Pernikahan tanpa cinta akan membuat hidup kita tidak bahagia, karena kita akan hidup selamanya dengan orang itu hingga akhir hayat. Kecuali jika terbesit kata pisah nantinya, maka itu akan lain ceritanya.
Tapi itu tidak ada di kamus aku, pernikahan adalah hubungan sakral yang terjalin dari rasa saling percaya, meski tidak ada cinta. Tapi yang ada dalam otakku saat ini, apa cinta itu akan datang diantara aku dan Kinara?
Lalu cinta seperti apa yang akan hadir diantara kami berdua? Hubungan seperti apa yang akan terjalin diantara kita berdua nantinya? Ah ... jika memikirkan itu sungguh membuat kepalaku pusing. Sekarang aku hanya ingin segera menyelesaikan acara pernikahan ini.
Baru sepuluh menit yang lalu, aku telah selesai mengucapkan ijab qobul, sungguh hal yang tidak pernah aku bayangkan, aku akhirnya menikah dengan seorang wanita secantik Kinara.
Saat ini aku tengah duduk di pelaminan sembari menunggu istriku, Kinara. Dia kini sedang dijemput oleh Mama ku. Aku sekarang saja sudah begitu gugup, bahkan aku bisa merasakan telapak tanganku yang mulai dingin, karena keringat dingin sudah membasahi kedua telapak tanganku.
Setelah kira-kira lima belas menit menunggu, akhirnya aku melihat Kinara yang tengah digandeng oleh Mama ku. Cantik, itu kata pertama yang keluar dari mulutku. Aku tidak memungkiri, dia memang benar-benar cantik. Andai aku lelaki normal, aku akan sangat bersyukur mempunyai istri seperti Kinara.
Aku lihat dia begitu sempurna, siapapun lelaki yang menjadi suaminya pasti akan sangat bersyukur, mempunyai istri seperti Kinara. Tubuh indahnya di balut dengan gaun pengantin yang berwarna putih, dengan hijab yang tentu saja dibuat seindah mungkin dengan mahkota di atas kepalanya.
Kinara bagaikan seorang putri raja dengan gaun pengantin itu. Di tangannya dia membawa buket bunga dengan bermacam warna, sungguh pemandangan itu membuat kedua mataku tak berkedip saat menatapnya.
Mama ku membawanya duduk di sampingku, dia kini sudah mau menyentuh tanganku, tentu saja, sekarang dia sudah SAH menjadi istriku.
Dia mencium punggung tanganku sebagai penghormatan dia kepada ku, yang kini sudah menjadi suaminya. Aku tersenyum kepadanya, dia pun juga tersenyum kepadaku, senyuman yang begitu manis, itu menurutku.
Pak Penghulu menyuruhku untuk menyematkan cincin di jari manisnya, sebagai lambang jika kami sudah benar-benar menikah. Tanganku sedikit gemetar saat memakaikan cincin di jari manis Kinara. Kinara pun kini juga memakaikan cincin satunya di jari manis ku.
Aku bingung harus berbuat apa setelah itu, aku ingat akan adegan yang pernah Mama aku lihat di layar televisi. Tentu saja, Mama ku itu sangat gemar melihat acara sinetron yang ujung-ujung nya bikin mewek. Dasar emak-emak.
Dengan penuh kehati-hatian, aku mencium kening istriku. Ini pertama kali bagi ku melakukan ini kepada Kinara, karena kami memang tidak mengalami tahap berpacaran, sehingga aku tidak bisa menyentuhnya sebelum kami menikah.
Saat melakukan itu, seakan hatiku bergejolak, ada perasaan aneh yang seakan merayap di tubuhku. Aku menatap bibir tipisnya, ingin sekali aku **********, tapi tidak, aku tidak akan melakukannya.
Aku bisa mendengar suara tepuk tangan yang riuh bersahut-sahutan, saat aku mencium kening Kinara. Aku juga bisa melihat senyum terpancar dari wajah Mama dan Papa. Akhirnya mereka bahagia, aku akhirnya bisa membuat kedua orang tuaku bahagia.
Aku dan Kinara lalu meminta restu kepada Mama dan Papaku, mereka mulai memberikan doanya untukku dan juga Kinara.
"Semoga kalian menjadi keluarga yang SAMAWA." Itu doa dari Papa ku.
"Semoga kalian akan cepat memberi Mama dan Papa cucu." Tentu itu doa dari Mama ku.
Cucu!
Oh my good.
Sungguh tak pernah terpikirkan olehku semua itu. Anak? Apa itu mungkin terjadi? Apa Kinara mau mengandung anakku? Mengandung anak dari pria yang mempunyai masa lalu kelam seperti diriku ini?
