Istri Pilihan Kedua Orang Tuaku

Istri Pilihan Kedua Orang Tuaku

Bab 1. Permintaan.

Sebuah pernikahan yang amat sakral, itu menurut sebagian orang yang benar-benar menghargai apa makna sebuah pernikahan yang sebenarnya.

Menikah dengan pria baik-baik, baik secara iman dan juga hatinya, adalah impiannya selama ini. Kinara tidak pernah mengharapkan mempunyai suami kaya raya, dia hanya menginginkan suami yang seiman dengannya.

Yang bisa menjadi imamnya dalam menjalankan ibadahnya. Yang bisa menuntunnya untuk lebih dekat dengan Tuhan dan Rosul-Nya. Pria yang akan menjadi suami dunia dan akhiratnya.

Tapi apakah Kinara akan mendapatkan suami seperti yang dia inginkan selama ini? Pada hal keinginannya hanya keinginan yang sederhana. Tapi walaupun terlihat sangat sederhana, begitu sulit untuk mewujudkannya.

Bagai mimpi di siang bolong. Kinara tidak menyangka hidupnya akan berubah secara drastis setelah pernikahan yang dia jalani karena perjodohan yang dulu pernah dibuat oleh mendiang ayahnya.

Ya, Kinara adalah anak yatim piatu. Dia selama ini hanya tinggal berdua dengan Ayahnya, karena Ibu Kinara meninggal dunia saat Kinara duduk di bangku SMP.

Belum lama ini Ayah Kinara juga pergi meninggalkan Kinara untuk selama-lamanya, karena penyakit yang diderita selama dua tahun terakhir ini.

Ayah Kinara adalah seorang ustad yang sangat disegani di daerahnya. Selain mempunyai sifat dan hati yang baik, Ustad Maulana juga sering membantu tetangganya yang tengah kesusahan.

Dia tidak pilih-pilih dalam membantu sesamanya, dia juga tidak mengharapkan imbalan apapun atas bantuan yang dia berikan.

Kinara akan menjalani bahtera rumah tangga yang jauh dari angannya. Jauh dari mimpi-mimpinya selama ini. Gadis itu menerima perjodohan yang sudah di atur oleh mendiang Ayahnya dengan anak sahabat Ayahnya.

Meskipun dia belum pernah melihat atau mengenal sosok pria yang akan menjadi suaminya. Tapi Kinara menerima dengan lapang dada dan ikhlas, itu dikarenakan mendiang Ayahnya menginginkan pernikahan itu terjadi.

Bagi Kinara amanah mendiang Ayahnya adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi.

***

Pagi yang cerah, udara yang sangat menyegarkan. Aku membuka kedua mataku secara perlahan, kedua mataku mulai mengerjab.

Ku lihat jam dinding di dalam kamarku, ternyata sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Seperti biasa aku harus bergegas berangkat ke kantor.

Aku adalah seorang CEO di sebuah perusahaan yang cukup sukses kalau menurutku. Tapi aku belum merasa puas dengan kesuksesan yang aku raih.

Saat ini usiaku sudah menginjak 26 tahun, tapi sampai sekarang aku masih singel. Bukannya aku tidak laku ya, tapi aku belum bisa menetapkan hatiku, karena aku bingung dengan hati ini.

Semua gadis tergila-gila melihat ketampanan aku. Siapa sih yang tidak kenal dengan CEO tampan dan berkharisma, Abian Syah.

Semua orang memanggilku Bian. Bukannya aku sombong atau apa pun itu, tapi itulah kenyataannya. Aku bangga dengan ketampanan aku ini, semua wanita takluk di hadapan aku.

Setelah bersiap-siap, aku bergegas keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu. Aku berjalan menuju ruang makan untuk menemui kedua orang tuaku.

"Pagi Ma, Pa," sapaku.

Aku duduk di depan kedua orang tuaku. Kami makan dalam diam. Aku memang paling tidak suka makan dengan banyak bicara. Lebih baik habiskan dulu makananmu baru kamu bisa bicara. Itu adalah aturan pertama dalam hidupku.

"Bian," panggil Papa ku.

Aku mendongakkan wajah ku untuk menatap wajah Papa ku. Melihat ekspresi wajah Papa ku, aku merasa ada yang aneh.

"Ada yang ingin Papa bicarakan," ucap Papa ku lagi.

Aku bisa melihat Papa ku melirik ke arah Mama. Aku penasaran dengan apa yang ingin Papa ku bicarakan kepada ku. Setelah selesai sarapan, aku mengikuti Papa ke ruang tengah. Tapi sebelum itu aku menelpon sekretarisku, aku mengatakan kepadanya jika aku akan datang terlambat.

"Papa mau bicara apa? Aku harus segera pergi ke kantor," kata ku lalu duduk di samping Papa ku.

"Papa ingin kamu menikah."

Aku seketika langsung membulatkan kedua mataku.

Apa! Menikah! Kenapa tiba-tiba Papa ingin aku menikah? Bagaimana aku bisa menikah, sedangkan diriku belum bisa menemukan wanita yang cocok untuk aku nikahi.

Selain itu, aku masih bingung dengan kondisi aku saat ini. Tapi bagaimana aku menjelaskan semua itu kepada Papa.

