Pagi ini Senja menyusuri koridor kantor dengan lemas. Ia merasa capek dan sedikit tidak enak badan.
"Pagi semua" sapanya singkat ketika memasuki ruangannya.
"Pagi... " terdengar jawaban beberapa rekan kerjanya.
"Nja, sini.. " Monic memanggil Senja dari pintu ruangannya.
Dengan menggerutu Senja menghampiri monic, membatalkan pendaratan pantatnya di atas kursi.
"Kenapa buk??"
Monic menarik Senja masuk ke ruangannya.
"Aoxtek kan minta lanjut bikin Iklannya, nah kamu bantuin si Eko ya ngatur-ngatur jadwal dan pastikan semua berjalan lancar."
"kok, aku lagi sih buuk. Yang lain aja napa?" rengek Senja.
"Pinta pak bos"
"Yaudah, nanti aku nego sendiri aja" kata Senja
"Hah?? lu mau nego sendiri ke pak Langit? " monic memperjelas
Senja tersadar apa yang barusan ia katakan, "Ya gak mungkin laaah buk." Senja ngacir meninggalkan Monic.
Senja menggerutu, masak iya sih Langit nyuruh dia ngawasin proyek ini. Ia mengetik beberapa kalimat negosiasi dan dikirim ke Ayah mertuanya.
'Sudah, ikuti saja dulu kemauannya. masalah Arnold nanti biar Ayah yang urus.'
Seperti itulah jawaban Ayah mertuanya.
"Nja, Napa kamu??" Enna menghampiri meja Senja, melihat temannya sedari datang tadi tak terlihat bersemangat.
"Habis dari kampung kemaren mual trus nih. badan sakit semua."
"Jangan-jangan ada isinya?" goda Enna
Senja hanya menatap tajam ke Enna.
**********
Saat makan siang di kantin kantor, Senja hanya mengaduk-aduk makanannya saja, ia tidak selera makan.
"Nanti kamu tambah sakit lhoo, Nja" Enna khawatir
"Iya En, Aku tahu. Aku juga lapar, tapi lidahku juga gak enak" kata Senja, kemudian menyeruput teh hangat di depannya. "aku habis ini ke ruang kesehatan dulu aja deh, mau istirahat bentar disana"
"Iya betul, nanti aku sampein ke bu Monic" Enna Setuju.
Enna melanjutkan sisa makan siangnya, tak terlalu selera. karena teman bergosipnya sedang tak asyik diajak ngobrol.
selesai makan Siang, Senja dan Enna meninggalkan kantin. Mereka sama-sama menaiki lift. Enna ke lantai delapan, Senja ke lantai empat belas. ruang kesehatan memang terletak di lantai paling atas gedung.
tring
pintu lift terbuka, Senja melihat ada Langit dan Hengky di sana. Enna langsung menganggukkan kepala, menyapa Langit dan menarik Senja masuk.
Senja menekan tombol Angka empat belas. Langit dan Hengky melirik, seakan bertanya 'kok lantai empat belas?'.
"Aku temenin kamu ya" bisik Enna
Senja menggeleng, "Gak ah, kamu langsung ke ruangan aja." Senja menekan tombol angka delapan.
Enna mayun, sedikit2 ia mencuri pandang ke Hengky yang ada di depannya sambil senyum-senyum sendiri.
tring
Pintu Lift Terbuka di lantai delapan, Enna keluar melambaikan tangan ke Senja dan memberi salam ke Langit.
"Nona Senja, Kenapa?" Hengky langsung bertanya. "sakit?"
"Sedikit" jawab Senja.
"Kalau gitu Nona bisa pulang saja, saya akan Telpon pak Agung untuk jemput Nona Senja"
"Lu sudah jadi Bos sekarang?" tiba-tiba Langit bersuara.
"Bukan begitu, Pak. Tapi Nona Senja terlihat pucat" Hengky mencoba memberi alasan.
Langit menatap Bayangan Senja dari pintu Lift. terlihat Senja dibelakang sedang menyandarkan badannya di dinding lift.
tring
pintu lantai dua belas sudah terbuka. Langit langsung keluar, Hengky mau tidak mau harus meninggalkan Senja. Menatap Senja penuh penyesalan dan Senja membalasnya dengan gelengan kepala.
Lantai Empat Belas, Lantai ini dikhususkan untuk departemen keuangan perusahaan dan ada ruangan yang tidak terlalu besar untuk klinik kesehatan kecil.
tok tok
"Permisi" Senja membuka pintu
Seorang perempuan setengah baya yg memakai Snelli/jas dokter menghampiri Senja.
"Ada apa ya?" tanya bu dokter.
"Saya sedang tidak enak badan, mual-mual dan badan rasanya capek semua." jawab Senja.
"berbaringlah, biar ku periksa dulu" pinta dokter.
Senja berbaring diatas tempat tidur, dokter memeriksa Senja.
