Bab 6 - Sugar Duda

"Papa, Mama, Om, Tante dan bocil-bocilku?" ujar Khaira dengan mata yang berbinar menyambut kedatangan kedua orang tua, om, tante, dan para bocah yang merupakan adik dan sepupunya. Satu per satu ia peluk dan meluapkan rasa rindu yang selama ini ia pendam.

"Anak papa ini kayaknya makin dewasa aja. Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Zafran seraya mengusap pucuk kepala Khaira.

"Alhamdulillah, baik, Pa. Ayo masuk, di sini dingin."

"Dari tadi kek, hampir aja om jadi frozen man di sini," celetuk Akmal langsung ikut masuk setelah Zafran.

"Bagus dong, Om. Tinggal goreng aja berarti," timpal Khaira tertawa yang seketika mendapat sentilan di dahinya.

"Aduh," ringis Khaira seraya mengusap dahinya yang kini kemerahan.

"Rasakan, makanya jadi anak gadis itu jangan tengil," ujar Akmal.

"Ish, Om apaan sih! Tante Aisyah, lihat Om Akmal nih, masa aku dikatain tengil." Khaira memasang wajah cemberut lalu memeluk Aisyah, tapi bukanya membela, wanita itu malah tertawa melihat suami dan keponakannya yang selalu saja ribut saat bertemu.

Berbeda dengan Aisyah, Zafran dan Ainun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd antara om dan keponakan yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.

Khaira begitu bahagia menyambut pagi yang terasa hangat. Kedatangan keluarganya yang mendadak bagaikan obat yang mampu mengobati rasa rindu serta menghilangkan rasa takut yang tadi sempat menderanya.

"Nak, gimana sekolahnya?" tanya Ainun.

"Alhamdulillah, lancar, Ma."

"Ra, kamu belum tertarik gitu sama cowok? Om tahu sekolah kamu itu khusus perempuan, tapi pasti ada aja anak laki-laki yang menyukaimu hanya dari melihatmu sepintas, iya 'kan?" celoteh Akmal.

"Husss, apaan sih kamu, Mal. Khaira itu masih kecil, belum saatnya dia tertarik sama cowok, kalau pun ada, dia nggak boleh berurusan dengan Khaira sebelum minta izin ke aku selaku papanya," ujar Zafran tegas.

"Iya, Pa."

"Kamu dengar, Ra? Kalau pun ada, suruh dia minta izin ke Papamu," bisik Akmal.

"Akmal." Zafran kini menatap tajam adik sepupunya yang suka sekali mempengaruhi anak gadisnya itu, meski ia tahu semua hanya bercanda.

***

Di tempat lain, tampak sebuah keluarga besar sedang sarapan bersama. Mereka terdiri dari dua orang wanita paruh baya, tiga orang pria paruh baya, dan tiga orang laki-laki muda yang seusia.

"Jadi, bagaimana sekolahmu, Boy? Tante dengar dari Ayahmu, kamu masih betah sekolah di SMA?" tanya salah satu wanita itu.

Boy refleks menoleh ke ayahnya yang masih fokus makan. "Di SMA seru tante, jadi Boy betah di sana," jawabnya beralasan.

"Mau sampai kapan kamu di sana, usia kamu itu udah hampir kepala dua loh, sepupu kamu aja bentar lagi KKN, lah kamu? Ckckckck." Tatapan meremehkan dari semua yang ada di sana kini mengarah kepadanya.

"Bener, Boy. Lihat aja David dan Willy, mereka itu teman main kamu dulu, kalian seumuran, tapi kenapa sekarang kamu malah tertinggal, kedua sepupu kamu ini udah mau selesai, bahkan David udah menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan tempat magangnya kemarin, kamu? Boro-boro kuliah, lulus SMA aja belum."

Boy tertunduk mendengar perkataan kedua bibinya yang justru membuatnya semakin tersudut.

"Hey, Boy, apa kau ingin aku bimbing dalam belajar? Setidaknya tahun ini kau lulus dan tidak menjadi siswa abadi atau siswa legend" Seluruh orang di meja itu seketika tertawa, tak terkecuali sang ayah yang ikut tertawa, membuat Boy semakin merasa tidak di hargai.

