Senja berlari kecil meninggalkan kantin. la mengabari Bimo dan lbunya untuk bertemu
di Rumah Sakit Umum terbesar di Jakarta.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke Rumah Sakit.
Senja langsung menuju ke ruang Jenazah. Perlahan
la berhenti sejenak. Mengulur waktu, menyiapkan hatinya jika saja hal buruk akan ia terima.
"Nja!!" suara lbu memanggilnya.
Ada Bimo juga disamping Ibu. Senja menatap Ibu dan Adikaya, kemudian kembali melangkah memantapkan hatinya masuk.
Beberapa perawat dan dua orang tim BASARNAS menyambut mereka.
"Selamat siang, bisa sebutkan keluarga dari siapa?" tanya salah satu pria yang menggunakan seragam BASARNAS
"Muhammad Farhan"jawab Bimo
"Sebelumnya kami informasikan. Dari tiga jenazah yang hilang, sudah dua Jenazah kami temukan
dalam kondisi tidak bernyawa. Dan dibagian wajah semua susah dikenali karena terlalu banyak
luka bakar. Satu jenazah yang kami temukan sudah di konfirmasi pihak keluarga. Mohon
kiranya pihak keluarga bisa melihat satu jenazah yang belum dikonfirmasi" jelas seorang tim BASARNAS
Pria itu mengantarkan Senja dan keluarganya masuk ke dalam ruangan khusus, terlihat kantong jenazah disana.
Seorang perawat membuka kantong itu "Mohon diteliti dengan sangat. Jika memungkinkan akan kami lakulan tes DNA dengan keluarga kandung korban"
"Suami saya seorang yatim piatu Pak" Jawab Senja sambil tetap menatap jenazah yang penuh dengan luka bakar.
Senja menatap dengan teliti mulaí darí ujung rambut sampai ujung kaki.
"Bukan Pak, ini bukan Mas Farhan" ucap Senja lirih
"Sudah bisa kamu pastikan, Nak?"tanya ibunya
Senja mengangguk mantap "dia bukan mas Farhan, Buk."
Seorang tim BASARNAS memberikan sebuah dompet di dalam plastik "ini mungkin milik
saudara Farhan, kami temukan mengapung di dekat Jenazah ini. Jika memang ini bukan jenazah saudara Farhan, mohon maaf kami masih belum bisa menemukan keberadaannya"
"Apa masih ada kemungkinan kakak lpar saya selamat,Pak?" tanya Bimo
Pria itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. "Jika dilihat dari kondisi di TKP, kecil kemungkinan beliau selamat."
Air mata senja tumpah mendengar jawaban tim BASARNAS, Senja sesenggukan menangis di pelukan ibunya.
"Berdoa saja ya Bu, kuasa Tuhan lebih dari yang kita bayangkan." pria itu memberi
semangat "pencarian masih akan dilakukan 4 hari kedepan, semoga dalam 4 hari iní
mendapatkan hasil yang baik."
**********
Empat hari berlalu, hari ini adalah hari terakhir pencarian, masih belum ada kabar ditemukannya Farhan dari pihak BASARNAS.
Hari ini juga Senja harus benar-benar merelakan kepergian suaminya. Ia mendatangi kantor BASARNAS untuk menandatangani surat keputusan pemberhentian pencarian korban.
Acara tahlilan pun telah diadakan dirumah Senja selama tujuh hari tujuh malam. mendoakan kepergian Farhan untuk selama-lamanya.
*********
Senja berdiri ditepi pantai, membawa dua kantong bunga tabur. Ini tepat satu tahun kepergian Farhan
"Aku masih mengharapkanmu kembali mas." ucapnya lirih sambil menabur bunga yang dibawanya.
Perempuan yang memiliki paras cantik dan polos tak tersentuh makeup itu sudah menyandang status sebagai Janda di usia yang masih terbilang muda, dua puluh empat tahun.
Rambut panjang bergelombangnya yang sepinggang ia biarkan terurai di belai lembut angin pantai.
Ia menghembuskan nafas lelahnya, melepas kegelisahannya.
Sejak kepergian Farhan, banyak pria yang datang untuk meminangnya. Namun tak ada satupun yang ia terima.
Tidak sedikit pula teman sekantornya yang ingin mendekatinya, namun juga ia tolak dengan
alasan 'dia masih seorang istri' karena Farhan tidak pernah menceraikannya dan bukti kematiannya juga tidak pernah ia dapatkan.
Matahari sudah mulai condong ke barat. Bimo menghampiri kakaknya yang masih sibuk mengenang suaminya.
