Seksi.

Akhirnya aku dan Kinara sudah sampai di Paris. Setelah dari bandara, aku dan Kinara masuk ke dalam taksi. Aku meminta supir taksi itu untuk mengantar kami ke hotel, tentu saja hotel yang sudah di pesan oleh mama dan papa ku.

Pokoknya semuanya sudah di urus sama mereka, aku dan Kinara tinggal bersenang-senang saja, itu kata mama sebelum kami berangkat ke bandara.

Sesampainya di hotel, aku langsung menuju receptionist untuk melakukan reservasi ulang kamar hotel yang telah di pesan Mama dan Papa. Setelah mendapatkan cardlock, aku langsung mengajak Kinara menuju lift, dan ada dua pelayan hotel itu yang mengikuti kami sambil membawakan barang-barang kami. Kamar kami ada di lantai sepuluh dengan nomor kamar 234, nomor kamar yang sangat cantik menurutku.

Aku membuka pintu kamar hotel itu menggunakan cardlock yang aku dapatkan dari receptionist tadi dan pintu kamar itu mulai terbuka. Aku dan Kinara begitu takjub saat melihat kamar yang akan kami tempati. Kamar itu tipe presidential suite room. Jadi kamar yang kami tempati saat ini menyerupai sebuah apartemen.

Jadi yang ada di dalam kamar itu bukan hanya ranjang, seperti di hotel-hotel yang pernah aku pesan selama ini. Mama dan Papa memang yang terbaik, mereka bahkan sampai memikirkan sedetail ini.

Aku bisa melihat raut wajah Kinara yang terlihat sangat bahagia, senyuman manis terukir jelas di kedua sudut bibirnya. Kedua pelayan itu memasukkan semua barang-barang kami ke dalam kamar, setelah itu pamit undur diri.

Aku lalu kembali menatap Kinara. “Apa kamu suka dengan kamarnya?” meskipun aku sudah tahu dari ekspresi wajahnya, tapi aku ingin mendengarnya langsung dari mulut Kinara. Aku melihat Kinara mulai menganggukkan kepalanya.

“Aku suka kamar ini, Mas, sangat indah dan juga luas.” Aku melihat dia berjalan menuju jendela, aku mengikutinya dari belakang.

“Dari sini kita bisa melihat keindahan Menara Eiffel, dan ini pertama kalinya aku melihat pemandangan seindah ini.”

Aku senang mendengar apa yang Kinara katakan. Apalagi melihat senyuman yang sejak tadi melekat di kedua sudut bibirnya. Aku merasa sangat lelah, aku juga ingin segera pergi untuk membersihkan diri. Aku pun membiarkan Kinara menikmati pemandangan di depan kedua matanya.

Aku memutuskan untuk segera membersihkan diri, tapi sebelum itu aku menghubungi room service untuk memesan makanan. Aku merasa sangat lapar, mungkin Kinara juga merasakan hal yang sama, mana mungkin dia tidak merasa lapar setelah perjalanan jauh.

Sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi, aku berpesan kepada Kinara jika nanti ada pelayan room service yang mengantar makanan ke kamar ini. Aku melihat Kinara menganggukkan kepalanya, dia pasti sudah mengerti maksud ucapanku.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju kamar mandi, aku mulai mengisi bathup dengan air hangat dan menambahkan sedikit wewangian juga. Aku ingin merilexkan tubuh ku yang terasa sangat lelah. Rasanya sungguh sangat nyaman, apalagi wewangian yang disediakan di kamar hotel itu adalah wewangian favorit aku.

Saat aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi, aku melihat makanan sudah tertata rapi di atas meja. Aku lalu melangkahkan kakiku mendekati Kinara yang sedang memindahkan meja dorong itu menjauh.

“Mas, sudah selesai mandi?” tanyanya saat aku berdiri di sampingnya.

“Sudah, sekarang giliran kamu, setelah itu nanti kita makan malam bersama.” Kinara pun menganggukkan kepalanya. Setelah Kinara masuk ke dalam kamar mandi, aku mencoba mengambil koperku yang tadi dibawa oleh pelayan hotel. Aku membuka koperku dan mengambil piyamaku dan memakainya.

Aku merasa sangat lapar, aku ingin sekali menyantap makanan yang saat ini ada di depan kedua mataku. Baunya saja sudah membuat cacing di dalam perutku memberontak, mereka sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan itu.

Aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, kedua mataku membulat dengan sempurna. Aku melihat Kinara keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bath robes yang sama seperti yang tadi aku pakai. Bahkan saat ini Kinara sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan menggunakan handuk kecil di tangannya.

Kinara terlihat begitu seksi saat memakai bathrobes yang membalut tubuhnya. Itu baru bathrobes, gimana kalau Kinara memakai lingerie? Pasti akan lebih seksi lagi.

Astaga, sepertinya otakku mulai eror, kenapa aku justru bertraveling sambil membayangkan lekuk tubuh Kinara?