"Aku ke toilet dulu."

Boy benar-benar tidak tahan dengan sikap keluarganya yang selalu membuatnya tampak seperti orang idiot, ingin sekali ia membalas perkataan mereka satu per satu, tapi ancaman sang ayah malam itu membuatnya tak bisa berkutik.

Usai dari toilet, bukannya kembali ke meja makan, Boy langsung menuju motornya yang terparkir di halaman rumah, ia tak berniat lagi mendengar ocehan mereka yang selalu menjatuhkannya.

Boy adalah laki-laki yang keras, tapi hatinya bisa saja terluka karena sikap keluarganya sendiri. Semenjak sang ibu pergi, ia benar-benar patah hati, tak cukup menjadi korban broken home, ia bahkan semakin di acuhkan dan di remehkan oleh keluarga sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi pondasi untuk menguatkan, justru membuatnya semakin hancur.

Puas melajukan motornya, Boy kini memutuskan untuk berhenti di cafe yang selalu menjadi tempat meetingnya bersama teman geng. Dengan langkah cepat ia melangkah ke meja yang berada di pojokan, setidaknya ia bisa menenangkan diri di sana sembari menunggu kedatangan Khaira, gadis yang entah kenapa hanya dengan menatapnya, hati menjadi tenang.

Baru saja Boy duduk, ia sudah dapat melihat gadis itu dari kejauhan. Namun, ada pemandangan yang sedikit menggelitik hatinya saat ini. Bagaimana tidak, saat ini Khaira sedang tidak melayani pelanggan, ia tampak sedang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki dewasa yang usianya sedikit lebih muda dari ayahnya. Meski pun begitu, laki-laki itu telihat sangat tampan dan berkarisma dengan sedikit bulu halus yang menghiasi kedua sisi wajahnya.

Rasa penasaran Boy membawa laki-laki itu ke meja yang letaknya tidak terlalu jauh dari meja tempat Khaira dan laki-laki itu saat ini. Berharap ia dapat menemukan jawaban atas rasa penasarannya dari pembicaraan mereka yang dapat ia dengar.

"Siapa dia? Apa dia ayahnya?" pikirnya. "Tidak-tidak, dia terlalu muda untuk menjadi ayah Khaira, lagi pula kata Ifan, Khaira tidak tinggal bersama orang tuanya di sini," lirihnya seraya menggelengkan kepala.

Tak lama berselang, laki-laki dewasa itu beranjak menuju toilet. Namun, kadatangan seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 11 tahun semakin membuatnya penasaran.

"Siapa lagi mereka? Apa dia anak dari laki-laki tadi? Oh my God, apa jangan-jangan dia sugar dudanya Khaira? lirih laki-laki itu semakin bimbang dan menerka-nerka.

"Siapa kamu? Kalau memang aku sugar dudanya, ada urusan apa denganmu? Apa kamu sedang memata-matainya?"

Bagai tersengat listrik, tubuh Boy seketika terasa kaku saat menyadari laki-laki dewasa tadi kini sudah berada di belakang dan langsung duduk di hadapannya.

"Jadi benar, Om sugar dudanya Khaira?" cicit Boy, seolah nyalinya menciut karena mendapat tatapan tajam dari laki-laki di hadapannya.

"Katakan siapa kamu? Kamu sudah tertangkap basah memata-matai, aku akan melaporkanmu ke polisi."

Bukannya menjawab rasa penasaran Boy, laki-laki yang ia duga sugar duda itu justru melayangkan sebuah ancaman kepadanya. Tak terima dengan ancaman itu, Boy segera bangkit dari duduknya.

"Om juga bisa saya laporkan atas hubungan terlarang Om dengan gadis di bawah umur seperti Khaira." Boy ikut menatap tajam laki-laki itu tanpa rasa takut sedikit pun.

"Astaga anak ini benar-benar tidak tahu sopan-santun," gerutu laki-laki dewasa itu.

"Ada apa dengan kalian?" Suara lembut dari samping mereka seketika mengalihkan atensi dua laki-laki beda usia itu.

"Khaira, kamu tahu? Sejak tadi dia memata-matai kamu."

