Sang Pewaris Ilmu

Sang Pewaris Ilmu

Lahirnya seorang bayi

Seorang wanita paruh baya keluar dari kamar. 

“Bagaimana mbah apakah anakku lahir dengan selamat,” tanya Kuncoro yang mendatangi mbah Minah.

“Selamat Kuncoro anakmu laki-laki lahir dengan sehat,” ujar mbah Minah yang tersenyum ke pada Kuncoro.

Kuncoro pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan melihat sang istri yang terbaring lemas dengan seorang bayi laki-laki di sampingnya.

Kuncoro pun mendatangi sang istri lalu mengendong anak laki-laki.

“Akhirnya 10 tahun aku menantikan kehadiran seorang anak,” ujar Kuncoro sembari memandang wajah anak yang sedang ia gendong.

“Iya Mas, akhirnya penantian kita selama 10 tahun membuahkan hasil,” sahut Lastri istri dari Kuncoro.

“Iya Lastri aku sudah menantikan kehadiran anak ini untuk dapat mewarisi ilmuku,” sahut Kuncoro.

“Tapi Mas, aku tidak mau jika ilmu hitam yang kamu punya itu di wariskan kepada anak kita,” ujar Lastri yang menentang.

“Tidak bisa ilmu hitam ini sudah di wariskan tujuh turunan dari leluhurku, anak ini adalah keturunan terakhir yang dapat menutup ilmu ini jika tidak maka keturunan anak ini yang anak melanjutkannya dan menutupnya,” Kuncoro yang menjelaskan kepada Lastri.

Lastri hanya bisa menghela nafas panjang sebenarnya dirinya tidak mau jika anak di tuntun untuk melanjutkan ilmu hitam Kuncoro. Namun Lastri pun tidak dapat berbuat apa-apa dirinya hanya terdiam sembari memandangi Kuncoro yang sedang mengendongi  anaknya.

“Lastri anak ini akan aku beri nama Prayoga Kuncoro,” ujar Kuncoro yang memberikan anaknya kepada sang Istri.

Setelah itu mbah Minah telah mempersiapkan sebuah kendi yang di dalamnya terdapat ari-ari sang bayi, kendi itu di bungkus dengan menggunakan kain putih.

Kuncoro pun keluar dari kamarnya mendatangi mbah Minah di dapur yang sedang mempersiapkan semuanya.

“Kuncoro, ini ari-ari anakmu sebaiknya kamu kubur terlebih dahulu ari-ari ini di malam ini. Dan juga anakmu itu kelak akan tubuh menjadi anak yang berani dan mempunya aura yang sangat bagus,” pekik mbah Minah.

“Iya mbah aku mengetahu hal, anak ini mempunya energi yang sangat bagus karena bertepatan dengan kelahirannya sendiri di malam satu suro, aku akan mengajari anak ini menjadi anak yang hebat kelak lebih hebat dari Bapaknya,” sahut Kuncoro.

Mbah Minah hanya tersenyum mendengar kata-kata dari Kuncoro.

“Bagus kalau begitu Kuncoro, cepat kubur ari-ari kasihan anakmu jika berlama-lama di kubur para makhluk akan mengincarnya nanti,” mbah Minah yang memberikan Kendi di tangannya ke pada Kuncoro.

“Iya mbah,” sahut  yang menyambut kendi tersebut.

Kuncoro pun keluar dari rumahnya sembari membawa kendi yang berisi ari-ari dan juga cangkul untuk mengali tanah.

Kuncoro mencari tempat yang cocok untuk mengubur ari-ari tersebut dan akhirnya ia mendapatkan tempat yang cocok di samping rumahnya.

Kuncoro meletakkan kendi itu di tanah dan mulai menggali lubang untuk menguburnya, sesekali Kuncoro mengusap keringatnya yang mengalir di keningnya dengan satu tangannya lalu melanjutkan kembali mencangkul tanah.

Beberapa menit kemudian, di rasa lubang yang Kuncoro gali sudah cukup dalam menurut dirinya, Ia pun mengambil kendi yang berada di sampingnya.

Kendi yang berisi ari-ari anaknya pun diletakan di lubang yang telah ia buat lalu di kuburkan.

  Setelah selesai menguburkan Kuncoro memberikan lampu minyak tanah yang terbuat dari boto kaca dan sumbu kompor. Lampu itu di nyalakan oleh Kuncoro lalu di letakan di atar kuburan ari-ari barulah setelah itu Kuncoro menutupi kembali dengan ember yang di atasnya sudah ia lubangi.

Menyalakan lampu minyak tanah atau penerangan lainnya sampai 35 hari berturut-turut dan menurut kepercayaan hal itu bertujuan untuk memberikan harapan penerangan di kehidupan si bayi pada nantinya.

Setelah semua telah di selesaikan oleh Kuncoro, ia pun kembali masuk ke dalam rumahnya.

Setelah masuk ke dalam rumahnya, Kuncoro pun mengantarkan mbah Minah pulang ke rumahnya. 

Kuncoro pun masuk ke kamarnya dan berpamitan kepada Istrinya.

“Lastri aku ingin mengantar mbah Minah pulang,” kata Kuncoro.

“Iya Mas, hati-hati,” sahut Lastri.

Sebelum Kuncoro pergi ia merogoh sesuatu di dalam kantong celananya, setelah Kuncoro mendapatkan dua buah benda yaitu gunting lipat dan peniti, kedua benda itu di berikan kepada Lastri istrinya.

“Lastri ambil kedua buah benda ini taruh di bawah bantal Yogo, roh jahat sangat takut dengan benda tajam dan dapat melindungi Yoga,” Perintah Kuncoro kepada Lastri.

Lastri pun menuruti apa yang di perintahkan oleh Kuncoro.

Setelah itu Kuncoro pun keluar rumah mengantarkan mbah Minah pulang dengan menaiki motornya.

“Ayo mbah aku antar pulang,” kata Kuncoro yang sudah berada di depan teras rumahnya.

“Iya Kuncoro,” sahut mbah Minah menaiki motor Kuncoro duduk di belakang.

Setelah itu Kuncoro pun menghidupkan motornya lalu menjalakannya menuju rumah mbah Minah.

    

   

 

  

Terpopuler

Comments

Mugiya is back

Mugiya is back

hadir

2023-05-24

0

Putri Minwa

Putri Minwa

keren banget thor

2023-04-08

0

NN

NN

semangat

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!