Jika aku pria yang egois, mungkin saat ini aku sudah melahap nya, dan menikmati setiap lekuk tubuhnya. Ternyata di balik pakaian kedodoran yang selama ini Kinara pakai, dia menyembunyikan bentuk tubuhnya yang sangat indah.

Aku bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Kinara, karena bathrobes yang Kinara pakai saat ini tidak kedodoran, tapi itu sangat pas di tubuhnya.

Dadanya sangat menarik perhatian aku , bahkan jika aku mengukurnya dengan telapak tanganku, tidak akan cukup. Hanya membayangkannya saja sudah membuat bagian bawahku seakan ingin berontak.

Astaga! Aku menggelengkan-gelengkan kepalaku, untuk menyingkirkan pikiran liarku tentang tubuh istriku sendiri.

Kinara tersenyum melihatku, mungkin dia tahu kalau sejak tadi aku memperhatikannya.

“Mas, jangan melihatku seperti itu, aku kan jadi malu,” ucapnya sambil tersipu malu.

Wajah Kinara pun mulai merona, dan itu sungguh membuat wajahnya semakin terlihat menggemaskan. Aku ingin sekali memujinya, karena selama ini aku belum pernah memujinya.

“Kamu terlihat cantik dengan penampilan kamu seperti itu, apalagi rambut hitam kamu yang panjang itu. Ternyata di balik kerudung dan pakaian yang kamu pakai setiap hari, kamu diam-diam menyembunyikan keindahan di baliknya,” puji ku.

Aku berharap Kinara suka dengan pujian yang aku lontarkan. Dan tebakan benar, aku melihat wajah Kinara semakin merona.

“Ayo kita makan, nanti keburu dingin makanannya,” ajak ku.

Sejak tadi perutku sudah berbunyi dan meminta untuk segera diisi. Aku melihat Kinara mendudukkan tubuhnya di sofa tunggal, mungkin dia masih merasa malu bila duduk di sebelahku, apalagi sekarang kami berada di kamar hotel, hanya ada kami berdua di ruangan sebesar ini.

Aku yang sudah tidak sabar ingin menyantap makanan yang ada di depanku pun segera mengambil sendok dan mengambil makanan itu dan aku masukkan ke dalam mulutku. Tapi sebelum itu, aku terlebih dahulu menyuruh Kinara untuk makan.

Makanan itu ternyata memang sangat lezat. Dan setelah beberapa menit, kami pun selesai makan. Aku kembali menghubungi room service untuk membersihkan sisa-sisa makanan kami.

Aku melihat Kinara berjalan menuju kopernya, dia mulai membuka koper itu dan memindahkan semua isinya ke dalam lemari pakaian. Ternyata Kinara juga menata semua pakaian yang aku bawa ke dalam lemari.

Malam ini setelah sholat isya, kami memutuskan untuk tidur. Aku dan Kinara sudah merencanakan rencana apa saja yang akan kami lakukan besok pagi.

Jadi malam ini kami ingin tidur sepuasnya, agar besok pagi kami tidak bangun kesiangan. Walaupun aku tidak pernah melihat Kinara sampai bangun kesiangan, karena Kinara selalu bangun sebelum waktunya sholat subuh.

Dan semenjak ada Kinara, aku bisa menunaikan sholat subuh, yang dulu aku bahkan jarang melakukannya. Sejak awal aku sudah bilang, kalau tentang agama, aku masih cetek, dan masih harus banyak belajar, dan Kinara adalah orang yang tepat.

Aku ingin sekali belajar soal agama darinya, tapi aku begitu gengsi untuk mengatakan niat baikku itu. Disini aku adalah kepala rumah tangga, Imam untuk Kinara, seharusnya aku menjadi panutan Kinara, tapi disini malah sebaliknya. Aku malah menjadikan Kinara sebagai panutanku.

Aku menatap wajah Kinara yang saat ini sudah terlelap di depanku, aku ingin sekali memeluknya. Apalagi saat aku menatap bibir tipis itu, ingin sekali aku mengecupnya dan merasakan manisnya.

Tapi, aku sama sekali tidak mempunyai keberanian. Entah kenapa aku begitu takut melakukannya dengan Kinara, apa itu karena rasa bersalah yang aku rasakan selama ini?

Aku hanya mampu menatap wajah istriku yang terlelap, tanpa berani menyentuhnya. Padahal saat ini bagian bawahku sudah mulai bereaksi, tapi aku berusaha untuk tetap menahan diri.

Aku tidak ingin merenggut kesucian Kinara, meskipun dia adalah istriku yang SAH. Aku akan melakukannya saat Kinara mau menerima semua masa laluku.

Aku merasa sangat mengantuk, daripada pikiran liarku semakin melantur, aku memutuskan untuk tidur. Semoga bagian bawahku juga akan tidur kembali, karena dia tidak akan mendapatkan sarangnya malam ini. Hahaha, dasar mesum, otak mesum ya seperti ini.

Ku kecup kening Kinara dengan perlahan, karena aku tak ingin sampai mengganggu tidurnya.

"Maafin aku, Ra. Aku minta maaf."

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!