Pagi hari di sekolah khusus putri, semua siswi berkumpul di halaman sekolah untuk melakukan apel di hari pertama mereka sekolah setelah libur selama beberapa hari. Beberapa guru berbicara di depan untuk memberikan sambutan dan arahannya.
Usai apel, semua siswi dibubarkan untuk kembali ke kelas mereka masing-masing, termasuk Khaira dan Shaza. Kedua gadis itu kini berjalan beriringan memasuki kelas seraya bercerita. Namun, karena keasikan bercerita, Khaira maupun Shaza sama sekali tidak menyadari jika ada sepasang mata yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan tajam.
Seorang gadis yang sejak tadi menatapnya itu rupanya sedang menunggu momen yang tepat agar ia bisa melakukan sesuatu, saat Khaira sudah berada disampingnya, dengan gerakan cepat gadis itu memanjangkan kaki ke samping hingga membuat Khaira tersandung dan jatuh ke lantai.
"Auw," pekik Khaira saat merasakan sakit di lututnya.
"Oops, maaf sengaja," ucapnya diiringi senyuman puas.
Shaza yang baru saja menolong Khaira berdiri merasa kesal dengan perkataan gadis itu. "Eh, maksudmu apa, Silvi? Kamu ada masalah apa sama Khaira sampai ngelakuin ini padanya?"
"Tidak ada apa-apa, hanya ingin bersenang-senang saja," jawab Silvi begitu santai tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Shaza yang semakin kesal dibuatnya akhirnya hendak kembali membuka suara, tapi dengan cepat Khaira mencegahnya lalu memberi kode untuk segera duduk di tempat mereka tanpa meladeninya.
"Gila dia, tidak ada angin tidak ada hujan langsung cari gara-gara," gerutu Shaza saat mereka sudah duduk di bangku mereka.
"Sabar aja dulu, lagi pula jika meladeninya justru akan membuat kelas semakin ribut, sebentar lagi guru akan datang loh," balas Khaira tenang.
"Tapi, Ra, kamu jangan lembek gitu dong, yang ada nanti dia semakin menindas kamu."
"Aku tidak lembek, Sa. Aku hanya tidak ingin memperbesar masalah dengan berdebat hingga bertengkar. Bukankah melawan api dengan api hanya akan menambah kobarannya? Cukup dia saja yang menunjukkan kebencian, aku cukup mengambil pelajaran untuk hari ini, setidaknya besok-besok aku bisa lebih berhati-hati lagi."
Shaza membuang napas lesu, ia tidak terima dengan sikap Silvi kepada sahabatnya, tapi ia juga membenarkan sikap Khaira yang bisa lebih sabar dan tenang dibanding dirinya.
Beberapa jam kini telah berlalu, semua siswi di sekolah khusus perempuan itu mulai pulang satu per satu. Khaira dan Shaza pulang bersama dengan mengendarai motor matic milik Khaira. Antara rumah dan sekolah jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sebelum mereka sampai.
Akan tetapi, belum juga mereka sampai, motor yang dikemudikan Khaira tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Gadis berhijab itu merutuki kebodohannya karena tak pernah memeriksa indikator BBM di motornya yang ternyata sudah menunjukkan tanda kehabisan BBM.
Khaira benar-benar tidak menyangka jika bensin dimotornya sudah habis, pasalnya baru saja tadi pagi ia mengisi bensin motornya hingga full, bagaimana mungkin bensinnya langsung habis begitu saja?
Tak adanya POM bensin di sekitar jalan itu, di tambah suasana jalan yang sedikit sepi, membuat kedua gadis itu mau tidak mau harus mendorong motornya. Akan tetapi, belum jauh mereka mendorong, beberapa laki-laki bermotor besar berhenti di dekatnya.
"Motornya mogok yah?" tanya salah satu pemotor yang berada di barisan paling depan yang tidak lain adalah Anton.
"Iya, Kak. Bensinnya habis," jawab Khaira sembari tetap mendorong motornya berusaha menghindari pemotor yang wajahnya seperti tidak asing baginya.
"Oh pantas, orang kami yang kuras tadi kok," balas Anton lalu tertawa, diikuti teman-teman pemotornya yang lain.
"Apa? Kalian yang kuras habis bensin di motorku?" Khaira menghentikan motornya untuk memastikan apa yang baru saja ia dengar dari laki-laki bergaya preman itu.
"Iya, kenapa? Marah yah?"
Khaira membuang napas kasar, lalu memberi kode kepada Shaza untuk mendorong motornya lebih cepat. Mendengar penuturan laki-laki tadi, ditambah keadaan motornya yang memang sudah tidak memiliki bensin lagi, membuat gadis itu merasakan firasat buruk.
