Kamu itu bagai cahaya di tengah gelapnya malam, bagai penyejuk di tengah panasnya siang. Terima kasih telah memberiku kesempatan berteman denganmu, meski aku tahu kamu selalu menjaga batas dan jarak denganku.
Kamu tahu? Bisa bercengkrama denganmu saja aku sangat bahagia. Jika di beri kesempatan, aku ingin sekali memilikimu, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana karena semua ini adalah hal yang baru untukku. Kamu adalah yang pertama bagiku, dan kuharap kamu juga yang terakhir bagiku.
(Boy Anderson)
________________________________________
Suasana di depan sekolah seketika terasa sunyi. Khaira bisa mendengar perkataan Boy beberapa detik yang lalu dengan begitu jelas, tapi entah kenapa ia ingin mendengarnya lagi, seolah-olah mendengar satu kali saja rasanya tidak cukup.
"Sejak pertama bertemu denganmu, hatiku langsung luluh oleh seorang gadis, dan itu hanya kamu. Sejak saat itu juga aku tidak ingin jauh dari kamu, aku ingin selalu berada di dekatmu, dengan begitu aku juga bisa menjagamu," ungkap Boy setelah sekian lama ia memendamnya selama ini.
Jangan tanyakan jantungnya saat ini, karena sudah pasti terasa seperti bedug masjid pertanda buka puasa yang kecepatannya bertambah berkali-kali lipat.
Khaira terdiam dengan wajah merona merah mendengar ungkapan Boy yang tidak pernah ia duga. Ini adalah pertama kali baginya mendengar ungkapan seperti itu, sehingga membuatnya bingung mengenai apa yang harus ia katakan untuk membalas perkataan laki-laki di hadapannya.
"Ra, apa kamu mendengarku?" tanya Boy karena Khaira sama sekali tidak memberikan balasan apa pun terhadap ungkapannya itu
"Iya, aku mendengarnya," jawab Khaira singkat dan sedikit canggung tentu saja.
Ingin sekali rasanya Khaira segera pergi karena suasana saat ini membuatnya semakin tidak nyaman. Ia tidak ingin memberi harapan, pun tak ingin menyakiti hati orang.
Suara adzan yang menggema siang itu bagai penolong untuk Khaira. Kini ia memiliki alasan untuk segera pergi dan menghindari pembahasan tadi.
"Sudah adzan, aku pergi dulu." Tanpa menunggu balasan dari Boy, Khaira segera berjalan cepat menghampiri motornya.
Boy membuang napas lesu seraya menatap Khaira yang semakin menjauh. Sejujurnya ia sangat berharap ungkapannya bisa disambut baik oleh Khaira, karena setelah melalui beberapa hari berteman, ia semakin menyukai kepribadiannya yang baik, rasa ingin memiliki pun hadir dalam hati seiring berjalannya waktu.
Tak ingin kehilangan Khaira yang semakin menjauh, ia pun segera menghampiri motornya dan mengikuti Khaira dari belakamg sesaat setelah gadis itu meninggalkan halaman sekolah.
Dahi Boy mengerut saat melihat Khaira membelokkan motornya ke sebuah masjid yang berada tidak jauh lagi dari rumahnya.
"Mau ngapain di situ?" teriak Boy karena Khaira kini sudah memarkirkan motornya di halaman masjid, sementara ia masih berada di pinggir jalan.
"Kamu nggak dengar panggilan itu?" Khaira menunjuk ke atas di mana terdapat toa masjid yang mengeluarkan suara adzan.
Boy adalah anak yang lahir dalam keluarga beragama Islam, tapi menjadikan kesuksesan dunia adalah prioritas utama mereka. Oleh sebab itu, meski Boy jelas tahu bahwa itu adalah suara adzan atau panggilan sholat, ia tak pernah memiliki keinginan untuk memenuhi panggilan itu.
"Aku dengar," jawab Boy santai.
"Terus kenapa kamu masih diam di situ?" Khaira menautkan kedua alisnya melihat sikap Boy.
"Apa aku juga harus sholat?" Boy membuka jaket kulitnya dan memperlihatkan sebuah tato sayap berwarna hitam di sepanjang lengan tangan kanannya.
"Aku pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa sholatku tidak akan di terima karena aku memiliki tato," ujar Boy.
Khaira melihat jelas tato itu, ia melangkah menghampiri Boy hingga jarak mereka tinggal 150 sentimeter. "Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang, jika kamu ingin bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak lagi membuat tato di tubuhmu insya Allah sholatmu akan diterima. Allah bukannya tidak menyukai keindahan seni seperti yang ada di lenganmu itu, hanya saja Allah mencintai hambaNya sehingga Dia melarang kita melakukan sesuatu yang bisa menyakiti diri seperti membuat tato."
"Tapi kata orang tatoku harus dihapus, Ra."
"Jika memang kamu yakin saat menghapus tato tidak menimbulkan bahaya yang fatal bagi tubuhmu, lebih baik di hapus. Namun, jika kamu khawatir jika menghapus tato justru akan menimbulkan bahaya bagi tubuhmu, maka kamu tidak wajib menghapusnya, Allah tidak akan menyulitkan hambaNya yang ingin bertobat, Boy."
Bagai diguyur air dingin, hati Boy terasa begitu sejuk mendengar penjelasan Khaira. Khaira bukanlah orang pertama yang menasehatinya, tapi di antara mereka, hanya Khaira yang mampu memberikan jawaban dari pertanyaannya tanpa menyalahkan atau menyudutkan dirinya.
