Bab 18 - Pindah

Sejak awal menerimanya sebagai teman, sudah merupakan kesalahan, tidak seharusnya aku membuka peluang agar dia bisa dekat denganku. Pada akhirnya, hatiku mulai terpaut secara tidak sadar dan setan pun mulai memanfaatkan celah itu untuk bermain di sana, dalam hal ini, aku sudah kalah dalam menjaga hatiku.

(Khaira Muthmainnah)

___________________________________________

Sinar matahari pagi yang cerah dan hangat masuk menembus jendela sebuah kamar rawat dan tepat mengenai mata seorang gadis yang sedang terbaring lemah. Khaira perlahan membuka matanya yang kini terasa silau. Ia sedikit bergeser dan menghalangi cahaya itu dengan tangan kanannya.

Tangan yang lebam dan sedikit luka bakar kini mengingatkannya pada kejadian mengerikan malam itu.

"Boy," lirihnya seketika mengingat laki-laki itu.

.

.

.

"Boy," ucap Khaira dengan suara lemah saat ia mulai kesulitan bernapas, bahkan kepalanya kini mulai terasa pusing akibat menghirup asap yang cukup banyak.

"Khaira bertahanlah, kumohon." Boy yang sejak tadi berusaha merusak sebuah pintu belakang sejenak mendekati Khaira yang mulai telihat antara sadar dan tidak sadar.

Rasa takut dan panik mulai menyelimuti hati laki-laki itu, tapi ia tak ingin menyerah, mengingat tekadnya untuk menjaga Khaira walau harus mengorbankan dirinya sendiri.

Pandangannya kembali menelisik ke seluruh isi ruangan yang cukup luas dan sebagian besar sudah terlalap api. Hingga samar-samar ia melihat sebuah cairan di dalam baskom yang tidak tersentuh api di tengah kepulan asap, Boy yakin jika itu adalah air.

Boy membuka jaket berbahan denim yang dia pakai lalu melepas bajunya yang berbahan kain, di pakainya kembali jaket itu lalu berlari menembus asap dan melawan hawa panas yang semakin terasa. Boy mencelupkan bajunya tersebut hingga basah sempurna, lalu berlari kembali ke Khaira dan menutupi wajah gadis itu dengan baju yang basah tadi, berharap asap tak lagi mengganggu pernapasannya, itulah ide spontan yang muncul dipikiran Boy saat itu.

Boy kembali melanjutkan usahanya merusak pintu belakang yang hanya terbuat dari kayu itu, pintu yang jika tidak cepat ia buka akan segera termakan api dan tak lagi memberi jalan keluar untuk mereka. Hingga di usahanya yang kesekian kali, akhirnya pintu itu dapat terbuka secara paksa.

"Ra!" Boy begitu terkejut saat hendak membawa Khaira keluar, karena rupanya gadis itu sudah tidak sadarkan diri, entah sejak kapan. Mau tidak mau, Boy harus menggendong tubuh Khaira dan menutupi gadis itu dengan baju basahnya yang cukup besar.

Saat hendak melewati pintu, sebuah kayu besar yang sudah terbakar jatuh dan menimpa punggung Boy hingga bertekuk lutut di lantai, bahkan kayu itu ikut mengenai sedikit tangan Khaira. Boy merapatkan matanya menahan sakit yang luar biasa itu, tak hanya sakit saja, tapi rasa panas juga tentu saja dia rasakan.

Tak ingin menyerah, Boy berusaha bangkit tanpa melepaskan Khaira yang berusaha ia jaga di dalam gendongannya, kemudian menarik tubuhnya dari himpitan kayu itu. Saat telah berhasil melewati pintu, Boy berlari meninggalkan gudang dengan segenap sisa kekuatan yang ia miliki.

.

.

.

"Khaira, kamu sudah sadar, sayang?" Ainun yang sejak tadi duduk di samping tempat tidur Khaira langsung memeluk gadis itu. Aisyah dan Aira yang sejak tadi duduk di sofa sambil menunggu keponakan mereka sadar seketika langsung bangkit dan menghampirinya.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?"

"Ra, Bagaimana ceritanya kamu bisa mengalami luka bakar ini?"

