Bab 15 - Apa dia Pemalu?

Senja di sore hari mulai menyapa, langit jingga mulai terlihat begitu indah dari dalam cafe yang berlokasi tidak jauh dari pantai. Seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam serta topi dan kacamata hitam sedang duduk di lantai dua cafe itu sembari menatap layar ponselnya yang memperlihatkan rekaman CCTV di lantai satu, lebih tepatnya memperlihatkan Khaira yang sedang sibuk melayani pelanggan cafe dengan begitu ramah.

Saat Khaira tersenyum kepada pelanggan, laki-laki itu juga ikut tersenyum. "Bahkan kamu tidak pernah tersenyum kepadaku selama berteman hingga kita saling menjauh seperti ini." Boy membuang napas lesu jika mengingat kenyataan yang sedang ia hadapi saat ini.

Tak lama setelah itu, terdengar suara adzan berkumandang di masjid yang berada tidak jauh dari cafe. Boy mulai bersiap untuk pergi karena ia tahu sebentar lagi Khaira pasti akan ke masjid untuk menunaikan sholat.

Saat Boy menuruni tangga dan tiba di lantai satu, ia sudah dapat melihat Khaira berjalan keluar cafe setelah sebelumnya meminta izin untuk sholat kepada manager cafe tersebut.

Boy menghentikan langkahnya saat berada tepat di depan pagar masjid, ia memperhatikan Khaira yang kini memasuki masjid itu. Rasanya ia begitu kotor untuk bisa masuk ke dalam sana. Namun, lantunan adzan yang masih saja berkumandang, membuat hati laki-laki itu sedikit bergetar.

Entah dorongan dari mana, Boy tiba-tiba penasaran ingin memasuki masjid itu. Bagaimana rasanya masuk masjid sehingga mereka yang pernah masuk selalu kembali ke sana saat waktu sholat? Begitu pikirnya.

Ia sudah lupa kapan terakhir kali ia menginjak masjid, mungkin saat ibunya masih ada, dan ia masih hidup bahagia bersama kedua orang tuanya. Sangat berbeda dengan kegidupannya sekarang yang jauh dari kata bahagia.

Walaupun hampir setiap hari Boy bersenang-senang bersama temannya, tapi ia tidak pernah menemukan kebahagiaannya di sana. Sangat berbeda dengan Khaira, meski sahabatnya hanya Shaza dan lebih sering di rumah, sorot mata gadis itu selalu menampilkan kebahagiaan.

Masih dengan pikiran yang kesana kemari, hingga perkataan Khaira mengenai sholat kemarin terlintas dalam ingatannya, Boy sampai tidak sadar jika kini ia sudah berada di depan pintu masjid. Sejuk dan tentram, itulah kesan pertama yang ia rasakan saat melihat orang-orang sedang duduk berdzikir, dan juga orang-orang yang sedang melakukan sholat sunnah di dalam sana.

"Nak, kenapa tidak masuk?" Boy terperanjat kaget saat seorang pria usia lanjut dengan wajah yang begitu teduh dan rambut yang sudah memutih menepuk pelan pundaknya.

"Apa saya boleh masuk?" Sebuah pertanyaan yang refleks keluar dari mulutnya, membuat pria di hadapannya tersenyum tipis.

"Semua orang yang ingin sholat boleh masuk, Nak. Apalagi jika dia seorang laki-laki sepertimu, maka hukum sholat berjamaah di masjid itu wajib, kecuali orang sakit dan musafir," ujar pria usia lanjut itu.

"Tapi, Pak, Kakek, ...." Boy menghentikan perkataannya karena bingung harus memanggil pria usia lanjut itu dengan sebutan apa.

"Abah, panggil saja abah. Apa ini pertama kalinya bagimu akan memasuki masjid?" tebak pria usia lanjut itu dan Boy refleks menganggukkan kepala.

"Apa kamu sudah berwudhu, Nak?" Boy menggelengkan kepalanya pelan. "Kalau begitu, mari Abah antar wudhu dulu." Pria usia lanjut itu akhirnya membawa Boy ke tempat wudhu sekaligus membimbing laki-laki itu berwudhu dengan sabar.

"Pakailah peci ini." Pria usia lanjut itu mengambil peci dari dalam tasnya dan memakaikannya di kepala Boy meski harus sedikit berjinjit karena tubuh Boy yang cukup tinggi.