"Aku akan masuk lebih dulu kalau begitu." Khaira segera pergi meninggalkan Boy yang masih diam di tempatnya. Laki-laki itu sedang meyakinkan diri sebelum ia membulatkan keputusannya.
"Aku akan memikirkannya dulu, Ra. Maafkan aku." Boy melajukan motornya meninggalkan masjid, tanpa ada keinginan masuk ke dalam.
Khaira yang melihat Boy pergi dari dalam masjid hanya bisa membuang napas lesu. "Semoga Allah melembutkan hatimu, Boy," lirihnya.
Memang tidak mudah menerima sebuah nasehat begitu saja, terlebih hal itu sangat bertolak belakang dengan kebiasaannya selama ini. Namun, selagi masih diberi umur panjang, Khaira berharap Boy bisa berubah meski harus belajar kembali dari 0.
***
Boy dan geng Black Wings saat ini sedang menikmati malam mereka di sebuah club malam. Lagu disko terdengar menggema diruangan itu, semua pengunjung di club malam itu tampak bergoyang bebas mengikuti irama lagu, baik laki-laki maupun perempuan.
Berbeda dengan mereka, seperti biasa Boy lebih memilih duduk di dekat meja bar sambil merok0k. Sesekali ia melihat keadaan para anggotanya yang sedang asik bergoyang bersama, ada yang bersama kekasihnya, tapi ada juga yang sendiri.
"Hai, sendirian aja." Suara seorang gadis dari samping seketika membuat Boy menoleh ke sumber suara.
"Bukankah kamu yang tadi di sekolah?" tanya gadis itu.
Boy mengerutkan dahinya karena merasa tidak begitu asing dengan gadis di sampingnya. "Kamu?"
"Aku teman Khaira yang tadi kamu pegang tangannya."
"Oh, kamu yang tadi ingin menarik jilbabnya yah?" Boy kini sudah mengingat dengan jelas siapa gadis itu.
"Kamu salah paham, tadi kami hanya sedang latihan drama untuk kegiatan kelas kami minggu depan. Kami itu teman baik kok di kelas," ujar gadis itu berbohong dan Boy tidak merespon apa pun, laki-laki itu hanya diam dan kembali merokok tanpa melihat ke arahnya.
Merasa diacuhkan, gadis itu meminta segelas minuman beralkohol kepada seorang bartender lalu ia sajikan dihadapan Boy. "Minumlah, sebagai teman Khaira, aku akan traktir kamu minuman, siapa tahu kita bisa dekat," ujar gadis itu, tapi bukannya berterima kasih Boy hanya diam dan melihat sekilas tanpa berniat meminumnya.
"Oh iya, kita belum kenalan, namaku Silvi, nama kamu siapa?" Tak ingin menyerah, gadis itu mengajak Boy berkenalan seraya mengulurkan tangannya, tapi jangankan menyambut tangan Silvi, Boy bahkan tak menoleh sedikit pun ke arahnya.
"Bos, aku punya kabar penting," panggil Ifan yang tiba-tiba datang menghampiri Boy.
"Ada apa?" tanya Boy kini duduk membelakangi Silvi, membuat gadis itu kembali menarik tangannya karena tak mendapat sambutan dari Boy. Rasanya ia begitu malu karena banyak yang melihatnya diacuhkan oleh Boy.
"Mata-mata kita di geng Brandalz di hajar habis-habisan karena ketahuan. Sekarang dia ada di rumah sakit," bisik Ifan.
"Apa? Ayo kita ke sana." Boy dan para anggota Black Wings bergegas meninggalkan club malam dan langsung menuju ke rumah sakit saat itu juga.
Kini tinggal Silvi seorang yang duduk di dekat meja bar. Sesekali ia meminum minumannya sambil memikirkan sesuatu.
"Bos? Apakah itu namanya atau julukannya?" monolog Silvi penasaran.
"Kak, apa kakak tahu nama cowok yang tadi duduk di sampingku?" Silvi kini bertanya pada bartender yang sibuk meracik minuman.
"Oh, cowok tadi itu pelanggan setia kami, kalau tidak salah namanya Boy," jawab bartender itu.
"Jadi namanya Boy," lirih Silvi dengan senyuman yang tersungging di wajahnya. "Tidak sia-sia aku keluar dari kamar diam-diam dan pergi ke sini, aku jadi bertemu dan tahu nama cowok tampan itu."
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
LENY
KL BOY TAHU SILVI ADIK ANTON MAKIN GAK DIGUBRIS BOY KAMU SILVI
2024-12-27
0
Sulaiman Efendy
BOY BLM TAU TU KLO SILVI ADIKNYA ANTON. DN SILVI BLM TAU KLO BOY MUSUH ABANGNYA
2023-09-25
1
Sulaiman Efendy
BETUL KATA KHAIRA, ITULH INDAHNYA ISLAM, MREKA MRANGKUL, BKN MMVONIS, HINGGA BUAT ORG JDI MALAS KENAL ISLAM, ISLAM TDK MMBERATKN, TPI JGN MRINGANKN DN MREMEHKN, ISLAM ITU MMPERMUDAH, TPI JGN MEMUDAH2KN. BNYK ORG ENGGAN BRTAUBAT KRN OKNUM2 ORG2 ISLAM ATAU USTADZ2 SOK ALIM YG LGSUNG MMVONIS, PADAHAL ALLAH ITU MAHA PENGAMPUN & PEMAAF, ALLAH LBH SUKA KPADA PARA PENDOSA YG INGAT DOSANYA DN INGIN BRTAUBAT, DRIPADA ORG2 SHOLEH, TPI SOMBONG DN LISANNYA TAJAM
2023-09-25
2