My Possessive Lecturer
Prang!!.
Suara pecahan gelas dan piring itu menggema, memecah bising nya kantin saat ini hingga semua penghuni kantin tersebut langsung terdiam menatap ke asal suara.
"Shiit!!" Umpat seorang gadis saat melihat baju nya basah dan kotor.
"Ma-maaf.. Maafkan aku, Ly" Panik gadis yang baru saja menabrak Lilly hingga baju gadis itu kotor.
"Mati lah dia"
"Sudah bosan hidup rupa nya, kutu buku itu"
"Ah, aku tidak sabar melihat adegan selanjut nya"
Cindy, gadis berkacamata dan rambut di kepang dua itu dengan terburu-buru mengelap baju Lilly menggunakan tissue.
Tangan nya bergetar, bahkan tak berani menatap sosok pembully di hadapan nya dan s*al nya kenapa dia harus membuat kesalahan pada gadis itu?
Plak!
"Arghh!!" Erang Cindy begitu pipi nya di tampar oleh Lilly hingga tubuh nya tersungkur ke meja di sebelah nya.
"Dimana mata lo, sialan!" Teriak emosi Lilly.
"Ma-maaf Ly, aku benar-benar ti-tidak sengaja" Gugup nya takut. "Erghh!" Sambung nya mengerang kesakitan.
Lilly menarik kepangan rambut Cindy hingga gadis itu mendongak kesakitan, belum lagi saat ini kaki Lilly tengah menginjak kaki nya.
"Apa gunakan kacamata kuda lo, jika berjalan saja masih menabrak orang hah?!"
"Maaf Ly, maaf. Aku benar-benar tidak sengaja, aku--"
Belum sempat melanjutkan perkataan nya, Lilly pun mengambil makanan di meja sebelah nya lalu menuangkan pada rambut Cindy.
Entah makanan siapa Lilly tidak peduli, bahkan sang pemilik makanan malah diam lalu menyingkir dari pada terkena masalah dengan Queen bullying itu.
"Erghh panas Ly" Erang pelan Cindy begitu kuah bakso yang di tuang di kepala nya membasahi tubuh nya.
"Panas?" Tanya Lilly dengan nada lembut nya.
Cindy mengangguk, berharap Lilly melepaskan jambakan nya.
"Itu lah yang gue rasakan, sialan!"
Bugh!
Lilly menghempaskan kembali tubuh Cindy. Keadaan gadis itu cukup mengenaskan dengan pipi yang memerah, tubuh kotor dan tidak ada satu orang pun yang berniat membantu nya.
"Guys!"
"Siap, Queen" Sahut bersamaan tiga orang gadis di belakang Lilly.
Ketiga orang itu adalah Brita, Elena, dan Alena. Ketiga sahabat Lilly dimana sikap dan sifat mereka tak beda jauh dari Lilly.
Dengan sekali sentakan dan gerakan jijik nya, ketiga gadis itu menarik tubuh Cindy agar bangun lalu bersiap menyeretnya.
Hanya saja gerakan mereka tertahan begitu suara familiar menyapa pendengaran nya. Membuat ketiga gadis itu memutar malas bola mata nya.
"Apa yang kalian lakukan!" Teriak seorang wanita bertubuh gempal dengan rambut yang di sanggul layaknya pahlawan wanita.
"Bawa dia ke tempat biasa" Titah acuh Lilly.
Gadis itu sama sekali tidak takut akan kehadiran guru BK yang sering memergoki diri nya bahkan menghukum diri nya. Bahkan kini dengan santai nya Lilly melangkah di ikuti para sahabat nya yang menyeret tubuh Cindy.
"Lilly!" Tegas wanita bertubuh gempal itu menghentikan pergerakan Lilly.
"Ada apa, Ms.Vidan" Tanya lembut Lilly seakan tak terjadi apapun.
Ms.Vidan menatap jengah Lilly, lalu beralih menatap para sahabat gadis itu. "Lepaskan Cindy sebelum saya memberikan hukuman berat kepada kalian!"
Mereka tak gentar atau pun takut, melainkan menatap Lilly meminta keputusan.
"Tidak bisa begitu Ms., kutu buku ini yang lebih dulu membuat kesalahan dan apa Ms. tidak melihat kekacauan di baju saya?" Sahut tak terima Lilly.
"Cindy memang melakukan kesalahan, tetapi apa harus kamu membuat nya menjadi seperti ini?!"
"Kesalahan tidak bisa saya beri toleransi, Ms." Ujar Lilly angkuh, tak ada rasa takut sedikit pun.
