Dengan tangan yang sudah keluar keringat dingin, bahkan tanganku terasa gemetar. Aku memberanikan diri untuk membuka kerudung yang menutupi kepala Kinara.
Kedua mataku membulat seketika, aku tidak salah menjulukinya bidadari surga, karena dia benar-benar cantik.
Rambut hitam lurus, begitu lembut saat aku menyentuhnya. Bau harum, saat aku menghirup aromanya. Kinara hanya memejamkan kedua matanya saat aku membuka penutup kepalanya. Bahkan dia sama sekali tidak gemetar.
Apa dia benar-benar sudah mempersiapkan semua ini? Tatapanku menatap ke arah bibir tipis Kinara yang berwarna merah mudah, aku ingin sekali **********, tapi ... tapi aku tidak berani.
"Ara," panggilku pelan. Aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan Ara.
Dengan perlahan aku melihat dia membuka kedua matanya. Kedua mata indah itu kini tengah menatapku.
"Kamu yakin ingin melakukan ini malam ini? Em ... maksud aku, kita menikah karena dijodohkan, kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain. Apa ini tidak terlalu cepat?" tanyaku dengan ragu-ragu. Aku takut pertanyaan aku ini malah menyakiti hatinya.
Aku bisa melihat kening Kinara mengerut seketika saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku. Tapi kerutan itu juga hilang dengan sekejap dan beralih menjadi senyuman di wajahnya.
"Aku menikah dengan Mas Bian memang karena dijodohkan, tapi aku juga mempunyai niat, jika aku menikah dengan Mas Bian karena Allah, untuk menjalankan amanah terakhir Ayah. Melakukan hubungan ini atau tidak itu terserah kepada Mas Bian, karena aku hanya menjalankan kewajiban aku sebagai seorang istri, karena melayani Mas adalah kewajiban ku sekarang."
Jawaban Kirana yang membuat aku tak bisa berkata-kata.
Tiba-tiba aku merasakan sentuhan dari tangan Kirana, rasanya begitu lembut. Dia menggenggam tanganku. Ini pertama kalinya Kinara berani menggenggam tanganku. Kulit tangannya terasa begitu halus dan lembut.
"Jika Mas Bian tidak menginginkannya, tak apa. Kita bisa melakukannya lain kali, karena kalau aku boleh jujur, aku juga belum siap melakukannya. Tapi, karena ini adalah tugas seorang istri, mau tidak mau aku harus melakukannya. Tapi, jika Mas ingin melakukannya, aku akan menurutinya, aku ikhlas, Mas," ucapnya dengan senyuman di wajahnya.
Entah mengapa hatiku merasa sangat lega mendengar kata-kata yang baru saja Kirana ucapkan. Aku tidak butuh mencari alasan untuk menghindari malam pengantin kami.
Jujur, aku juga penasaran dan ingin tahu, apa yang ada di balik baju Kinara. Meskipun aku sudah pernah melihat milik wanita lain, tapi aku begitu penasaran dengan apa yang ada di depanku saat ini.
Jika aku mempunyai keberanian, aku tidak akan membiarkan malam ini lepas begitu saja. Aku juga lelaki normal, disuguhi kemolekan tubuh Kinara, siapa yang tidak tergiur, meskipun tubuh itu masih terbalut piyama tidur Kinara.
Tapi, aku bisa menebak, jika yang ada di balik gaun itu begitu mulus dan indah tentunya. Kulit tangan Kinara saja begitu lembut, pasti kulit tubuh yang lainnya juga begitu lembut dan mulus.
‘Ah! kenapa otakku malah traveling kemana-mana?’ umpatku dalam hati.
Membayangkannya saja sudah membuat ku menelan ludah berkali-kali, bahkan bagian bawahku sepertinya juga sudah bereaksi. Malam ini aku harus menuntaskannya sendiri, tidak mungkin aku meminta Kinara untuk menjadi tempat pelampiasan hasratku.
Jika aku sudah bisa menetapkan hatiku. Apa aku bisa hidup nyaman dengan Kinara, maka akan dengan senang hati aku memuaskannya sebagai istriku. Meskipun kami sudah SAH, tapi aku belum berani menyentuhnya, karena aku tidak ingin menyakitinya.