"Ikutilah setiap gerakan Imam, tapi lakukan itu setelah Imam selesai mengucapkan 'Allahu Akbar' agar kamu tidak mendahului gerakan Imam."

"Baik, Abah."

Sholat maghrib pun di mulai di mana Boy berdiri tepat di samping pria usia lanjut tadi. Laki-laki itu tidak percaya jika malam ini ia benar-benar melakukan ibadah yang tidak pernah ia pikirkan sedikit pun selama ini. Ada rasa tentram yang merangkul hatinya kala ia ikut bersujud, semua beban yang selama ini membuat hidupnya terasa berat seolah hilang seketika.

Hingga tiga raka'at berlalu, dan dzikir yang dirangkaikan dengan doa bersama telah usai, satu per satu orang mulai keluar dari masjid itu. Boy pun hendak beranjak setelah mengembalikan peci yang tadi ia gunakan kepada pria usia lanjut itu lalu menggantinya dengan topi.

"Tunggu, Nak."

Boy langsung menoleh saat pria usia lanjut tadi memanggilnya. "Bawalah peci ini, anggap ini hadiah perkenalan kita, nama kamu siapa, Nak?" tanyanya seraya mengulurkan tangan ke arah Boy.

"Boy, Abah." Boy menerima peci itu lalu segera menjabat tangannya.

"Saya Rahman, ini kartu nama saya, barangkali suatu saat kamu mau berkunjung ke tempat saya, saya akan sangat senang. Kebetulan saya bukan orang asli sini, saya ke sini karena ada urusan pekerjaan saja."

"Iya, Abah, terima kasih untuk semuanya." Boy menerima kartu nama itu lalu segera keluar dari masjid setelah berpamitan dengan Abah Rahman.

.

.

.

Boy kini telah berada di lantai dua, ia kembali menyalakan ponselnya untuk melihat keberadaan Khaira, tapi sepertinya gadis itu belum kembali dari masjid. Beberapa menit ia menunggu, hingga akhirnya Khaira masuk ke cafe itu.

Sedang asik memandangi wajah Khaira dari jauh, suara perutnya yang keroncongan membuat Boy sadar jika sejak tadi siang ia belum makan apa pun, ia hanya sempat minum kopi siang tadi.

"Pak, bawakan aku makanan di lantai dua, aku lapar," ujar laki-laki itu kepada manager cafe melalui sambungan telepon.

***

Di lantai satu, para pelanggan cafe sedang banyak-banyaknya karena sudah memasuki waktu makan malam, semua pelayan tampak sibuk melayani pelanggan, kecuali Khaira yang baru saja kembali dari sholat maghrib.

"Ra, tolong kamu bawakan makanan ini ke bos kita," ujar salah satu rekan kerjanya.

"Bos kita?"

"Iya, dia ada di lantai dua."

"Meja nomor berapa?"

"Kurang tahu, kamu belum pernah lihat dia?" Khaira menggelengkan kepalanya pelan. "Oh iya aku lupa, kamu kan masih baru di sini, yang jelas tadi aku lihat dia pake baju serba hitam, orangnya jangkung, sedikit berotot, dan ganteng tentu saja, tapi hati-hati dia itu orangnya dingin dan sedikit kasar, jadi usahakan jangan membuat masalah di depannya."

"Iya, Kak. Baik."

Meski sedikit ngeri setelah mendengar ciri-ciri sang bos, Khaira tetap meberanikan dirinya. Bagaimana pun ini adalah pekerjaannya, dan dia harus profesional.

Sambil membawa sebuah baki besar yang berisi sepiring makanan dan segelas minuman, Khaira kini telah tiba di lantai dua. Matanya mulai memperhatikan semua orang yang ada di sana, hingga pandangannya tertuju pada seorang laki-laki berpakaian serba hitam yang duduk di pojok ruangan sambil membelakanginya.

Khaira begitu yakin jika laki-laki itu adalah bosnya, karena dari banyaknya orang yang ada di lantai dua, hanya dia yang sesuai degan ciri-ciri yang baru saja ia dengar dari rekan kerjanya.

"Permisi, ini makanannya, Pak."

Khaira mengerutkan keningnya saat ia melihat sang bos dengan cepat memakai topi dan kacamata seraya menunduk saat mendengar suaranya dari arah belakang.

"Ada apa dengannya? Apa dia juga pemalu?"

