Kekuatan di dalam diri Yoga

Yoga kini mulai sering bersikap aneh ia lebih suka bermain dan berbicara sendiri melihat keanehan itu teman-teman sekolahnya sering mengejek-mengejeknya Yoga aneh.

Di saat itu di kala Yoga sedang ingin pulang sekolah teman-temannya pun mulai mengejeknya kembali.

Setiap hari teman-teman sekelasnya selalu mengejek dirinya sampai akhirnya Yoga menjadi kesal.

“Yoga aneh, Yoga aneh,” ejek teman-teman Yoga di saat mau pulang sekolah.

Yoga tidak melawan ia hanya diam saja mendengar ejekan itu.

Sampai satu sekolah pun mengikuti dirinya untuk mengejeknya.

Yoga tetap berusaha tenang tidak memedulikan mereka, ia tetap berjalan dengan santai menuju rumahnya.

Emosi Yoga mulai tersulur ketiga ada satu orang yang menghina profesi bapaknya Yoga sangat marah.

“Eh anak dukun,” kata salah satu anak laki-laki.

Langkah kaki Yoga seketika terhenti, jemari-jemari tangan Yoga mulai menggenggam menandakan emosi Yoga mulai terpancing.

Yoga mulai menoleh ke belakang menatap dengan tajam salah satu anak yang mengejeknya tadi.

Nafas Yoga mulai tidak beraturan karena rasa emosinya yang mulai ia tidak bisa kendalikan.

Yoga mulai seperti ada yang mengendalikan sampai ia mengerakkan tangannya ke depan dan berbicara.

“Pergi kau!” ucap Yoga dengan menatap tajam anak itu 

Anak itu seketika terpental jauh padahal di sekitarnya tidak ada apa-apa.

Yoga seperti memiliki ilmu tenaga dalam yang besar di dalam dirinya.

Setelah melihat kejadian itu teman-teman yang lain pun pergi berlari meninggalkan Yoga karena merasa takut.

Sedangkan anak yang terpental tadi di bantu dengan yang untuk pergi meninggalkan Yoga.

Yoga pun seketika sadar dan telah melihat tidak ada siapa-siapa di sekelilingnya.

Yoga pun kembali melanjutkan perjalanannya ke rumahnya.

10 menit telah berlalu Yoga telah sampai di rumah, ia pun di sambut oleh ibunya.

“Yoga ayo makan ibu sudah memasakkan makanan ke sukaan mu,” kata Lastri.

“Iya Bu, oh iya Bu, tadi teman-teman Yoga mengejek Yoga anak dukun Yoga kesal Bu, lalu Yoga seperti tidak sadarkan diri Bu beberapa menit, setelah Yoga sadar teman-teman Yoga tidak ada lagi Bu,” ujar Yoga bercerita kepada Ibunya.

Dari kejauhan Kuncoro mendengar cerita anaknya lalu menghampiri Yoga.

“Yoga, kamu harus bisa menguasai amarahmu,” tegur Kuncoro.

“Habis Yoga kesal Pak, mereka menghina Bapak sebagai dukun, Yoga tidak mau,” ujar Yoga yang masih kesal.

“Biarkan saja mereka jangan di hiraukan, nanti jika ada yang menghina Yoga kembali jangan di hiraukan, Bapak tidak mau kamu kenapa-kenapa,” sahut Kuncoro.

“Iya Pak, Yoga tidak akan mengulanginya lagi,” ujar Kuncoro.

“Ya Sudah sebaiknya Yoga ganti baju sana setelah itu kita makan bersama-sama,” celetuk Lastri.

“Iya Bu,” kata Yoga pergi meninggalkan kedua orang tuanya pergi ke kamar untuk mengganti bajunya.

Sementara Lastri tengah berbincang-bincang dengan Kuncoro suaminya mengenai Yoga.

  “Ada apa dengan Yoga, Mas?” tanya Lastri yang khawatir.

“Anak itu memiliki kekuatan yang sangat besar di dalam dirinya jika Yoga marah, namun jika Yoga tidak bisa mengontrol emosinya hal itu akan sangat bahaya baginya,” kata Kuncoro yang menjelaskan kepada Lastri.

“Bahaya? Maksudnya bagaimana Mas?” tanya Lastri dengan sangat antusias.

“Kekuatan besar di dalam dirinya akan dapat menyelakakan dirinya sendiri,” kata Kuncoro.

Lastri yang mendengarnya pun sangat terkejut, Lasmi tidak mengira Yoga akan mempunyai kekuatan yang sangat menakutkan seperti ini.

“Lalu jika Yoga sudah mempunya kekuatan besar di dalam dirinya apakah ilmu mu akan tetap kamu wariskan kepada Yoga Mas?” tanya Lasmi kembali.

“Iya bagaimana pun ilmu yang turun dari keluargaku tetap harus aku wariskan kepada Yoga.”

“Bagaimana jika tubuh Yoga tidak kuat menerima semua ini Mas?” kata Lastri.

“Tidak Lastri, aku sangat percaya dengan anak ini dia mampu mengendalikan semuanya jika amarah dan emosinya telah dapat ia redam,” kata Kuncoro.

“Tapi Mas, Yoga masih terlalu muda untuk hal itu apakah Yoga bisa?”

“Aku akan selalu menemaninya Lasmi, jadi jangan khawatir,” sahut Kuncoro dengan tersenyum.

Tidak lama kemudian Yoga mendatangi ke dua orang tuanya yang sudah berada di meja makan.     

“Bapak dan Ibu belum makan, menunggu Yoga?” ujar Yoga yang polos.

“Iya sayang ayo kita makan,” kata Lastri.

Mereka bertiga pun menikmati makanan siang bersama.

 

Terpopuler

Comments

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Ki Kuncoro penyayang jg ya

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!