"Om jangan sembarangan bicara yah, Khaira, bersiaplah, aku akan mengantarmu pulang, jangan mau termakan omongan manis laki-laki tua ini."

Mata Khaira seketika membola mendengar perkataan Boy. Ia tak hanya terkejut karena Boy mengetahui namanya, tapi juga karena perkataannya yang begitu kasar kepada sang ayah.

"Eh, jaga bicaramu yah, laki-laki tua apaan, dia ini Papaku."

Tatapan tajam Boy seketika hilang entah kemana, dia beralih menatap Khaira dengan wajah yang kini terlihat pucat.

"Ja-jadi di-dia be-beneran Pa-pamu?" tanya Boy terbata-bata, entah kenapa lidahnya kini terasa kelu, bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara saja terasa begitu berat baginya.

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

LENY

LENY

waduh salah kaprah jamu Boy😅

2024-12-27

0

Eva Karmila Ajjah

Eva Karmila Ajjah

owh khaira itu anak zafran di dermaga cinta aisyah

2023-10-06

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Noh rasain tuh,Malu kan?? Cie cie.. bisa langsung kenalan sama Camer tuh 😃😃😜😜

2023-08-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sang Ketua Geng
2 Bab 2 - Sang Gadis Baik
3 Bab 3 - Siapa Dia?
4 Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5 Bab 5 - Keluarga
6 Bab 6 - Sugar Duda
7 Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8 Bab 8 - Rasa Lega
9 Bab 9 - Rasa Empati
10 Bab 10 - Penakluk Hati
11 Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12 Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13 Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14 Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15 Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16 Bab 16 - Khaira Hilang
17 Bab 17 - Kedatangan Boy
18 Bab 18 - Pindah
19 Bab 19 - Menjadi Tersangka
20 Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21 Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22 Bab 22 - Hadiah dari Abah
23 Bab 23 - Cantik
24 Bab 24 - Dia sudah Menikah
25 Bab 25 - Gadis Istimewa
26 Bab 26 - Berbicara Berdua
27 Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28 Bab 28 - Dia Berubah
29 Bab 29 - Lulus Kuliah
30 Bab 30 - Ancaman Boy
31 Bab 31 - Melihatnya Kembali
32 Bab 32 - Jika Takdir ...
33 Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34 Bab 34 - Kembalilah Dulu
35 Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36 Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37 Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38 Bab 38 - Sholat Istikharah
39 Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40 Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41 Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42 Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43 Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44 Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45 Bab 45 - Belajar Ikhlas
46 Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47 Bab 47 - Sapu Tangan
48 Bab 48 - Ibu
49 Bab 49 - Ngidam Khaira
50 Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51 Bab 51 - Kedatangan Anton
52 Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Sang Ketua Geng
2
Bab 2 - Sang Gadis Baik
3
Bab 3 - Siapa Dia?
4
Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5
Bab 5 - Keluarga
6
Bab 6 - Sugar Duda
7
Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8
Bab 8 - Rasa Lega
9
Bab 9 - Rasa Empati
10
Bab 10 - Penakluk Hati
11
Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12
Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13
Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14
Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15
Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16
Bab 16 - Khaira Hilang
17
Bab 17 - Kedatangan Boy
18
Bab 18 - Pindah
19
Bab 19 - Menjadi Tersangka
20
Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21
Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22
Bab 22 - Hadiah dari Abah
23
Bab 23 - Cantik
24
Bab 24 - Dia sudah Menikah
25
Bab 25 - Gadis Istimewa
26
Bab 26 - Berbicara Berdua
27
Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28
Bab 28 - Dia Berubah
29
Bab 29 - Lulus Kuliah
30
Bab 30 - Ancaman Boy
31
Bab 31 - Melihatnya Kembali
32
Bab 32 - Jika Takdir ...
33
Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34
Bab 34 - Kembalilah Dulu
35
Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36
Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37
Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38
Bab 38 - Sholat Istikharah
39
Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40
Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41
Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42
Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43
Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44
Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45
Bab 45 - Belajar Ikhlas
46
Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47
Bab 47 - Sapu Tangan
48
Bab 48 - Ibu
49
Bab 49 - Ngidam Khaira
50
Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51
Bab 51 - Kedatangan Anton
52
Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!