"Apa tanganmu sakit, Sayang?"

"Siapa yang telah membuatmu seperti ini, Ra?"

Aisyah dan Aira terlihat begitu khawatir hingga tanpa sadar pertanyaan beruntun keluar dari mulut mereka.

"Kenapa kalian bisa ada di sini?" Bukannya menjawab pertanyaan kedua tantenya, Khaira justru balik bertanya.

"Kami dihubungi oleh Shaza, dia yang mengatakan jika kamu masuk rumah sakit," jelas Ainun.

"Shaza? Di mana dia, Ma?" tanya Khaira.

"Dia ke sekolah, Sayang."

Khaira membuang napas lesu, ia curiga Shaza mengetahui keberadaan Boy, laki-laki yang sangat ia yakini telah menyelamatkannya atas izin Allah dan membawanya ke rumah sakit.

"Papa mana, Ma?"

"Papamu sedang berbicara dengan polisi bersama kedua ommu," jawab Ainun.

"Kamu tenang saja, Ra. Siapa pun yang melakukan ini padamu akan mendapat hukuman yang setimpal, kamu tahu, 'kan? Om Billymu itu sangat ahli dalam komputer, jadi hanya menggerakkan jarinya saja, semua bukti kejahatan orang itu dapat ia peroleh dengan mudah," terang Aira.

Khaira hanya menganggukkan kepala merespon perkataan sang tante. Ia berharap kelompok geng motor yang menculiknya semalam bisa mendapatkan hukuman berat, agar mereka tak lagi mnyakitinya atau pun Boy.

Beberapa saat kemudian, Zafran, Akmal, dan Billy masuk ke dalam ruang rawat Khaira. Melihat Khaira yang telah sadar, membuat ketiga lekaki dewasa itu langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya Zafran sembari mengusap kepala Khaira dengan sayang, tapi juga dengan alis yabg bertautan seolah sedang menahan amarah.

"Baik, Pa," jawab Khaira pelan.

"Papa sudah peringatkan padamu sebelumnya, jangan dekat-dekat sama anak geng motor itu, lihatlah apa yang terjadi padamu sekarang."

Khaira membulatkan mata menatap sang ayah setelah mendengar perkataannya. "Pa, bukan Boy yang melakukannya, dia bahkan korban juga di sini."

"Kamu membelanya, Khaira? Yang namanya anak geng motor ya memang kayak gitu, selalu punya musuh karena mereka memang mencarinya. Dan lihatlah, kamu yang tidak tahu apa-apa malah terseret dalam lingkar permusuhan mereka."

Zafran benar-benar marah saat ini, marah karena lagi-lagi Khaira terlibat dengan anak geng motor, dan marah karena putri satu-satunya kini terluka.

Air mata Khaira menetes membasahi pipi. Dadanya seketika terasa sesak, ada hal yang ingin sekali ia ungkapkan, tapi entah kenapa lidahnya terasa begitu berat untuk sekedar mengeluarkan suaranya.

"Sudah, Pa, Khaira lagi sakit, biarkan dia istirahat dulu," ujar Ainun menengahi ayah dan anak itu agar Khaira tidak semakin tertekan.

Semua orang di ruangan itu kini diam menatap Zafran, laki-laki yang terkenal sabar kini terlihat berbeda, dengan amarah yang jelas terlihat jelas di matanya.

Zafran membuang napas kasar, lalu mengalihkan tatapannya, sungguh ia tidak tega melihat Khaira, putri kesayangannya menangis, tapi apa hendak dikata, sekali-kali ia harus bersikap keras kepada Khaira agar gadis itu tak lagi mengulangi kesalahannya.

"Mulai saat ini, kamu tidak akan pernah bertemu lagi dengan anak geng motor itu karena dia sudah ditangkap polisi," ujar Zafran.

"Anak geng motor siapa yang Papa maksud?" tanya Khaira.

"Anak geng motor yang menculikmu dan anak geng motor bernama Boy," jawab Zafran.

"Apa?" Khaira benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan sang ayah. Bagaimana bisa orang yang menjadi korban sekaligus orang yang telah menolongnya justru ikut di tangkap?