Sambil mendorong motor, Khaira meminta Shaza untuk menghubungi polisi yang sekiranya bisa segera menolongnya jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi padanya.
"Hei cantik, mau kemana kalian?" panggil Anton tapi tak digubris oleh Khaira yang kini semakin mempercepat jalannya.
"Dasar gadis sombong." Anton memberikan kode kepada teman anggota gengnya untuk merempas motor Khaira.
Khaira dan Shaza tak bisa berkutik saat motornya di rampas, kedua gadis itu memutuskan untuk melarikan diri menjauhi para pemotor yang ia curigai adalah geng motor yang sering membuat resah warga.
Bagai singa yang tak ingin kehilangan mangsanya, Anton dan anggota gengnya kembali melajukan motor untuk mengejar kedua gadis itu dan meninggalkan motor yang tadi mereka rampas begitu saja, bukan motor yang menjadi incaran mereka saat ini, melainkan Khaira. Namun, saat motor mereka semakin dekat, beberapa motor lain tiba-tiba muncul dari jalan lain dan berhenti tepat di depan mereka.
"Hei, minggir kalian!" teriak Anton begitu kesal.
Khaira dan Shaza yang mendengar teriakan Anton seketika berbalik untuk melihat apa yang terjadi. Ada rasa lega yang Khaira rasakan saat melihat Boy ada disana dan menghadang motor-motor itu dengan motornya.
Bukannya menjawab perintah Anton, Boy justru menoleh ke arah Khaira dan mengerlingkan matanya dengan gaya yang cukup mempesona. Berbeda dengan Shaza yang sedikit terpesona, Khaira justru merasa geli dengan kerlingan mata Boy karena seumur hidup ia baru pertama kali melihat laki-laki melakukan itu padanya.
Khaira dan Shaza kini memilih segera pergi mencari tempat yang aman tapi tidak terlalu jauh, setidaknya mereka bisa kembali mengambil motornya saat geng motor Anton telah pergi.
Setelah kepergian Khaira dan Shaza, Boy kembali menoleh ke arah Anton dengan tatapan yang seketika berubah 180 derajat, tatapan tajam dan marah kini ia tujukan kepada laki-laki yang merupakan musuhnya itu.
"Berhentilah mengganggu gadis yang tidak bersalah, dasar pecundang," sarkas Boy.
"Eh, jangan ikut campur kau, urus saja urusanmu sendiri, minggir!" gertak Anton merasa sangat kesal.
"Jika kau tetap bersikeras mengganggunya, maka hadapi aku dulu, aku dan kau, hanya berdua." Boy kini mulai menantang.
Anton mengeraskan rahangnya sambil menatap ke arah teman-teman geng di sampingnya.
"Baiklah kalau jika kau memaksa, tapi jangan salahkan aku jika kau tak bisa lagi berjalan, dan ingat, jika aku menang, maka gadis bernama Khaira itu akan menjadi milikku," ujar Anton setelah beberapa detik berpikir.
Wajah Boy seketika berubah saat mendengar nama Khaira. Tidak, ia benar-benar tidak rela jika gadis yang sudah menaklukkan hatinya jatuh di tangan laki-laki lain, tapi ia juga tidak bisa mundur, sebab harga dirinya sedang ia pertaruhkan saat ini.
"Baiklah."
Mereka pun pergi ke tempat biasa yang aman dari jangkauan mata orang lain dan tentu saja aman dari polisi. Namun, sebelum pergi, Boy meminta Ifan untuk mengisi motor Khaira dengan bensin yang telah mereka sediakan sebelumnya karena telah mengetahui rencana Anton.
"Terima kasih," ucap Khaira.
"Iya, sama-sama, silahkan naiklah, aku akan mengikuti kalian untuk memastikan kalian selamat sampai di rumah," ujar Ifan.
"Apa temanmu tadi yang meminta kamu melakukan ini?" tanya Khaira penasaran.
"Iya betul, ini pesan Boy, dia memintaku menjaga kalian," jawab Ifan.
"Oh jadi namanya Boy," batin Khaira sembari mengangguk pelan.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
tina yusuf
hi kak aku sdh mampir ,jgn lupa mampir jg k aku
2023-05-14
1
Ria dardiri
kasihan jg sm si boy ,,semoga anton dak berbuat licik,,kok perasaan dak enak😀😁
2023-05-01
2
Ria dardiri
untung dewa penolong dtng😉
2023-05-01
2