"Kak, udah waktunya kita pulang. Nanti kemalaman di jalan." Ajak Bimo
Senja membalikkan badan, dengan Bimo berjalan menuju ke lempat parkir motor yang sudah terlihat sepi.
Perjalanan dari pantai ke kota memakan waktu yg cukup lama, harus melewai beberapa hutan kecil, karena pantai berada jauh dari kota.
"Kak, lihat deh. Ada yang aneh dengan mobil itu."
Senja yang dibonceng Bimo mencoba melihat ke depan. Ia melihat ada mobil sedan mewah yang
pintu bagian belakang terbuka.
"Berhenti Bim, berhenti."
Bimo menghentikan motornya tepat di depan mobil itu. Senja segera melihat kedalam
mobil.
"Astaga, Bimo!"
Bimo yang melihat pun ikut terkejut melihat seorang pria paruh baya dengan mulut penuh
busa di kursi belakang mobil.
"masih ada kak?" Bimo memeriksa nadi pria tersebut.
"masih, Bim."
Senja celingukan karena tidak ada kendaraan yang lewat disekitar sana.
"Bim, kita harus bawa ke RS yg paling dekat. Kamu coba cari lewat maps, ya." Ia memutuskan sendiri.
Bimo langsung mengotak atik ponselnya. "ada kak, sekitar 5km"
"Oke. Kakak pake mobilnya ngikutin kamu dari belakang ya." Senja bergegas mengenakan
sabuk pengaman Untuk pria yang sekarat itu.
Setelah semua dikira aman, dia langsung mengendarai mobilnya. Menuju ke rumah sakit.
Sesampainya di UGD Rumah Sakit, beberapa perawat langsung membantu Senja mengangkat tubuh pria itu keatas brankar dan mendorongnya ke dalam ruang tindakan.
"Dek, Orang itu yang punya perusahaan tempat kakak kerja." Senja panik memberitahu Bimo.
Senja mencoba menelpon seseorang "hallo, saya Senja dari Divisi Desain Product."
Senja mencoba menelpon kantor dan memberitahukan keadaan yang terjadi pada
permilik perusahaan termpatnya bekerja.
Senja dan Bimo duduk di tempat yang sudah disediakan di depan ruang UGD untuk
menunggu pasien.
Agak lama mereka duluk, hingga seorang perawat menghampiri mereka. "Dokter ingin
bicara dengan keluarga pasien."
Senja dan Bimo saling memandang "keluarganya mungkin masih dalam perjalanan suster, kami hanya orang lain yang menemukan beliau dipinggir jalan tadi."
Perawat tu berfikir sejenak "Bisa ikut saya menemui dokter?"
Senja mengikuti perawat ke ruang UGD, terlihat bosnya sudah ditempel banyak alat
penyambung nyawa dan Dokter masih sibuk membereskan beberapa alatnya.
"Dok, keluarga pasien masih belum datang dan kakak ini yang menolong pasien di jalan tadi." perawat mencoba menjelaskan pada dokter.
Dokter menghentikan kegiatannya, "saya akan meminta persetujuan anda sebagai satu
satunya penanggungjawab pasien. Saat ini pasien dalam keadaan kritis, rumah sakit kami
kekurangan alat untuk membantu beliau. Jadi beliau harus segera dipindahkan ke RSU di Kota."
"Baik dok, saya setuju" tanpa berpikir panjang Senja mengambil keputusan. Demi keselamatan bos nya
Segala administrasi diurus Senja. Termasuk mengabari CS kantor lagi. Tak butuh waktu
lama, Bosnya dibawa ambulance menuju ke RSU terbesar di Jakarta.
Lagi lagi Senja menunggu di depen ruang UGD, Bimo sudah pulang duluan. Menemani
Ibunya yang sendirian dirumah.
"Nona Senja!!"
Senja berdiri ketika scseorang memanggilnya, seorang Pria berumur 40 tahunan
mengenakan setelan jas berwarna cream dengan membawa tas jinjing menghampirinya dengan
wajah yang panik
"saya Irawan, pengacara pak Subagiyo"
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
nova vaw
langit kamu kiler ma almer
aku akan inget itu
2024-02-12
0
Se_rHa🍁
jatuh Cinta lagi sma Mas Gantaka jadi kangen Langit Kak Aiko...mampir lgi untuk ke sekian kali pke uyul tpi /Chuckle/
2024-01-28
2
Dewi Nurmawati
sambil nunggu las projeck baca ini lagi😁
2023-07-04
2