Kinara memang wanita yang sangat cantik, bahkan aku menjulukinya bidadari surga. Tapi, apa dia mau menerima semua masa laluku, saat dia tahu yang sebenarnya?
Aku memang suatu hari nanti saat ingin mempunyai anak, yang akan memanggilku papa, yang akan menemaniku di masa tuaku nanti. Tentu saja dari wanita yang benar-benar bisa mencintaiku dengan tulus dan mau menerima semua masa laluku.
Tapi, tentu saja itu tidak akan terjadi, kecuali Kinara memang benar-benar mau menerima aku menjadi suaminya lagi saat dia nanti mengetahui semuanya.
Acara pernikahanku berjalan dengan lancar, seluruh tubuhku rasanya begitu pegal. Berjam-jam aku berdiri untuk menyambut para tamu undangan yang bejibun banyaknya. Selain kolega-kolega ku, ada juga sahabat Mama dan Papa, dan juga para sahabat Kinara.
Tapi yang aku tidak habis pikir, tak ada satupun keluarga Kinara yang datang. Pada hal aku dengar dari Papa, Kinara masih mempunyai paman dan bibi. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di keluarga Kinara, aku juga tidak mau tahu, karena itu urusan keluarga mereka.
"Mas Bian bisa mandi sekarang," ucap Kinara setelah dia selesai membersihkan diri.
Aku menganggukkan kepalaku dan bergegas menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, aku terus mondar-mandir sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Aku tahu ini malam pengantin kami, tapi dengan kondisiku yang seperti ini, apa aku sanggup melakukannya?
‘Ah, sial!’ aku mengumpat dalam hati, karena aku tidak ingin Kinara mendengar teriakanku.
Aku terus termenung dalam guyuran air yang mengalir dari shower. Sama sekali tidak ada ide untuk melewatkan malam ini begitu saja. Jika aku lelaki brengsek, maka dengan senang hati aku akan melakukan malam pengantin ini, karena itu hak aku, karena dia adalah istriku yang SAH.
Tapi, posisinya saat ini sangat berbeda, Kinara adalah wanita yang sangat baik dan soleha, aku tidak mungkin memperlakukannya seperti wanita-wanita yang pernah aku tiduri sebelumnya. Mungkin aku bisa menghindari malam ini, tapi malam-malam selanjutnya bagaimana?
Apa aku bisa terus memberi alasan untuk menghindar? Apa Kinara tidak akan merasa curiga?
Aku mematikan shower, aku membuka pintu kamar mandi secara perlahan, aku melihat Kinara tengah duduk di tepi ranjang sambil memainkan kelopak bunga mawar yang berbentuk hati yang ada di atas ranjang ku. Dengan sangat perlahan aku berjalan mendekati Kinara.
"Cantik ya," ucapku sambil duduk di sampingnya.
Bahkan saat ini aku begitu sangat gugup. Ini pertama kalinya aku gugup di hadapan seorang wanita, karena biasanya wanita yang selalu berusaha untuk mendekatiku. Tapi saat ini, aku yang mendekati wanita ini, yang sudah SAH menjadi istriku.
Dia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Aku bisa melihat kegelisahan dari sorot matanya.
"Apa kamu takut?" tanyaku penasaran.
Lebih tepatnya aku ingin mencari alasan dari jawabannya nanti. Tentu alasan untuk menghindari malam pengantin ini.
"Rasa takut itu pasti ada, tapi bukan rasa takut kepada Mas, melainkan rasa takut, jika nanti aku akan mengecewakan Mas."
Oh Tuhan, jawaban yang tidak pernah aku sangka-sangka. Jika aku bisa jujur kepadanya, maka aku akan mengatakan, aku lah yang akan mengecewakan dia, bukan dia yang akan mengecewakan aku.
Aku memberanikan diri untuk mengecup keningnya, dan debaran itu kembali aku rasakan. Aku melihat Kinara memejamkan kedua matanya saat aku mengecup keningnya.
Apa yang harus aku lakukan? Apa? Apa aku benar-benar harus melakukannya? Aku tidak sanggup merenggut kesucian Kinara, meskipun dia sudah SAH menjadi istriku.
Bukan karena aku tidak mau, tapi dia begitu baik, soleha, aku hanya tidak ingin dia menyesal nantinya, saat mengetahui semuanya tentang aku.
Beri aku jalan keluar, Ya Tuhan.
Aku berteriak dalam batinku. Tapi apa akan ada yang datang menolongku dan membawaku keluar dari situasiku saat ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Devi Sihotang Sihotang
masa lalu nya apa ya thor
2023-05-03
0
𝐈𝐬𝐭𝐲
knp bian gak coba jujur aja, siapa tau ara mau menerima kekurangan dan kelebihan bian
2023-04-08
1