Hari pernikahan
Rumah Senja yang biasanya tenang, kini sedikit riuh. Tak banyak kerabat yang datang, karena Senja bukan orang asli Jakarta. Begitupula tak banyak juga tamu yang mereka undang, hanya ketua RT/RW, Penghulu dan tetangga dekat saja. tak nampak satupun teman Senja disana.
Sedangkan keluarga Langit yang datang hanya Subagio, Irawan, Hengky, dan beberapa pengawal keluarga.
Senja menunggu di dalam kamarnya yang ada di lantai dua, menunggu Langit mengucapkan kalimat Ijab Qabul. samar samar ia mendengar suara Langit mengucapkan kalimat suci itu. hatinya terasa sakit, air matanya terjatuh.
"maafkan aku mas" ucapnya lirih menatap foto pernikahannya dengan Farhan yang masih menempel rapat di dinding kamarnya
"tok tok"
Suara ketukan pintu kamar Senja, saudara sepupunya membuka pintu kamar. " kak, sudah selesai. Ayo turun."
Senja berdiri, melingkarkan tangannya di lengan sepupunya.
Seluruh tamu yang datang menatap kehadiran Senja. Wanita bertubuh mungil itu menuruni tangga perlahan. Kebaya putih yang elegan membalut badannya. Rambunya yang panjang ia sanggul, dengan poni rambutnya disisir rapi ke samping telingan kanannya.
Wajahnya yang biasanya cantik polos tak bermake up, kini lebih terlihat fresh dengan make up simple yang glowing. tak ada senyum diwajahnya, tapi semua orang masih bisa menikmati wajah manisnya.
Senja duduk disamping kiri Langit.
kotak cincin yang ada di meja akad dibuka Irawan, penghulu mempersilahkan kedua pengantin bertukar cincin. hingga berakhir dengan Senja yang harus mencium tangan Langit.
Senja terdiam, aneh rasanya ia harus menyentuh pria lain.
"Mbak Senja" penghulu memanggil Senja.
Dengan hati yang berat, Senja meraih tangan Langit dan menciumnya. Disambut riuh tepuk tangan para tamu yang hadir.
Akad nikah dan sesi foto-foto sudah selesai, dilanjutkan dengan ramah tamah. para tamu dipersilahkan untuk menyantap hidangan yang telah disediakan tuan rumah.
"Nak Langit, kalau kamu lelah bisa istirahat di kamar Senja." Ibu merasa Langit tidak nyaman dengan acara ini, "Pintu Biru." Ibu Menunjuk pintu warna biru di lantai dua.
"Terimakasih, Bu." Langit langsung pergi ke kamar Senja.
Tanpa mengetuk pintu, ia masuk ke kamar Senja. Tidak ada orang di dalamnya, ruangannya tak begitu besar, hanya sekitar 4X4 meter. tertata rapi, hanya terlihat bekas make up yang berantakan di bagian meja rias.
Langit terhenti melihat frame foto besar yang berada di dinding, foto Senja dan seorang pria dalam balutan baju pernikahan dengan senyum yang menawan.
"sedang apa anda disini?"
Langit menoleh ke arah pintu, ada Senja disana. Ia sudah mengenakan dress putih sederhana selutut.
"Istirahat" jawab Langit singkat
Senja hanya mengangguk-angguk dan membalikkan badan.
"Hei"
panggilan itu menghentikan langkah Senja.
"ya, Pak?"
"Bawakan aku air putih dingin"
"Baik pak" Senja sigap mengangguk kemudian pergi.
'sial, jiwa jiwa budak kenapa tidak pergi dari diriku' Senja mengutuk dirinya sendiri.
Ia mengambil segelas air putih dingin dari dispenser dan membawanya kembali ke kamarnya.
tok tok, Senja mengetuk pintu kamarnya.
'hei, Nja!! ini kamarmu. kenapa harus ketok pintu dulu sih?' lagi lagi ia mengutuk dirinya.
tak ada jawaban dari dalam, ia putuskan membuka pintu.
Senja melihat Pria berkemeja putih tertidur di atas tempat tidurnya. Lengan Langit yang sedikit berotot dibuatnya menutup matanya, menghalangi cahaya matahari yang masuk dari cendela.
"Airnya saya letakkan disini pak" ucap Senja lirih, meletakkan Air diatas meja kecil sebelah tempat tidurnya.
Senja menatap jam dinding, jarum jam menunjuk ke angak 1. "jam 4 sudah harus bergegas ke rumahnya" keluhnya.
keadaan dibawah sangat ramai, dilihatnya Ayah Langit, Bimo dan Ibunya sedang berbicara, bercanda dan tertawa kecil.