"Kecapekan nih, masuk angin. Kamu kurang istirahat, jadi demam gini." kata dokter
"Iyaa bu dokter, kecapekan banget"
"Ku siapin obat, kamu minum trus istirahat ya. atau ijin pulang aja. biar lebih nyaman istirahat dirumah" saran dokter
"Coba istirahat disini dulu saja deh, Bu. Nanti kalo mendingan saya lanjut kerja."
Dokter hanya mengangguk-angguk saja, memberikan Senja dua tablet obat dan segelas air putih.
Senja langsung meminumnya dan berbaring tidur, berharap akan segera sembuh, karena tidak mungkin dia akan sakit dirumah orang. Ibunya juga gak ada dirumah, jadi gak akan ada yang mengurusnya.
************
"Maaf, Pak. Apa gak sebaiknya Nona Senja kita antar pulang?"
Bisik Hengky ke Langit setelah melihat Alea mengantar tamu Langit keluar ruangan. Ternyata Hengky masih memikirkan keadaan Senja tadi.
"Dia udah tua, Ky. Kalo dia merasa gak enak badan, ya dia bakal ijin lah sama atasannya. Kenapa lo yang repot sih?" protes Langit dengan tingkah Hengky.
"Saya kan punya hati yang lembut, pak. tidak tega lihat orang lain terluka"
Langit menatap Hengky, "berani nyindir gue? mau dipecat?" ancam Langit
"Oke, gak masalah!!" Hengky mengibaskan rambut pendeknya "Aku jadi asistennya Anggela ajah" kata Hengky manjah, ia meninggalkan Langit dengan gaya jalan seperti Marko.
"gila nih bocah."
Langit terdiam, tiba-tiba kepikiran bayangan Senja yang sedang bersandar dk lift tadi.
"setelah ini jadwal anda kosong, pak"
kedatangan Alea menyadarkan Langit dari lamunannya. "berapa jam?" tanya Langit
"Pertemuan dengan Pak Raziq tadi menjadi jadwal terakhir anda" Alea sandan tangan sofa Langit "Apa anda mau saya menemani anda ke suatu tempat?"
Langit diam, "pesankan tempat biasa, aku mau dipijat" pinta Langit
"baik" Alea sedikit manyun, berdiri dan keluar ruangan.
Langit mengambil ponselnya dan mengetik beberapa pesan disana.
*********
Hari sudah mulai gelap, Senja masih berada diruang kesehatan. Ia masih duduk disana, tak merasa ada yang berbeda walau sudah minum obat.
Senja mulai beranjak dari tempat tidurnya, berjalan sempoyongan karena ia makin pusing. Ia mengirim pesan ke Enna agar menjemputnya.
"Ayo ku antar kamu pulang" dokter memberi tawaran, tak Tega melihat Senja.
Senja menggeleng, "Tidak bu, terimakasih. Teman saya akan segera datang."
Benar, setelah Senja membuka pintu terlihat Enna berlari menghampirinya. Enna membantu Senja jalan perlahan.
trrt trrrt
ada panggilan masuk dari Hengky, Senja hanya mengintipnya saja.
"Kenapa gak diangkat. Nja?" tanya Enna.
Senja menggeleng
Tak lama kemudian ia melihat pesan masuk. ia membacanya ketika Enna sedang mengambilkan tasnya.
'pak Agung sudah menunggu anda di bagian gedung sebelah kiri. Anda tidak diperkenankan untuk mengendarai motor anda. Saya harap anda menurut, atau Zia dan Kartika akan mengawal anda terang-terangan'
Senja menghembuskan nafas panjang.
Enna datang membawakan tas Senja dan segera masuk lift lagi ke lantai satu
"Nja. Kamu aku anter aja ya, motor kamu biar disini" kata Enna
Senja menggeleng, "Aku udah order taksi online"
"Beneran?"
Senja mengangguk, "Iya, En. udah ya, aku kesana sendiri" pamit Senja
Enna celingukan, "Mana mobilnya?"
Senja menunjuk asal ke arah jalan raya.
"hati-hati yaaa" teriak Enna.
Enna pergi ke sisi lain, ke parkiran motor karyawan. dan ia baru tersadar kalau tas Senja masih ia bawa. Segera Enna berlari mengejar Senja.
Enna mencari-cari Senja, berharap Senja belum pergi.
'iya, itu sekretaris divisi desain grafis'
'kaya banget dia, sampe masuk mobil aja dibukain'
'mobil mewah itu, beneran dia anak orang kaya?'
'dia kan biasanya bawa motor'
'jangan-jangan cewek gak bener nih****'
Enna mendengar bisik-bisik beberapa karyawan, dan akhirnya ia melihat Senja. dia barusan masuk sebuah mobil sedan mewah.
"Niat banget taksi onlinenya? pake mobil gitu." Enna bicara sendiri. Ia melihat tas Senja, "Udah ah, Ku bawa dulu aja tasnya. "
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Hearty 💕
Lagi jaga diri ya spy nggak jatuh ❤
2024-02-01
0
Devi Pramita
bakal banyak yg salah faham sama senja
2023-06-24
0
Diyah W
Langit benar2 tega bgt sm Senja org lg sakit bukan diksh perhatian malah cuek bebek
2023-06-22
0