi sambil membereskan meja tempat sang tuan muda tadi yang cukup berantakan dibuatnya walau ia baru 10 menit di sana.

"Apa kau ingin menjitak kepalaku?"

Mata Andi seketika membola saat mendengar suara di belakangnya. Dengan cepat ia berbalik. Rupanya sang tuan muda yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dan kekar itu kini telah berdiri di belakangnya lengkap dengan tatapan tajam.

"Ma-maksud saya tadi, sa-saya ingin menjitak kepala anak saya, Tuan muda," jawab Andi tergagap dengan wajah yang mulai memucat.

"Sepertinya kau mengira aku anak polos yang tidak tahu apa-apa.Aku hanya berniat mengambil korek apiku, tapi aku malah mendengar ocehanmu." Laki-laki itu terus berjalan mendekati Andi yang kini semakin tertunduk. "Tapi untuk kali ini akan kumaafkan, kau beruntung karena suasana hatiku sedang baik."

Usai mengambil korek apinya yang tertinggal, Boy langsung berjalan kembali menuju lantai dua tempat gengnya melakukan meeting.

"Bagaimana hasil meeting kalian?" tanya Boy seraya mendaratkan bokongnya di kursi.

"Begini, Bos, kami sudah sepakat untuk menjagamu dari jarak jauh, setidaknya sampai lukamu benar-benar pulih, dan untuk saling berkomunikasi, kita pakai earpiece saja yang selalu on, jadi kita bisa langsung turun tangan jika ada kondisi darurat."

Ifan menjelaskan hasil meeting yang mereka sepakati dengan begitu detail, awalnya Boy sedikit keberatan jika harus selalu diikuti selama beberapa hari, tapi setelah mendengar penjalasan Ifan, laki-laki itu mulai mengerti.

***

Malam telah tiba, Boy tidak kembali ke rumahnya usai melakukan meeting. Berdiam diri di rumah yang sepinya melebihi kuburan terkadang membuatnya enggan untuk tinggal, belum lagi jika ia harus bertemu dengan sang ayah yang begitu acuh bagaikan orang yang tak saling mengenal.

Sesuai dugaannya, gadis yang telah ia ketahui namanya melalui Ifan kini benar-benar datang untuk bekerja di cafe sang ayah. Ingin sekali rasanya ia menghampiri gadis yang sudah mengganggu pikirannya itu, tapi ia sadar, penampilannya yang tampak seperti preman bisa saja membuat gadis itu takut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melihat dari kejauhan.

Selama beberapa jam, Boy tak pernah mengalihkan perhatiannya dari gadis itu, ia akan ikut tersenyum saat melihat gadis itu melayangkan senyuman kepada para pelanggannya.

"Duh, ini jantung kenapa lagi yah? Apa iya aku terkena serangan jantung diusia muda gini? Tidak-tidak, aku belum ingin mati, aku ingin nikahin dia dulu," monolog Boy seraya meraba dadanya yang terasa berdebar.

Tanpa sadar, beberapa karyawan tertawa melihat tingkah tuan muda mereka yang mereka duga baru pertama kali merasakan jatuh cinta itu.

"Kenapa tertawa? Mau kalian kupecat?" ancam Boy dengan tatapan tajam saat menyadari hal itu, membuat para karyawan itu segera bubar. Bagai dua karakter berbeda yang ada dalam satu tubuh, bisa terlihat begitu peduli dan begitu menakutkan di waktu yang hampir sama.

Hari semakin larut, para karyawan cafe itu telah pulang satu persatu. Tak terkecuali Khaira yang kini sedang berjalan menuju motornya di parkiran. Boy diam-diam juga segera menaiki motornya yang terparkir di tempat khusus, tak lupa ia mengenakan topi hitam dan masker hitam untuk menutupi identitasnya.

Laki-laki itu mulai menjalankan motornya tepat beberapa saat setelah Khaira berlalu pergi. Namun, baru saja Boy hendak keluar dari halaman cafe, tiba-tiba sebuah motor besar melaju dengan cepat lewat tepat di hadapannya.

"Anton?" gumam Boy yang mengenali siapa pemilik motor itu.

Rasa penasaran kepada Khaira kini bertambah dengan rasa waspada terhadap Anton. Boy mulai melajukan motornya meninggalkan cafe seraya memperhatikan sekeliling jika saja anak buah Anton kembali mengepungnya, tapi dugaan laki-laki itu salah. Anton bergerak sendiri, ia bahkan tidak menyadari keberadaan Boy di belakangnya.

Ingin sekali rasanya Boy membalas dendam atas apa yang baru-baru ini dilalukan Anton kepadanya, tapi segera ia urungkan karena niatnya untuk menjaga Khaira kali ini begitu kuat.

Hingga beberapa menit berlalu, Boy mulai merasa aneh karena sepanjang perjalanan Anton masih saja berada di jalur yang sama dengannya dan Khaira, bahkan saat Khaira berbelok ke gerbang perumahan tempat tinggalnya, Anton juga ikut berbelok. Laki-laki itu semakin terkejut saat melihat Anton menghentikan motor tepat ketika Khaira sudah memasuki pagar rumahnya.