"Bian, untuk pertama kalinya Papa mempunyai permintaan kepada kamu. Papa berharap kamu tidak akan menolaknya. Kamu adalah anak Papa satu-satunya, harapan Papa," ucap Papa ku lagi.

Aku menghela nafas panjang, aku bingung harus menjawab apa. Selain tentang rahasia yang aku sembunyikan selama ini, tentang kesalahan yang pernah aku lakukan, yang mungkin akan membuat kedua orang tuaku malu kalau sampai mereka tau apa yang sudah aku lakukan, aku juga tidak mempunyai calon istri.

Aku memang pernah dekat dengan beberapa wanita, tapi dari mereka tidak ada yang bisa membuatku merasa nyaman, karena mereka hanya menyukai uangku, bukan tulus karena mencintaiku.

"Pa, bagaimana aku bisa menikah, sedangkan aku tidak mempunyai calon istri, selain itu aku juga belum siap untuk menikah."

Hanya itu alasan yang bisa aku berikan kepada Papa ku. Aku berharap Papa akan menunggu lebih lama lagi, sampai aku bisa menemukan calon istri. Walau itu hanya alasan aku untuk mengulur waktu. Aku benar-benar belum siap untuk menikah, apalagi mengingat kondisiku saat ini.

"Papa sudah punya calon untuk kamu, Papa hanya butuh persetujuan kamu," ucap Papa ku.

"Apa!" seruku terkejut.

Aku sungguh tidak menyangka, Papa sudah menentukan calon istri untukku. Aku bingung, aku tidak tahu harus memberi alasan apa lagi agar Papa menunda pernikahan ini.

Sebenarnya aku tidak masalah dengan pernikahan itu, yang jadi masalah adalah aku kasihan dengan calon istri ku nanti. Karena dia pasti akan kecewa jika dia mengetahui tentang rahasia besar aku simpan rapat-rapat sampai saat ini.

"Papa mohon, turuti permintaan Papa. Apa kamu tidak ingin melihat Papa dan Mama bahagia?" Papa ku meminta dengan wajah memelasnya.

Aku melihat raut wajah Papa yang begitu memelas. Sebenarnya aku tidak tega melihat Papa seperti itu, tapi aku harus bagaimana? Saat ini aku benar-benar bingung, aku tidak mau mengecewakan Papa, tapi aku juga tidak mau membuat anak gadis orang menderita jika menikah denganku.

Aku tatap wajah memelas Papa ku, aku bisa melihat betapa Papa menginginkan aku untuk menjawab iya. Aku mengambil nafas dan membuangnya perlahan, semoga keputusan aku ini benar. Dengan sangat terpaksa aku akhirnya menganggukkan kepalaku.

Arrgghh! Rasanya aku mau mati saja.

Seketika raut wajah Papa berubah, aku bisa melihat ada sebuah senyuman di wajah Papa. Aku senang, aku bisa mengabulkan permintaan Papa. Tapi setelah ini apa yang akan terjadi. Kehidupan pernikahan yang bagaimana yang harus aku jalani?

"Besok Papa akan ajak kamu untuk menemui gadis itu. Papa yakin kamu tidak akan menyesal telah menyetujui permintaan Papa. Dia gadis yang sangat cantik dan soleha," ucap Papa ku dengan senyuman yang merekah dari bibirnya.

Aku hanya mampu menampakkan senyum palsu ku dan menganggukkan kepala ku. Aku melihat jam di tanganku ternyata sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Aku segera berpamitan kepada Papa, aku cium tangan Papa ku. Ini pertama kalinya aku datang terlambat ke kantor.

Meskipun aku seorang CEO di perusahaan aku, tapi aku harus memberi contoh yang baik untuk karyawan-karyawan aku. Karena Bos adalah panutan karyawan, itu menurut aku sih, PD nya. Merasa besar kepala jika itu terbukti benar. Ada-ada saja.

Setelah berpamitan sama Mama, aku bergegas keluar dari rumah, menuju mobilku. Aku lupa jika hari ini aku ada meeting penting.

Setelah aku lihat ponselku, ternyata sekretaris ku menelpon ku berkali-kali. Aku bergegas melajukan mobilku menuju kantor. Bahkan dalam perjalanan menuju kantor pun, kata-kata Papa masih berputar di pikiranku.

Menikah!

Oh My God.

Kenapa tiba-tiba Papa ingin aku menikah? Apa karena umurku yang sudah tua, tapi menurutku aku juga belum terlalu tua.

Tapi, dari apa yang aku cerna dari kata-kata Papa tadi, Papa sepertinya memang sudah sangat mengenal gadis itu. Aku jadi penasaran, seperti apa wajah gadis itu, hingga membuat Papa begitu ingin aku menikahinya.

Apa dia memang cantik seperti yang Papa katakan? Tapi, bagiku wanita manapun sama saja, tidak ada bedanya sama sekali. Aku yakin, wanita itu mau menikah denganku juga karena keluargaku kaya raya. Mana mungkin ada wanita yang mau menikah dengan lelaki yang belum dikenalnya. Mustahil, itu sangat mustahil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!