Aku mempercepat laju mobilnya, karena letak rumah Eza lumayan jauh dari rumah ku. Aku ingin segera menyelesaikan masalah di antara kami berdua. Aku tidak ingin Eza sampai menghancurkan rumah tangga ku dengan Kinara.
Sesampainya di rumah Eza. Aku melihat Eza sudah menunggu di depan pintu rumahnya. Aku membuka pintu mobilku, melangkah keluar dari mobil. Aku melihat Eza yang kini tengah berjalan ke arahku.
Aku sangat terkejut, saat tiba-tiba Eza langsung menampar wajahku.
“Za!” seruku dengan menyentuh pipi kiriku yang terasa panas dan nyeri, karena Eza menamparku dengan sangat keras.
“Apa kamu sudah gila, hah!” seruku lagi.
Eza malah menyunggingkan senyumannya, sepertinya dia begitu menikmati ketika aku merasakan kesakitan yang luar biasa di pipi kiriku karena tamparannya tadi. Seumur hidupku, baru kali ini aku ditampar. Kedua orang tuaku bahkan sekalipun tak pernah menamparku.
“Itu belum seberapa, Bian! Rasa sakit karena tamparan aku tadi belum seberapa dengan rasa sakit yang kamu torehkan!” teriak Eza dengan tatapan nyalangnya.
Ya, aku tau. Aku tau rasa sakit ini belum seberapa bila mengingat kesalahan yang sudah aku lakukan di masa lalu. Tapi aku sudah sangat menyesalinya. Andai aku bisa memutar waktu, maka aku akan menebus semua kesalahan aku di masa lalu.
“Bisa-bisanya kamu menikah setelah apa yang sudah kamu lakukan! apa istrimu juga tau tentang apa yang sudah kamu lakukan di masa lalu!”
Sepertinya saat ini Eza sedang emosi, aku juga yakin, berita tentang pernikahan aku dan Kinara pasti akan sampai di telinga Eza. Aku memang terpaksa tak mengundangnya, karena tak ingin ada kekacauan karena ulah Eza.
"Apa gadis itu cantik?" tanya Eza penasaran.
"Cantik banget ... seperti bidadari surga, dia juga sangat soleha."
“Sepertinya aku harus berkunjung ke rumah kamu, aku ingin lihat, secantik apa istrimu itu sampai kamu memujinya seperti bidadari. Apa hatinya juga secantik wajahnya? Apa dia juga bisa menerima semua kesalahan kamu di masa lalu?”
Aku melihat Eza tengah menyunggingkan senyumannya, terlihat jelas dia tengah memberikan sebuah ancaman padaku secara tidak langsung. Sepertinya aku harus berhati-hati dengan Eza mulai sekarang, jangan sampai dia menemui Kinara dan membongkar semuanya.
Aku memang akan bicara jujur kepada Kinara, tapi tidak untuk sekarang, karena aku masih butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya. Bahkan konsekuensi yang harus aku terima nantinya.
“Aku akan mengatakan itu pada Kinara, tapi tidak untuk sekarang. Aku butuh waktu. Jadi jangan ganggu Kinara.”
Aku melihat Eza tertawa sarkas. Entah apa yang Eza rencanakan untuk menghancurkan rumah tanggaku.
“Za, aku tidak ingin berhubungan denganmu lagi. Semua sudah berakhir. Aku sudah menyesali semuanya, tapi aku juga tak mau terus terpuruk. Aku ingin hidup normal dengan istriku. Aku ingin mempunyai keluarga kecil yang bahagia dengannya.”
Aku melihat Eza mengepalkan kedua tangannya. Dia menatapku dengan sangat tajam, ada kemarahan, kekecewaan di sorot matanya. Aku tau, dia tak akan membiarkan aku hidup bahagia.
“Bian, sampai kapanku aku gak akan melepaskan kamu. Kamu salah telah bermain-main denganku. Jika kamu lebih memilih istri kamu itu. Maka kamu akan melihat, apa yang bisa aku lakukan!” ancam Eza lalu melangkah pergi meninggalkan aku.
Aku menyandarkan tubuhku ke mobil, ku raup wajahku dengan gusar. Sekarang apa yang harus aku lakukan?
