Malam itu di rumah sakit, tampak seorang laki-laki diikuti dengan beberapa laki-laki lain di belakangnya berjalan dengan langkah cepat menuju ke sebuah kamar. Kamar di mana seseorang sedang terbaring lemah dengan wajah yang penuh luka, leher yang menggunakan alat penyangga leher dan kaki yang menggunakan gips.
"Apa yang mereka lakukan pada Danu hingga bisa seperti ini?" Boy sangat prihatin melihat keadaan anggota gengnya itu.
"Mereka mengeroyok lalu sengaja menabraknya dengan motor mereka," jawab salah satu anggota yang berhasil lolos dari keganasan geng Brandalz.
Boy mengusap wajahnya dengan kasar. Sudah hampir lima tahun ia menjadi bagian dari geng motor, tapi tak pernah sekali pun ia menghajar lawannya dengan begitu kejam seperti ini.
"Bagaimana bisa dia ketahuan?" Boy kembali bertanya.
"Aku juga tidak tahu, tapi mungkin Bos bisa cek langsung di ponselnya." Boy menerima ponsel Danu lalu menyimpannya di saku celanannya.
"Kalian pulanglah, aku yang akan menjaga Danu malam ini."
"Tapi, Bos, apa tidak sebaiknya kita mengabari keluarganya?"
"Anak geng motor seperti kita mana ada keluarga, kalau pun ada, mereka tidak peduli, bahkan bisa saja mereka malah menyalahkan kita atas hal buruk yang kita alami saat ini."
Mereka semua kini menganggukkan kepala membenarkan apa yang Boy katakan, sebab tak hanya sang bos, mereka pun berasal dari keluarga broken home hingga yatim piatu yang tidak memiliki seseorang yang peduli.
Setelah para anggota geng motornya pulang, Boy memutuskan untuk duduk dikursi sambil memeriksa ponsel Danu yang tadi ia terima. Awalnya tidak ada yang menarik dari isi ponsel itu, tapi tiba-tiba Boy menghentikan gerakan ibu jarinya saat melihat sebuah video yang direkam beberapa menit sebelum Danu ketahuan.
"Aku curiga Boy memiliki hubungan spesial dengan gadis bernama Khaira itu, Bos," ujar salah satu laki-laki yang duduk di samping Anton.
"Bagus jika seperti itu, berarti sekali bergerak, dua tujuanku terpenuhi. Jika aku menangkap Khaira dan menyiksanya, aku bisa menyingkirkan saingan adikku di sekolah sekaligus membuat Boy menangis darah," ujar Anton diiringi tawanya dan para anggotanya.
Boy mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras setelah melihat video berdurasi beberapa menit yang berhasil di ambil Danu secara diam-diam.
Di video lain, terlihat layar hitam, tapi dari suara video itu, sepertinya Danu mulai ketahuan oleh salah satu anggota Brandalz karena tato dilengannya terlihat saat baju yang ia kenakan tidak sengaja tersingkap.
"Aku tidak akan membiarkan dia menyakiti Khaira."
***
Keesokan harinya, jam sekolah baru saja berakhir, semua siswi mulai bersiap untuk pulang ke rumah, begitu pun dengan Khaira. Saat ia hendak beranjak dari kursinya, Silvi dengan cepat menahan pundak gadis itu hingga kembali duduk.
"Berikan nomor ponsel cowok itu." Silvi menyodorkan ponselnya tepat di hadapan wajah Khaira.
"Cowok siapa?" tanya Khaira masih bingung.
"Cowok tampan yang kemarin menemuimu di halaman sekolah."
Khaira langsung paham siapa laki-laki yang di maksud oleh Silvi. Seketika sebuah ide terlintas dipikirannya. Khaira segera mengambil ponsel Silvi lalu memasukkan nomor ponsel di sana, lalu mengembalikannya.
"Thanks." Silvi segera berlari keluar kelas dengan wajah yang begitu riang.
Sementara Khaira juga ikut tertawa pelan karena berhasil mengerjai gadis itu. Bagaimana tidak, nomor yang baru saja ia berikan tadi adalah nomor tukang bakso langganannya di dekat rumah. Lagi pula bagaimana bisa ia berbagi nomor yang bahkan dia sendiri pun tak punya.
.
.
.
Silvi kini sudah berada di halaman sekolah, sesuai dugaannya, Boy terlihat sedang menunggu Khaira di depan gerbang sekolah dengan menggunakan seragam sekolah yang di balut dengan jaket denim, laki-laki itu duduk di atas motornya sambil memainkan ponsel dengan helm yang sengaja ia lepaskan.
