Kematian Lastri

Sebulan kemudian penyakit yang di derita Lastri pun semakin parah sampai semua harta milik Kuncoro pun telah habis untuk membiayai rumah sakitnya. Begitu pula rumah yang Kuncoro tempati sudah ia gadaikan untuk biaya rumah sakit belum lagi mobil, tabungan, serta perhiasan Lastri yang telah ia jual untuk biaya pengobatan sang istri.

Menurut Dokter yang merawat Lastri di rumah sakit ia terkena kanker hati stadium akhir kemungkinan untuk menjalankan operasi sangat beresi di tambah lagi hemoglobin Lastri selalu mengalami penurunan.

Dokter rumah sakit hanya dapat menganjur melakukan kemoterapi untuk menghambat pertumbuhan kanker menjadi lebih ganas.

 Sementara Yoga yang selalu mengurus ibunya di rumah sakit saat itu.

Di malam itu Lastri yang memang sudah sangat lelah dengan penyakitnya ingin berbincang-bincang dengan Yoga.

Lastri yang terbangun dari tidurnya pun melihat Yoga yang tengah duduk di sembari meletakkan kepalanya di dekat tangan Lastri.

Lastri yang terbangun melihat anaknya pun sangat sedih, sesekali dirinya mengelus rambut Yoga.

“Ibu sudah bangun,” ujar Yoga.

Lastri pun tersenyum di sertai wajahnya pucat di tambahlah selang oksigen yang berada di hidungnya.

“Ibu mau minum?” tanya Yoga.

Lastri pun mengangguk, menandakan iya kepada Yoga.

“Tunggu sebentar ya, Yoga ambilkan,” ujar Yoga yang berdiri dari tempat duduknya menuju meja yang berada di dekat tempat tidur Lastri.

Setelah itu Yoga mengambil segelas air putih yang di berinya sedotan untuk memudahkan Lastri meminum air putih tersebut.

“Ini Bu, airnya,” kata Yoga yang membantu Lastri minum.

Setelah selesai Yoga menaruh kembali segelas air putih itu di meja tempat ia mengambilnya.

“Bapakmu mana Yoga?” tanya Lastri.

“Bapak di rumah Bu, tadi ada pasien yang minta tolong bapak,” ujar Yoga menjelaskan kepada Lastri.

“Ibu bisa minta tolong telepon bapakmu, ibu ingin bertemu dengan bapakmu.”

“Iya Bu tunggu sebentar ya, Yoga akan telepon bapak,” sahut Yoga.

Yoga pun mengambil ponselnya yang ia letakan di atas meja, setelah itu Yoga menelepon sang ayah lalu memberitahukan kepada Kuncoro bahwa ibunya ingin bertemu dengannya.

Sesudah selesai menelepon Kuncoro Yoga meletakkan kembali ponselnya di atas meja yang berada dekat ranjang ibunya.

“Bu kata Bapak, dia sudah selesai dan sebentar lagi akan menuju rumah sakit ini,” Yoga yang memberitahukan kepada Lastri.

Lastri pun tersenyum mendengarnya, sesekali rasa sakit muncul Lastri pun memegang bawah dadanya.

“Kenapa Bu, ibu merasa sakit?” tanya Yoga yang melihat sang ibu meringis kesakitan.

“Tidak apa-apa Nak, Yoga anakku sebelum ibu pergi ibu ingin memberi pesan untukku jadilah orang yang baik Nak jangan salah gunakan ilmu di turunkan oleh bapakmu, walau ilmu itu berupa ilmu hitam akan lebih baik jika di gunakan untuk membantu,” ujar Lastri yang menasihati anaknya.

“Membantu orang? Apa bisa Bu sedangkan ilmu hitam akan tetap hitam orang tidak akan mengerti,” kata Yoga.

Lastri tersenyum mendengar ucapannya dari anaknya.

“Semua itu tergantung hatimu Nak, yang hitam akan berubah baik jika kamu tepat menggunakannya,” sahut Lastri.

Yoga terdiam mendengar ucapan dari ibunya, sebenarnya ia mengerti apa maksud dari sang ibu.

“Iya Bu pesan ibu akan Yoga ingat selalu,” kata Yoga.

Tidak lama Lastri mengucapkan kalimat itu rasa sakit di bagian hatinya mulai terasa kembali dan sangat sakit, Lastri mulai tidak dapat mengontrol rasa sakit tersebut, nafasnya mulai tersengal-sengal pupil matanya pun mulai mengecil.

Yoga yang melihat keadaan sang ibu seperti itu mulai terlihat panik dan pergi keluar kamar untuk mencari pertolongan.

Saat Yoga keluar kamar dengan tergesa-gesa Kuncoro pun telah tiba lalu bertemu dengan Yoga. Kuncoro menanyakan apa yang terjadi kepada Lastri.

“Ada apa dengan ibumu Yoga?” tanya Kuncoro.