"Papa, Boy tidak salah, justru dia yang menyelamatkan Khaira malam itu, tolong lepaskan Boy, Pa," pinta gadis itu.

"Lebih baik dia juga tertangkap, karena dia kamu terlibat dalam masalah mereka."

"Tapi dia tidak salah, Pa. Dia baik dan selalu menjaga Khaira, Khaira mohon." Khaira kini bahkan menangkupkan kedua tangannya di depan dada untuk memohon. Sungguh ia merasa begitu menzholimi Boy jika ia membiarkan laki-laki itu dipenjara.

Zafran diam tak merespon, tapi sesaat kemudian ia mulai berbicara. "Baiklah, jika kamu lebih memilih membelanya, tapi dengan satu syarat, kamu berhenti sekolah di sini dan kembali ke kota A bersama papa. Papa baru akan tenang jika kamu berada di dekat papa dan jauh dari laki-laki itu."

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

aku berasa jadi Khaira, pernah merasakan hal yang sedemikian 😁😁

2023-05-17

1

ise ruby

ise ruby

atulah selidiki dulu... katanya om nya bisa nge hack, mudah cari informasi...
kasihan khaira

2023-05-11

1

Ria dardiri

Ria dardiri

om billy tmn Tareeq 🤗

2023-05-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sang Ketua Geng
2 Bab 2 - Sang Gadis Baik
3 Bab 3 - Siapa Dia?
4 Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5 Bab 5 - Keluarga
6 Bab 6 - Sugar Duda
7 Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8 Bab 8 - Rasa Lega
9 Bab 9 - Rasa Empati
10 Bab 10 - Penakluk Hati
11 Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12 Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13 Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14 Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15 Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16 Bab 16 - Khaira Hilang
17 Bab 17 - Kedatangan Boy
18 Bab 18 - Pindah
19 Bab 19 - Menjadi Tersangka
20 Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21 Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22 Bab 22 - Hadiah dari Abah
23 Bab 23 - Cantik
24 Bab 24 - Dia sudah Menikah
25 Bab 25 - Gadis Istimewa
26 Bab 26 - Berbicara Berdua
27 Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28 Bab 28 - Dia Berubah
29 Bab 29 - Lulus Kuliah
30 Bab 30 - Ancaman Boy
31 Bab 31 - Melihatnya Kembali
32 Bab 32 - Jika Takdir ...
33 Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34 Bab 34 - Kembalilah Dulu
35 Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36 Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37 Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38 Bab 38 - Sholat Istikharah
39 Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40 Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41 Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42 Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43 Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44 Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45 Bab 45 - Belajar Ikhlas
46 Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47 Bab 47 - Sapu Tangan
48 Bab 48 - Ibu
49 Bab 49 - Ngidam Khaira
50 Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51 Bab 51 - Kedatangan Anton
52 Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Sang Ketua Geng
2
Bab 2 - Sang Gadis Baik
3
Bab 3 - Siapa Dia?
4
Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5
Bab 5 - Keluarga
6
Bab 6 - Sugar Duda
7
Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8
Bab 8 - Rasa Lega
9
Bab 9 - Rasa Empati
10
Bab 10 - Penakluk Hati
11
Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12
Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13
Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14
Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15
Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16
Bab 16 - Khaira Hilang
17
Bab 17 - Kedatangan Boy
18
Bab 18 - Pindah
19
Bab 19 - Menjadi Tersangka
20
Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21
Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22
Bab 22 - Hadiah dari Abah
23
Bab 23 - Cantik
24
Bab 24 - Dia sudah Menikah
25
Bab 25 - Gadis Istimewa
26
Bab 26 - Berbicara Berdua
27
Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28
Bab 28 - Dia Berubah
29
Bab 29 - Lulus Kuliah
30
Bab 30 - Ancaman Boy
31
Bab 31 - Melihatnya Kembali
32
Bab 32 - Jika Takdir ...
33
Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34
Bab 34 - Kembalilah Dulu
35
Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36
Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37
Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38
Bab 38 - Sholat Istikharah
39
Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40
Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41
Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42
Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43
Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44
Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45
Bab 45 - Belajar Ikhlas
46
Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47
Bab 47 - Sapu Tangan
48
Bab 48 - Ibu
49
Bab 49 - Ngidam Khaira
50
Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51
Bab 51 - Kedatangan Anton
52
Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!