"Maaf. Aku belum bisa melakukannya malam ini. Gak apa kan? Karena sejujurnya aku juga belum siap. Apalagi kita sama-sama belum saling mengenal satu sama lain."
Hanya kata-kata itu yang bisa aku ucapkan saat ini. Kinara hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia menyuruhku untuk beristirahat, dia juga bilang kepadaku jika hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Dia ingin secepatnya tidur.
“Selamat malam, Ara. Semoga malam ini kamu bisa tidur dengan nyenyak,” ucapku sambil mengecup kening Kinara, karena aku belum berani mencium bibirnya yang berwarna merah muda itu.
Bibir yang sebenarnya membuatku merasa penasaran akan rasanya. Apakah rasanya sama seperti bibir wanita-wanita yang pernah aku kencani selama ini?
Aku menyuruhnya untuk tidur duluan, karena sebenarnya aku belum merasa mengantuk. Apalagi bagian bawahku sejak tadi sudah mulai on. Aku sudah tidak bisa menahan diri, akhirnya aku pergi keluar dari kamar.
Pikiranku memang mesum, membayangkan tubuh Kinara saja, sudah mampu membuat ... ah ... otakku kembali traveling kemana-mana. Aku harus menuntaskannya, kalau gak, aku akan pastikan aku gak akan bisa tidur dengan nyenyak. Sekarang saja rasanya sudah sangat menyiksa.
Setelah kembali membersihkan tubuhku untuk kedua kalinya, aku kembali masuk ke dalam kamar. Aku melangkah menuju lemari dan mengambil piyamaku.
Aku segera memakai piyamaku. Tidak apa-apa kan aku memakainya disini? Kinara juga tidak akan melihatku, karena dia tengah terlelap dengan sangat nyaman.
Kinara, apa kamu begitu kelelahan? Tidur kamu terlihat sangat nyenyak. Apa kamu sama sekali gak takut kalau aku akan mengambil kesempatan dalam kesempitan saat kamu tertidur seperti itu?
Setelah selesai berpakaian, aku memilih untuk menuju balkon kamarku, ku ambil sebatang rokok lalu aku nyalakan. Ku hisap batang rokok dan aku hembuskan asap dari mulut dan lubang hidung ku.
Itu yang biasa aku lakukan di saat aku tengah suntuk. Aku tatap bintang-bintang yang bertaburan di langit. Cantik, ciptaan Tuhan memang selalu cantik, termasuk istriku Kinara. Tapi kenapa nasib Kinara tak secantik bintang-bintang itu?
Kenapa dia harus menikah dengan pria seperti ku? Kenapa? Apa ada rahasia di balik semua ini? kenapa Kinara sama sekali tak menolak saat Mama dan Papa mengutarakan niatnya untuk menjodohkan kami berdua?
Kalau hanya masalah amanah dari ayahnya yang sudah meninggal, seharusnya dia bisa mencari alasan yang tepat untuk menolak rencana perjodohan ini, karena bagaimanapun kita sama sekali tak saling mengenal satu sama lain.
Kinara memang terlihat polos, tapi aku yakin, dia gak polos-polos banget. Atau jangan-jangan dia pernah menjalin hubungan dengan pria lain?
Kayaknya tidak juga sih, karena dari penampilan dia saja, sudah terlihat dengan jelas kalau dia wanita baik-baik. Masa iya anak seorang ustad menjalin hubungan dengan pria yang bukan muhrim?
Apa aku harus berbangga diri, karena aku adalah pria pertama dalam hidup Kinara setelah ayahnya? Tapi sayangnya Kinara bukan wanita pertama dalam hidupku.
Setelah menghabiskan dua batang rokok, aku kembali ke dalam kamar. Aku melihat Kinara sudah terlelap. Aku berbaring di sampingnya, ku tarik selimut untuk menutup tubuhku dan juga tubuhnya.
Aku mencoba untuk memejamkan kedua mataku, tapi sebelum itu, aku memberanikan diri untuk mengecup keningnya.
“Selamat malam,” ucapku pelan. Setelah itu aku mulai memejamkan kedua mataku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
lovely
s bian cocoknya ma jalang jangan ma cewek Sholeha
2023-05-18
0