Ada apa ini? Apa dia juga mengikuti Khaira? Apa dia juga penasaran dengan gadis itu sama sepertiku?

Pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikiran Boy bagai kereta api. Tapi mengingat geng Anton adalah geng yang memang suka mengganggu anak gadis, membuat Boy kini merasa khawatir dengan keselamatan Khaira.

***

Khaira menutup tirai gorden dengan segera karena begitu kaget. Berada di rumah seorang diri dan mendapati jika dirinya sedang dibuntuti orang asing tentu membuat gadis itu sedikit takut. Ketakutan gadis itu semakin bertambah manakala terdengar suara ketukan pintu di depan rumahnya.

"Siapa yang ingin bertamu jam begini?" lirih Khaira lalu berjalan cepat untuk mengintip dengan hati-hati. Benar saja, orang yang berdiri di depan rumahnya saat ini adalah orang yang sejak tadi mengikutinya.

Tok tok tok

Lagi-lagi suara ketukan pintu yang kesekian kalinya terdengar, makin lama makin terdengar makin kuat. Membuat suasana di sekitar Khaira kini terasa menegangkan, belum lagi jantungnya yang semakin berdebar tidak keruan hingga keringat dingin yang mulai membasahi pelipisnya.

"Khaira!"

Khaira kini terkejut saat mendengar panggilan seorang perempuan diluar sana. Batinnya semakin dirundung rasa penasaran dan takut secara bersamaan. Seingatnya, orang yang sejak tadi membuntutinya hingga mengetuk rumahnya adalah laki-laki, lalu siapa sebenarnya yang ada diluar sana sekarang?

Khaira meringkuk di belakang pintu untuk menenangkan diri. Meski ia penasaran, ia memutuskan untuk tidak lagi mengintipnya apalagi sampai membukanya. Namun, setelah beberapa menit kemudian, kini tak ada lagi suara, baik suara perempuan ataupun laki-laki. Bahkan suara ketukan pintu pun kini tak ada lagi.

Bugh

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

tukang nyimak

tukang nyimak

bacaan bagus dan konflik keluarga

2023-04-27

3

Ria dardiri

Ria dardiri

lanjut ka

2023-04-26

2

Ria dardiri

Ria dardiri

wes a ilang 🤔

2023-04-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sang Ketua Geng
2 Bab 2 - Sang Gadis Baik
3 Bab 3 - Siapa Dia?
4 Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5 Bab 5 - Keluarga
6 Bab 6 - Sugar Duda
7 Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8 Bab 8 - Rasa Lega
9 Bab 9 - Rasa Empati
10 Bab 10 - Penakluk Hati
11 Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12 Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13 Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14 Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15 Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16 Bab 16 - Khaira Hilang
17 Bab 17 - Kedatangan Boy
18 Bab 18 - Pindah
19 Bab 19 - Menjadi Tersangka
20 Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21 Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22 Bab 22 - Hadiah dari Abah
23 Bab 23 - Cantik
24 Bab 24 - Dia sudah Menikah
25 Bab 25 - Gadis Istimewa
26 Bab 26 - Berbicara Berdua
27 Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28 Bab 28 - Dia Berubah
29 Bab 29 - Lulus Kuliah
30 Bab 30 - Ancaman Boy
31 Bab 31 - Melihatnya Kembali
32 Bab 32 - Jika Takdir ...
33 Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34 Bab 34 - Kembalilah Dulu
35 Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36 Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37 Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38 Bab 38 - Sholat Istikharah
39 Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40 Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41 Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42 Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43 Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44 Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45 Bab 45 - Belajar Ikhlas
46 Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47 Bab 47 - Sapu Tangan
48 Bab 48 - Ibu
49 Bab 49 - Ngidam Khaira
50 Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51 Bab 51 - Kedatangan Anton
52 Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Sang Ketua Geng
2
Bab 2 - Sang Gadis Baik
3
Bab 3 - Siapa Dia?
4
Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5
Bab 5 - Keluarga
6
Bab 6 - Sugar Duda
7
Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8
Bab 8 - Rasa Lega
9
Bab 9 - Rasa Empati
10
Bab 10 - Penakluk Hati
11
Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12
Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13
Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14
Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15
Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16
Bab 16 - Khaira Hilang
17
Bab 17 - Kedatangan Boy
18
Bab 18 - Pindah
19
Bab 19 - Menjadi Tersangka
20
Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21
Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22
Bab 22 - Hadiah dari Abah
23
Bab 23 - Cantik
24
Bab 24 - Dia sudah Menikah
25
Bab 25 - Gadis Istimewa
26
Bab 26 - Berbicara Berdua
27
Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28
Bab 28 - Dia Berubah
29
Bab 29 - Lulus Kuliah
30
Bab 30 - Ancaman Boy
31
Bab 31 - Melihatnya Kembali
32
Bab 32 - Jika Takdir ...
33
Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34
Bab 34 - Kembalilah Dulu
35
Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36
Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37
Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38
Bab 38 - Sholat Istikharah
39
Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40
Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41
Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42
Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43
Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44
Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45
Bab 45 - Belajar Ikhlas
46
Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47
Bab 47 - Sapu Tangan
48
Bab 48 - Ibu
49
Bab 49 - Ngidam Khaira
50
Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51
Bab 51 - Kedatangan Anton
52
Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!