Tanpa ragu sama sekali, Silvi langsung menghampiri laki-laki itu. "Halo, Boy. Kita ketemu lagi."
Boy menoleh ke arah Silvi dengan alis yang hampir bertautan. Ingin sekali ia bertanya kepada gadis itu tentang dari mana ia mengetahui namanya, tapi kemudian ia urungkan.
Sudah berkali-kali Boy mendapati sikap gadis yang begitu agresif seperti Silvi disekolahnya, hingga membuat laki-laki itu muak. Mengajak berbicara sama saja memberikan harapan dan itu yang tidak ingin ia lakukan selain kepada gadis yang memang bisa menaklukkan hatinya seperti Khaira.
Bukannya menatap ke arah Silvi, Boy justru menatap ke halaman sekolah di mana Khaira sedang berjalan dan mengambil motornya. Ada yang berbeda dari gadis itu hari ini, sebuah senyuman yang jarang diperlihatkan Khaira, kini bisa ia lihat dengan bebas, meski senyuman itu bukan ditujukan padanya karena Khaira sama sekali tidak menyadari kehadirannya saat ini.
Tepat setelah Khaira melajukan motorya meninggalkan halaman sekolah, Boy dengan cepat memasang helm. "Aku harus pergi," ucap Boy singkat lalu melajukan motornya meninggalkan Silvi.
.
.
.
Boy melajukan motornya hingga ia sejajar dengan motor Khaira.
Piiip
Boy membunyikan klakson motornya hingga Khaira menoleh ke arahnya.
"Boy? Kamu menguntitku lagi?" tanya Khaira dengan suara yang sedikit meninggi karena keduanya sedang berada di atas motor yang sedang melaju dengan kecepatan pelan.
"Kenapa bertanya? Bukankah sudah kukatakan kalau aku ingin melindungimu," jawab Boy.
"Iya, tapi tidak gini juga kali caranya, kayak bodyguard aja kamu."
"Kenapa tidak? Jika kamu membuka pendaftaran bodyguard, tentu aku akan menjadi pendaftar pertama."
Khaira memutar bola mata jengah mendengar jawaban Boy. Gadis itu kini mempercepat laju motornya meninggalkan Boy. Khaira tidak tahu jika mengejar motornya yang kini melaju kencang adalah hal yang sangat mudah bagi Boy.
"Ra, kurangi kecepatan motormu, bahaya!" teriak Boy, rupanya perkataannya itu langsung dituruti oleh Khaira.
"Ra, apa kamu punya saingan di kelasmu?" tanya Boy setelah ia ikut menurunkan kecepatan motornya dan sejajar kembali dengan motor Khaira.
"Tidak tuh, saingan apa maksud kamu?"
"Ya, saingan kelas, atau mungkin kamu punya musuh di kelas?"
Ingatan Khaira seketika tertuju pada Silvi, bukan musuh sebenarnya, hanya saja ia merasa bahwa Silvi membencinya entah karena apa. Tapi ia tak ingin memberitahu Boy, cukup dirinya yang tahu.
"Tidak ada tuh," jawab Khaira. "Memangnya ada apa?" lanjutnya kini bertanya.
"Ya tidak apa-apa, hanya ingin berjaga-jaga, namanya juga bodyguard." Boy mengerlingkan matanya ke arah Khaira sembari tersenyum manis.
Mendapati hal itu, Khaira dengan cepat mengalihkan pandangannya ke depan. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak tepat di hadapannya, membuat Khaira hampir menabrak mobil itu.
"Astaghfirullah," ucap Khaira refleks dan di dengar oleh Boy yang juga ikut berhenti.
"Ck, ini mobil apa-apaan sih." Boy melepas helmnya dan hendak turun menghampiri mobil itu.
"Stop, Boy. Sepertinya aku mengenal mobil ini." Baru saja Khaira selesai mengatakan itu, pintu mobil tersebut terbuka dan keluar sosok pria dewasa yang sangat ia kenali.
"Pa-Papa?"
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
AKHIRNYA BOY TAU..
2023-09-25
1
Mia Roses
Sjap-siap kamu Boy, mau anaknya musti hadapin dulu papanya 🤣
2023-05-05
2
Ria dardiri
apa pp Zafran tau sesuatu ya
2023-05-05
1