Ms.Vidan benar-benar merasa akan tingkah Lilly, tetapi jika terus meladeni gadis itu mereka akan menambah keributan pada kantin ini.
"Lepaskan Cindy, atau saya panggil orang tua kalian!" Ancam Ms.Vidan lagi pada ketiga sahabat Lilly
Tak ingin sahabat nya kembali terkena hukuman karena diri nya, lantas dengan helaan napas kesal nya Lilly pun mengangguk.
Mendapat anggukan Brita, Elena, dan Alena pun menghempaskan tubuh Cindy hingga tersungkur di lantai.
"Astaga kalian!!" Ms.Vidan memekik tertahan, emosi dan amarah rasanya tak bisa di bendung lagi.
Dengan sedikit dorongan dari Ms.Vidan pada tubuh Lilly agar tidak menghalangi diri nya untuk membantu Cindy.
"Siall!" Geram tertahan Lilly.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya lembut seorang pria yang menahan tubuh Lilly.
Lilly menoleh, mata nya menangkap wajah tampan sang kekasih. "Nico.. Dia mengotori pakaian ku" Adu nya seraya menunjuk Cindy dan baju nya.
Dapat Nico tangkap dengan jelas baju bermerk milik sang kekasih terlihat sangat kotor, namun mata nya terhenti pada sosok yang sangat berantakan itu.
"Aku benar-benar membenci nya" Cetus nya dengan tangan terkepal.
"Stt, tenang lah sayang. Ratu tidak boleh emosi pada upik abu"
Seketika senyum menghiasi wajah Lilly yang sejak awal hanya terlihat datar dengan ekspresi yang bisa kapan saja berubah menjadi iblis.
"Memang kamu yang paling mengerti aku" Seru bahagia Lilly, ingin sekali ia memeluk Nico tetapi saat ini baju nya sudah kotor. Ia tidak ingin membuat baju Nico ikut kotor juga.
"Kalian, ikut saya!" Sentak Ms.Vidan setelah meminta beberapa mahasiswa membantu Cindy pergi dari sana.
Seketika senyum Lilly kembali pudar, mata nya menatap Ms.Vidak dengan sorot tak bersahabat nya.
"Saya yang melakukan semua nya, tidak ada sangkut-paut nya dengan para sahabat saya"
"Mereka membantu mu untuk menjahati Cindy!"
"Saya bilang, hanya saya!" Tekan Lilly.
"It's okay Queen, kami tidak masalah" Ujar Elena dengan ekspresi tak jauh berbeda dengan Lilly.
"No!" Tolak Lilly. "Lagi pula yang salah upik abu sialan itu!" Lanjut nya kembali menatap Ms.Vidan.
"Saya tidak mau tau, intinya saya tunggu kalian di ruang BK!" Putus Ms.Vidan sebelum akhirnya pergi meninggalkan kantin.
"Si gendut sialan!" Umpat tak terima Lilly.
Gadis itu mengacak-acak rambut nya kesal, padahal di sini bukan diri nya yang salah tetapi kutu buku itu dan Lilly tidak akan melakukan hal itu jika kutu buku itu tidak memulai nya terlebih dahulu.
"Sudah lah sayang, aku tidak mau kamu cepat tua karena sering mengomel" Bujuk Nico merapihkan rambut Lilly.
"Apa? Kamu mau membela kutu buku itu juga hah?!" Sentak tak terima Lilly.
"Astaga tidak, Ly"
"Huh!" Dengus marah Lilly, sebelum akhirnya gadis itu melangkah di iringi para sahabat nya dan meninggalkan Nico.
.
.
Dengan langkah santai nya, Lilly memasuki rumah besar yang terlihat begitu sepi. Wajar saja sepi karena jam sudah menunjukkan pukul satu malam.
Setiap ruangan yang awal nya terlihat remang, kini langsung terang begitu seseorang menghidupkan sakral lampu itu.
"Sepertinya memang aku harus meniduri mu agar kamu berubah, Lilly" Ujar dingin seseorang yang kini berjalan menghampiri Lilly.
...****************...
.
.
Hai hai ketemu lagi dengan karya baru aku🤗
Jangan lupa like, komen, gift, vote dan tambahkan ke favorit🤫😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Lina maulina
pada g punya belas kasian ckckck
2023-10-02
0
Lina maulina
bukannya d tolong
2023-10-02
0
Lina maulina
ko perempuan d novel asal main tampar muka aja
2023-10-02
0