'pak Subagio sangat tahu bagaimana menghargai orang lain, berbeda sekali dengan anaknya' batin Senja
**********
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore lebih, Senja sudah meninggalkan kediamannya menuju ke rumah Subagio.
Hampir satu jam di dalam mobil, akhirnya Senja terhenti di sebuah rumah mewah dengan halaman yang sangat luas. Senja mencoba menahan diri agar tidak terlihat kampungan melihat kemewahan ini.
"Silahkan Nona" seseorang membukakan pintu mobil.
Beberapa Asisten rumah tangga berseragam putih hitam berjajar menyambut majikannya.
Subagio berhenti tepat disamping wanita berumur 50 tahunan, berambut keriting pendek. Wajahnya tak menunjukkan keramahan. "ini Bu Ella. kepala Asisten rumah ini." Subagio memperkenalkan kepala Asisten rumahnya yang sudah mengabdi lebih dari 30 tahun.
"Saya Ella, saya siap membantu anda." Ella memperkenalkan diri
"Saya Senja, bu."
Subagio melangkah maju, memasuki ke kediamannya. Senja yang mengikutinya dari belakang mulai hilang kesadaran.
Mulutnya menganga 'jadi seperti ini rumah orang kaya?' batinnya. matanya menyusuri setiap sela kecil yang ia lewati.
"Pergilah istirahat," kata Subagio pada Senja "Jam tujuh malam akan ada pesta kecil disini. Kamu dan Langit harus menyapa teman-teman Ayah."
"Baik pak" Senja mengangguk, ia membalikkan badan menuju pintu depan.
"Nja, mau kemana?" tanya Subagio
"Ambil koper di mobil, pak"
Subagio tertawa kecil, "Pergilah ke kamarmu, kopermu sudah ada disana." Subagio memberi kode pada Ella untuk mengantar Senja ke kamarnya.
"Silahkan ikuti saya Nona." Ajak Ella
Senja mengekor dibelakang Ella, menaiki tangga. melewati beberapa lorong hingga sampai di depan pintu besar.
"Silahkan masuk Nona, ini kamar Anda. Pakaian Anda sudah ada didalam. Jika Anda membutuhkan sesuatu bisa menekan angka 4 di tuas telpon yang ada di dekat tempat tidur."
Senja mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Ella
Ia memasuki ruangan yang cukup besar. satu tempat tidur besar yang terlihat sangat mewah, satu set sofa dan TV yang menempel di dinding, kulkas kecil, meja kerja lengkap berada di ruangan yang ukurannya lebih besar dari rumahnya.
Senja langsung merebahkan badannya di atas tempat tidur. "nyaman banget" ucapnya, merasakan kasur yang begitu empuk. matanya mulai terpejam.
cklek
Suara pintu ruang ganti terbuka.
Senja terperanjat, bangun dari tempat tidurnya. ia melihat Langit keluar dari balik pintu. Hanya mengenakan handuk melilit bagian pinggang kebawah. Tangannya masih sibuk mengeringkan rambut yang basah dikepalanya.
Langit menatap datar Senja.
"kenapa anda disini pak?" Senja bertanya khawatir.
Langit berjalan dan membuka kulkas, mengambil sebotol minuman soda dan meminumnya.
Senja disuguhkan pemandangan yang menyegarkan, 'minuman biasa kalo yg minum orang ganteng bisa beda ya. kaya lagi lihat slow motion iklan minuman di televisi' batin Senja.
Matanya masih menatap Langit, memperhatikan butiran butiran air yang menetes dari rambut membasahi pipi hingga jatuh ke leher.
"jangan menatapku lebih dari tiga belas detik, atau kau akan jatuh cinta padaku"
Kalimat Langit menarik kembali nyawa nyawa Senja yang hampir terbang minggalkan badannya.
"turun dari ranjangku" perintah Langit.
"Ranjangku??" Senja mengulangi kata-kata langit. perlahan ia turun dari kasur empuk itu. ia meraih ganggang telpon, dan menekan tombol nomer empat.
"ya Nona?"
"Bu Ella, bisa tunjukkan kamar saya. Karena ini ternyata kamar Pak Langit"
"*J*uga kamar Anda, Nona."
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
nova vaw
hello senja sadar udh pasutri woy
2024-02-19
0
Hearty 💕
Aneh
2024-01-31
0
Asep Suratman
13 detik yah
2023-11-10
0