Hilangnya Yoga

Beberapa menit kemudian Lastri keluar menuju teras ingin memanggil Yoga untuk sarapan pagi.

Akan tetapi di saat Lastri berada di teras tidak ada Yoga di sana, Lastri pun mulai mencari keberadaan Yoga sampai dirinya teringat akan ucapan Yoga ada seseorang wanita yang memanggil Yoga di rimbunan pohon bambu.

Lastri pun berjalan menuju rimbunan pohon bambu itu sembari memanggil-manggil anaknya.

“Yoga! Yoga! Kamu di mana Nak!” Pekik Lastri memanggil nama Yoga.

Lastri pun masuk lebih dalam ke rimbunan pohon bambu itu, namun dirinya tidak menemukan Yoga akan tetapi Lastri menemukan beberapa kelereng yang di mainkan Yoga di halaman teras tadi.

Lastri pun mengambil kelereng itu lalu berlari ke dalam rumah memberita tahukan kepada Kuncoro bahwa Yoga hilang.

Sesampainya di dalam rumah dengan nafas yang tersengal-sengal Lastri menceritakan kepada Kuncoro yang sedang berada di kamar ritualnya duduk sendirian.

“Mas, Yoga ,Mas,” ucap Lastri dengan panik.

“Ada apa Lastri dengan Yoga,” tanya Kuncoro.

“Yoga hilang Mas, aku sudah mencarinya ke mana-mana dan menemukan kelereng ini di pohon bambu itu,” kata Lastri yang menunjukkan gundu yang ia temukan 

Kuncoro mengambil kelereng yang ada di tangan Lastri lalu memejamkan matanya, terlihat sebuah kejadian sebelum Yoga menghilang.

“Wewe gombel,”  sahut Kuncoro dengan singkat.

Lastri yang semakin panik pun menanyakan kepada Kuncoro apa yang terjadi sebenarnya.

“Ada apa Mas? Di mana Yoga sebenarnya,” tanya Lastri yang sangat Khawatir.

“Yoga di bawa oleh wewe gombel, dan wewe gombel ini senang sekali dengan anak-anak yang bermain sendirian,” Kuncoro menjelaskan kepada Lastri.

“Lalu bagaimana Mas?” tanya Lastri yang sangat antusias.

“Yoga di bawa ke rumah wewe gombel itu dan mencoba untuk mengurus Yoga.”

“Ayo Mas kita cari Yoga sekarang Mas, aku takut ada apa-apa dengan Yoga, Mas.”

“Yoga di bawa di pohon-pohon bambu itu, aku akan minta bantuan warga untuk mencari Yoga menggunakan alat-alat yang berbunyi, karena wewe gombel takut dengan suara-suara benda yang berbunyi.”

Kuncoro pun keluar dari rumahnya dan meminta tolong kepada para warga untuk membantu mencari anaknya yang hilang di culik wewe gombel.

Setelah para warga telah berkumpul di halaman rumahnya dengan membawa  kentungan alat yang di pakai untuk ronda malam, serta tampah yang sering di gunakan untuk mengayak beras.

Kedua benda yang terbuat dari bambu ini di pukul-pukul sampai menghasilkan bunyi yang membuat wewe gombel menjadi takut.

Kuncoro pun mulai memandu para warga berjalan menuju hutan bambu, yang berada tidak jauh di depan rumah Kuncoro.

Para warga berjalan membunyikan kedua benda yang terbuat dari bambu itu sembari memanggil-manggil nama Yoga.

“Yoga! Yoga! Yoga!” teriak Kuncoro memanggil nama Yoga anaknya.

Hingga mereka semua masuk ke dalam pohon bambu yang sangat rimbun.

Suara-suara bunyi dari alat bambu pun tidak henti mereka bunyikan sambil memanggil-manggil nama Yoga.

Hingga terdengar suara anak yang menangis terdengar dari celah-celah bambu.

“Ki Kuncoro coba dengar ada suara anak menangis, dan suaranya mirip Yoga,” ucap salah satu warga.

“Iya benar apa katamu ayo kita cari suara tangisan itu,” ajak Kuncoro mencari suara tangisan anak kecil tersebut.  

Para warga, Kuncoro berserta Lastri pun menghampiri suara tangisan anak kecil itu.  

Beberapa menit kemudian Kuncoro berserta Lastri melihat seorang anak kecil yang sedang duduk di tanah dengan menundukkan wajahnya dengan meringkuk.

Lastri yang sangat mengenali Yoga anaknya pun langsung berlari menghampiri Yoga.