Aku takut. Apa yang akan Eza lakukan? Apa dia akan mengatakan semuanya kepada keluargaku? Tidak! Aku gak akan membiarkan itu terjadi. Aku gak akan membiarkan keluargaku hancur, hanya karena kesalahan yang pernah aku lakukan di masa lalu.
Setelah urusanku dengan Eza selesai, aku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Aku akan meminta maaf kepada Kinara karena sudah batal mengajaknya jalan-jalan hari ini. Tapi aku melakukannya karena aku tak ingin sampai Eza membongkar semua masa laluku kepada Kinara.
Apa aku sudah egois, aku belum berani mengatakan yang sebenarnya kepada Kinara? Apa aku begitu egois, karena aku juga tidak bisa melepaskan Kinara begitu saja? entah kenapa aku ingin mencoba mempertahankan pernikahan ini.
Aku melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Tapi saat ini hujan turun dengan derasnya. Aku tidak pernah berharap hidupku akan menjadi sekacau ini, padahal sebelum aku menikah, hidupku terasa begitu tenang dengan kehidupan yang aku jalani selama ini.
Kinara, maafkan aku.
Aku menghela nafas dengan kasar, dadaku terasa sesak. Jika suatu saat kamu memang ingin berpisah denganku, aku akan melepaskan kamu, karena kamu berhak untuk bahagia.
Akhirnya Aku sampai di depan rumahnya. Aku lalu mengambil payung dari jok belakang, ku buka pintu mobilku, lalu ku buka payung yang aku pegang, setelah itu aku bergegas keluar dari mobil. Setelah sampai di depan pintu aku meletakkan payung itu dan membuka pintu.
Aku sangat terkejut saat melihat Mama sudah berdiri di depan pintu. “Mama! Sedang apa Mama berdiri di depan pintu?” tanyaku terkejut.
“Kamu dari mana saja? Bukankah kamu sudah berjanji akan mengajak istri kamu jalan-jalan? Tapi kenapa kamu malah sibuk dengan urusan kamu sendiri?” terlihat sekali kalau Mama marah padaku. Tapi ini memang salahku.
“Maafkan aku, Ma. Aku tadi ada urusan penting yang gak bisa aku abaikan begitu saja.”
Tapi Mama sama sekali tidak menggubris ucapanku. Mama lebih memilih untuk meninggalkan aku. Ini kali pertama Mama mengacuhkan aku.
Aku meraup wajahnya dengan sangat kasar. Aku sudah mengecewakan Mama, selama ini aku belum pernah melihat Mama sekecewa ini padaku.
Aku memilih untuk melangkahkan kakinya menuju tangga, karena aku ingin segera mandi dan mengganti pakaiannya yang sempat terkena air hujan. Saat masuk ke dalam kamar aku melihat Kinara yang tengah menjalankan sholat Ashar. Aku pun mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam kamar, karena tidak ingin mengganggu ibadah Kinara.
Setelah menunggu di luar kamar selama kurang lebih tiga puluh menit, aku memutuskan untuk kembali membuka pintu kamar, aku melihat Kinara sedang duduk sambil membaca Al-Qur'an, mendengar suara lantunan ayat suci yang dibaca Kinara, membuat hati ku seketika menjadi tenang.
Andai aku bisa jujur dengan Kinara tentang rahasia besar yang aku sembunyikan, aku ingin sekali membahagiakan Kinara, dia adalah istri yang soleha. Tapi sayang, nasibnya tidak secantik hatinya.
Kinara yang sudah selesai membaca Al-Qur'an, kembali meletakkan Al-Qur’an itu ke atas meja. Dia lalu melepaskan mukena yang dipakainya dan melipatnya seperti semula. Kinara sepertinya tau kalau sejak tadi aku sedang mengamatinya.
Kinara beranjak dari duduknya, dia lalu menatap ku yang masih mematung di depan pintu kamar.
“Mau sampai kapan Mas akan melihatku seperti itu?” tanyanya padaku dengan senyuman di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Devi Sihotang Sihotang
lebih baik jujur kamu biar sama kinara
2023-05-03
0