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

aku jadi deg2an kak

2023-05-17

1

Mujib Sobri

Mujib Sobri

bagus cerita ya

2023-05-07

2

Mia Roses

Mia Roses

Khaira yang anterin makanan, tapi knp saya yg deg-degan ya 🤣🤣

2023-05-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sang Ketua Geng
2 Bab 2 - Sang Gadis Baik
3 Bab 3 - Siapa Dia?
4 Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5 Bab 5 - Keluarga
6 Bab 6 - Sugar Duda
7 Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8 Bab 8 - Rasa Lega
9 Bab 9 - Rasa Empati
10 Bab 10 - Penakluk Hati
11 Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12 Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13 Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14 Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15 Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16 Bab 16 - Khaira Hilang
17 Bab 17 - Kedatangan Boy
18 Bab 18 - Pindah
19 Bab 19 - Menjadi Tersangka
20 Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21 Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22 Bab 22 - Hadiah dari Abah
23 Bab 23 - Cantik
24 Bab 24 - Dia sudah Menikah
25 Bab 25 - Gadis Istimewa
26 Bab 26 - Berbicara Berdua
27 Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28 Bab 28 - Dia Berubah
29 Bab 29 - Lulus Kuliah
30 Bab 30 - Ancaman Boy
31 Bab 31 - Melihatnya Kembali
32 Bab 32 - Jika Takdir ...
33 Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34 Bab 34 - Kembalilah Dulu
35 Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36 Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37 Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38 Bab 38 - Sholat Istikharah
39 Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40 Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41 Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42 Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43 Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44 Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45 Bab 45 - Belajar Ikhlas
46 Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47 Bab 47 - Sapu Tangan
48 Bab 48 - Ibu
49 Bab 49 - Ngidam Khaira
50 Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51 Bab 51 - Kedatangan Anton
52 Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Sang Ketua Geng
2
Bab 2 - Sang Gadis Baik
3
Bab 3 - Siapa Dia?
4
Bab 4 - Suara Ketukan Pintu
5
Bab 5 - Keluarga
6
Bab 6 - Sugar Duda
7
Bab 7 - Nasehat Orang Tua
8
Bab 8 - Rasa Lega
9
Bab 9 - Rasa Empati
10
Bab 10 - Penakluk Hati
11
Bab 11 - Ungkapan tak Berbalas
12
Bab 12 - Menjadi Bodyguardmu
13
Bab 13 - Terpaksa Menjauh
14
Bab 14 - Menjaganya dari Jauh
15
Bab 15 - Apa dia Pemalu?
16
Bab 16 - Khaira Hilang
17
Bab 17 - Kedatangan Boy
18
Bab 18 - Pindah
19
Bab 19 - Menjadi Tersangka
20
Bab 20 - Biar Aku yang Pergi
21
Bab 21 - Semuanya Telah Pergi
22
Bab 22 - Hadiah dari Abah
23
Bab 23 - Cantik
24
Bab 24 - Dia sudah Menikah
25
Bab 25 - Gadis Istimewa
26
Bab 26 - Berbicara Berdua
27
Bab 27 - Dia Mirip Khaira
28
Bab 28 - Dia Berubah
29
Bab 29 - Lulus Kuliah
30
Bab 30 - Ancaman Boy
31
Bab 31 - Melihatnya Kembali
32
Bab 32 - Jika Takdir ...
33
Bab 33 - Tak Ada Basa-Basi
34
Bab 34 - Kembalilah Dulu
35
Bab 35 - Kedatangan Seseorang
36
Bab 36 - Ujian atau Hukuman
37
Bab 37 - Fakta Tentang Boy
38
Bab 38 - Sholat Istikharah
39
Bab 39 - Kembalinya Geng Motor
40
Bab 40 - Kenapa Kamu Ada Di sini?
41
Bab 41 - Air Mata Bahagia Tarakhir
42
Bab 42 - Senyuman yang Memudar
43
Bab 43 - Keluarga Yang Hangat
44
Bab 44 - Antara Cinta dan Keikhlasan
45
Bab 45 - Belajar Ikhlas
46
Bab 46 - Buah dari Kesabaran
47
Bab 47 - Sapu Tangan
48
Bab 48 - Ibu
49
Bab 49 - Ngidam Khaira
50
Bab 50 - Ta'arruf yang Singkat
51
Bab 51 - Kedatangan Anton
52
Bab 52 - You Are Not A Bad Boy (End)
53
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!