Setelah merasa dekat dengan anak itu Lasmi pun langsung memeluk Yoga. Kebahagiaan terpancar dari wajah Lastri.

“Yoga ini ibu Nak, apa kamu baik-baik saja Nak,” ujar Lastri sembari memeluk Yoga.

“Ibu Yoga takut Bu,” ujar Yoga sembari memeluk ibunya.

Kuncoro berserta warga desa pun menghampiri mereka berdua, setelah itu Kuncoro mengendong Yoga dan membawa Yoga pulang.

Atas bantuan warga desa Yoga dapat di temukan.

Sesampainya di depan rumah Kuncoro berterima kasih kepada warga desa telah membantu mencari anaknya.

Warga desa pun kembali ke rumah mereka masing-masing.

Kuncoro berserta keluarga pun masuk ke rumahnya.

“Lastri, mandikan Yoga!” Perintah Kuncoro.

“Iya Mas,” ujar Lastri mengendong Yoga ke dalam kamar mandi.

Lastri memandikan anaknya menggosok tubuh anaknya hingga di rasa ia telah bersih Lastri pun memakaikan Yoga baju.

Setelah selesai Lastri mengajak Kuncoro untuk menikmati makan pagi sembari menanyakan kejadian Yoga bertemu sosok wanita yang membawanya.

“Kamu tadi ke mana Nak? Ibu sudah pesankan jangan main jauh-jauh,” kata Lastri menasihati Yoga.

Yoga pun mulai menceritakan dirinya bertemu sosok wanita yang memanggil-manggilnya.

“Yoga di bawa ke rumah wanita itu Bu, rumahnya gubuk di dalam pohon-pohon bambu itu, terus di sana banyak mainan Bu Yoga mainan sendiri wanita itu hanya diam berdiri sembari memandangi Yoga. Terus Yoga ingat sama ibu dan Bapak ingin pulang tapi tidak boleh sama wanita itu dia, Yoga menangis ingin pulang wanita itu marah wajahnya berubah seram Yoga takut, Yoga duduk di pojok rumahnya sambil menunduk dan menangis ingin pulang, eh tidak tahunya ibu datang memeluk Yoga,” Yoga yang menceritakan kronologi kejadian kepada Lastri serta Kuncoro.

“Lain kali kalau ibu bilang main jangan jauh-jauh Yoga harus menurut ya,” Lastri memberikan nasehat yang lemah lembut kepada Yoga.

“Iya Bu, maafin Yoga ya, Bapak maafin Yoga ya,” kata Yoga dengan ekspresi wajah yang merasa bersalah.

“Iya Bapak dan ibu sudah maafin Yoga, nanti jangan diulangi kembali,” sahut Kuncoro.

“Iya Pak, Yoga janji tidak akan mengulangi lagi,” ujar Yoga.

“Mas, bagaimana ini apakah nanti wewe gombel itu akan mengincar Yoga lagi?” tanya Lastri.

“Kemungkinan Iya Lastri, karena kelahiran Yoga sendiri bertepatan dengan malam satu suro, banyak sosok makhluk yang menyukai dirinya bahkan sebaliknya,” kata Kuncoro yang menjelaskan kepada sang Istri.

“Lalu bagaimana ini Mas, aku tidak mau terjadi hal yang buruk kepada Yoga,” ujar Lastri yang sangat khawatir.

“Nanti selepas makan, aku akan memberikan Yoga sebuah benda, benda ini bertujuan agar para makhluk itu tidak lagi mendekati atau mengganggu Yoga,” sahut Kuncoro sembari menyuap sesendok makanannya.

Beberapa menit kemudian setelah mereka semua selesai makan Yoga pun di bawa ke kamar ritual Kuncoro.

“Yoga duduk di sini,” kata Kuncoro.

“Iya Pak,” ujar Yoga.

Kuncoro pun melepaskan kalung yang ia pakai, kalung yang terbuat dari benang hitam dan buah kalungnya adalah taring dari hewan.

“Kalung ini akan menjagamu dari para makhluk yang akan berbuat jahat kepadamu, bapak akan memberikan kalung ini kepadamu,” kata Kuncoro sembari memakaikan kalung itu kepada Yoga anaknya.

 “Pak, kenapa mereka jahat Yoga tidak nakal,” sahut Yoga dengan wajah polosnya.

“Jika kamu sudah besar nanti kamu akan mengerti semuanya,” kata Kuncoro sembari tersenyum kepada anaknya.

  

     

  

Terpopuler

Comments

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Aku pikir Ki Kuncoro pakai ilmu cari anaknya, ternyata bareng2 sm warga.

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!