“Ibu kritis Pak, Yoga mau mencari dokter dahulu,” sahut Yoga berlari ke ruangan.

Di dalam ruangan tersebut Yoga memberitahukan kepada suster bahwa ibunya sedang kritis.

Suster pun memberitahukan kepada Dokter, Yoga di temani beberapa suster dan Dokter menuju kamar inap Lastri.

Dokter dan di temani oleh beberapa Suster pun telah sampai di kamar Lastri.

Dengan sangat sergap Dokter membantu menangani Lastri di bantu alat yang di bawa oleh para suster untuk mengejutkan jantung Lastri.

“1,2,3, kejut” ucap Dokter dengan menggunakan alat kejut untuk membantu Lastri.

Sementara Yoga dan Kuncoro pun berada di luar kamar.

Segala upaya Dokter telah lakukan, tapi Tuhan lebih sanga dengan Lastri dan mengambilnya.

Dengan raut wajah sedih sang Dokter keluar kamar menemui mereka berdua.

“Dok bagaimana dengan ibu saya Dok? Bagaimana?” tanya Yoga yang sangat antusias.

Dokter tersebut hanya dapat menarik nafas panjang.

“Dok! Katakan dok apa ibu saya baik-baik saja,” desak

Dokter pun mulai menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.

“Begini mas Yoga dan Bapak Kuncoro kamu sudah melakukan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa ibu Lastri sendiri tapi Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih sayang dengan ibu Lastri,” kata Dokter yang menceritakan hal yang sebenarnya.

Tanpa panjang lebar Yoga  berlari masuk ke ruangan Lastri dan langsung memeluk sang ibu yang terbujur di ranjang dengan tidak bernafas.

Yoga memeluk jasad sang ibu dengan menangis berkali-kali Yoga membangunkan sang Ibu.

“Bu! bangun Bu! Bangun! Jangan tinggalan Yoga sendiri Bu,” pekik Yoga sembari memeluk jasad ibunya.

“Bu Yoga belum siap untuk kehilangan ibu, Yoga ingin ibu melihat Yoga bahagia dengan pendamping Yoga kelak, ibu bangun Bu, jangan tinggalkan Yoga sendiri,” kata Yoga mencoba membangunkan ibunya yang telah tiada.

Sementara di sisi lain Kuncoro pun tidak dapat menahan kesedihannya ditinggal istri tercinta, istri yang telah menemani dirinya hingga 30 tahun dan kini telah pulang kepada Sang Pencipta.

Sesekali Kuncoro mengucap air matanya dan memeluk Yoga yang tengah menangis di jasad sang Ibu.

“Sudah Yoga ikhlaskan ibumu, dia sudah tidak merasakan sakit sekarang dia sudah tenang dialamnya,” ujar Kuncoro menasihati Yoga sembari memeluknya.

“Tapi Pak, Yoga belum bisa kehilangan ibu.”

“Tenangkan hatimu Yoga, kasihan ibumu di sana dia akan bersedih jika melihat anak kesayangannya belum dapat mengikhlaskan kepergiannya.”

Yoga terdiam sembari memeluk Kuncoro, rasa sedih Yoga rasakan malam ini ketika sang ibu meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Sesekali Kuncoro mengusap-ucap pundak Yoga mencoba menenangkan anaknya.

“Sudah ikhlaskan ibumu, kamu akan yang kuat, ibumu di sana akan senang melihat anaknya tidak bersedih,” kata Kuncoro.

Yoga pun mulai mengusap air matanya dan kembali melihat jasad sang ibu.

Yoga berjalan mendekati jasad ibunya lalu mencium kening ibunya.

“Ibu tidak sakit lagi di sana, Yoga akan selalu ingat pesan ibu, pergilah dengan tenang ya Bu,” kata Yoga sembari menutupi jasad sang ibu dengan kain jarik.

Setelah biaya rumah sakit di selesaikan oleh Kuncoro, jasad Lastri pun di bawa pulang dengan menggunakan mobil ambulan.

   Jasad Lastri di masukkan ke dalam mobil ambulan tersebut di temani Yoga berserta Kuncoro menuju rumahnya.

   Sesampainya di depan rumah Kuncoro, beberapa warga yang mendengar giungan ambulan pun menyambut kedatangan mereka.

Jasad Lastri di sambut oleh para tetangga yang bersedih dengan kepergian Lastri.

Di bantu oleh Yoga, Kuncoro berserta para tetangga mengangkat jasad Lastri dan membawanya ke dalam rumah.

  Lastri pun tidak di kuburkan di malam itu melainkan akan di makamkan setelah menjelang pagi.

Malam itu malam kelabu untuk keluarga Kuncoro, sementara Yoga menemani jasad ibunya sampai matahari pagi pun muncul.

  

 

 

    

 

Terpopuler

Comments

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Wih setia jg ya Kumcoro.

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!